News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kisah Pilu Si Muliemi, TKW Asal Lombok Korban Perdagangan Orang, Kini Terdampar di Libya

Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sri Muliemi, TKW asal Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Sri Muliemi mengaku menjadi korban perdagangan orang di Libya. Dia diperjualbelikan oleh kantor agen penyalur tenaga kerja kepada seorang warga Libya.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Praktik tindak pidana pedagangan orang atau TPPO) orang Indonesia ke luar negeri dan dijadikan budak benar-benar sedang marak dan memprihatinkan.

Hal ini diketahui dari munculnya kasus-kasus perdagangan orang dengan modus pengiriman Tenaga Kerja Wanita (TKW) asal Indonesia ke luar negeri dan kini nasib mereka tak menentu.

Salah satunya seperti dialami Sri Muliemi, TKW asal Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Sri Muliemi mengaku menjadi korban perdagangan orang di Libya. Dia diperjualbelikan oleh kantor agen penyalur tenaga kerja kepada seorang warga Libya.

Pengakuan Sri Muliemi itu terekam kamera dan viral di media sosial. Satu di antaranya diunggah akun instagram @kabarnegri.official pada Kamis (22/6/2023).

Dalam video yang diunggah di media sosial, Sri Muliemi mengungkapkan kisah malangnya dimulai ketika menerima tawaran bekerja dari sebuah agen penyalur tenaga kerja.

Sri Muliemi semula dijanjikan bekerja di Turki oleh pihak agensi. Tertarik dengan tawaran menggiurkan tersebut, Sri Muliemi pun mengajukan diri untuk bekerja di Turki.

Namun, harapannya untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik pupus ketika mengetahui pihak agensi mengirimnya ke Libya.

Tanpa sepengetahuannya, Sri Muliemi rupanya sudah dijual kepada seorang majikan di sana.

Majikan itu diungkapkannya sangat kejam. Sri Muliemi mengaku sering disiksa.

Sri Muliemi membuat narasi tentang kondisi dirinya saat ini di Libya melalui sebuah unggahan video. Berikut ini penuturannya:

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, nama saya Sri Muliemi dari Lombok, saya dijanjikan kerja di Turki, tapi tahunya kita dikirim ke negara Libya."

"Kita di sini dapat majikan kurang baik pak. Kalau ada kesalahan sedikit selalu pakai kekerasan, tapi kita minta pulang ke kantor, majikan bilang 'saya sudah beli kamu tiga tahun di sini, saya beli kamu mahal di sini."

Baca juga: Berantas Perdagangan Orang, Hikmahanto Dukung Kabareskrim Perkuat Kerja Sama Lintas Negara

"Kalau ada kesalahan sedikit dia pakai kekerasan, saya minta pulang ke kantor tapi nggak dikasih."

Begitu juga ketika dia hendak mengadukan nasib kepada pihak agensi. Namun, berulang kali ditelepon, pihak agensi katanya tidak bisa dihubungi.

"Saya telepon orang kantor, tapi tidak ada respon," imbuhnya.

Sri Muliemi, TKW asal Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), korban perdagangan orang di Libya. Dia diperjualbelikan oleh kantor agen penyalur tenaga kerja kepada seorang warga Libya.

Lantaran tidak tahan dengan perlakuan sang majikan, Sri Muliemi akhirnya memberanikan diri untuk melarikan diri.

Upayanya untuk kabur dari rumah majikan pun sukses terlaksana. Da kemudian menghubungi pihak agensi untuk menolongnya.

Permintaan Sri Muliemi dijawab pihak agensi. Namun pihak agensi justru datang bersama dengan majikan dan membawanya pulang kembali ke rumah.

Baca juga: Polda Aceh Ungkap Kasus Perdagangan Orang Bermodus Prostitusi

"Akhirnya kita tidak tahan bekerja di rumahnya, kita memilih untuk keluar dari rumahnya, satu-satunya jalan agar kita bisa pulang ke kantor," ungkap Sri Muliemi.

"Pas kita sampai di luar (rumah), kita telepon orang kantor suruh ngambil kita di jalan, pas dia (orang kantor) datang, dia datang sama-sama majikan, terus kita dibawa ke rumah majikan," tambahnya.

Benar saja, sesampainya di rumah, Sri Muliemi akhirnya jadi bulan-bulanan sang majikan.

Dirinya dipukuli hingga babak belur.

Selain itu, dirinya juga dicambuk berulang kali hingga sekujur tubuh memar.

"Pas nyampe di rumah majikan kita dipukul sama majikan dan saudara-saudaranya pak, sampai berbekas," ungkap Sri Muliemi.

Baca juga: Perempuan di Banten Menjadi Sasaran Pelaku Perdagangan Orang, Ini 2 Penyebabnya

"Kepala kita dihantam sampai empat kali, sampai mata saya bengkak," ungkapnya sembari menunjukkan memar di mata sebelah kanannya.

"Dan kita dicambuk pakai selang," tambahnya seraya menunjukkan lengan kanannya yang memar bekas dicambuk majikan.

Hingga berita ini diterbitkan, pihak Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) belum dapat dikonfirmasi.

Dede Aisah Belum Bisa Pulang

Serupa dengan Sri Muliemi, Dede Asiah Awing Omo (37) Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Karawang juga menjadi korban perdagangan orang.

Berlinang air mata dengan suara yang serak, Dede Asiah mencurahkan perasaannya lewat kamera ponselnya.

Dalam video yang direkamnya itu Dede mengaku menjadi korban perdagangan orang ketika hendak bekerja di Istanbul, Turki.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, nama saya Dede Asiah dari Karawang, tolong saya, saya pengen pulang, perut saya sakit..," ungkapnya menangis di awal video.

Dede Asiah Awing Omo (37), tenaga kerja wanita asal Indonesia korban perdagangan orang di Timur Tengah. Dde dijual sebagai budak di Suriah.

Dalam tayangan berdurasi 2 menit itu, Dede menceritakan awal mula dirinya dijual sebagai budak.

Peristiwa itu bermula ketika dirinya menerima tawaran untuk bekerja sebagai PMI oleh perusahaan penyalur tenaga kerja.

Diiming-imingi gaji sebesar USD 600 per bulan, Dede pun tertarik dan menerima tawaran untuk bekerja di Turki..

Baca juga: Belum Sepekan Jokowi Larang Jajarannya Bukber, Airlangga Hartarto Malah Buka Puasa Bareng Anies

"Jadi awal-awalnya saya diiming-imingin kerja di Turki gaji 600 Dollar, tapi setelah saya mendarat di Istanbul, saya dibuang ke Suriah," ujarnya sedih.

Terpaut jauh lebih dari 1.461,6 kilometer, perempuan kelahiran 20 Mei 1986 itu tidak dapat berbaut banyak.

Dede hanya mengikuti arahan perusahaan yang membawanya bekerja. Tak dinyana, dirinya justru dijual oleh perusahaan penyalur tenaga kerja sebesar USD 12.000.

Sebagai budak yang sudah dibeli, Dede pun diwajibkan untuk mengabdi kepada seorang majikan selama empat tahun.

"Di Suriah saya dijual 120.000 Dollar empat tahun tanpa sepengetahuan saya. Saya tahunya darimana? saya tahunya dari majikan, karena majikan saya bilang 'kalau saya harus kerja di sini empat tahun karena saya ini mahal'," ungkap Dede.

"Saya ini 12.000 dollar, majikan udah ngeluarin uang 12.000 dollar untuk ngebeli saya," bebernya.

Hari demi demi hari berganti bulan dan tahun, walau berat Dede menjaani pekerjaannya sebagai budak dengan rasa sabar.

Namun, kini dirinya mengaku tidak kuat lagi, alasannya perutnya kerap kali sakit pasca operasi cecar.

"Karena pekerjaannya sangat berat, perut saya sakit karena saya baru saja lahiran cecar, saya pun dipulangkan ke kantor-saya diistirahatkan, seminggu-dua minggu, lalu saya dijual lagi," ujarnya menahan tangis.

"Lalu saya kembali lagi kerja, perut saya sakit lagi karena pekerjaannya emang sangat berat. tidur jam dua malem, bangun jam 6-jam 7 pagi," ungkap Dede sedih.

Lantaran tidak kuat menahan sakit, dia mengadukan nasib kepada Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) untuk Republik Arab Suriah di Damaskus.

Namun, laporannya tidak kunjung ditindaklanjuti, dirinya mengaku masih belum bisa keliar dari tempat penampungannya saat ini.

"Di sini juga saya udah coba untuk ngehubungin KBRI, tapi KBRI tidak ada tindakan, jadi saya bingung minta tolong ke siapa? lapor ke siapa?," ungkapnya menghapus air mata yang terus berlinang di pipi.

"Saya cuma ngeluh ke suami saya, tapi suami saya udah bolak-balik ke Polres (Karawang) minta bantuan sana-sini, udah ngehabisin uang buat nolongin saya, tapi belum ada pertolongan dari siapapun

"Tolong bantu saya, tolong bantu saya, saya pingin pulang," ujarnya memelas sembari terus menangis.

Video yang terekam dan beredar luas di media sosial itu salah satunya diunggah akun Nicho Silalahi @Migran_TV_7777.

Beragam tanggapan pun dituliskan masyarak yang berharap agar pemerintah, khususnya Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) dapat segera menyelamatkan Dede.

Hal senada juga disampaikan masyarakat, Pemerintah Kabupaten Karawang, terlebih Bupati Karawang, Cellica Nurrachadiana diminta untuk mengadvokasi agar Dede bisa segera diselamatkan dan pulang ke Indonesia.

"Prof.. @mohmahfudmd tolong dibantu ini... gmn caranya keq...ibadah ini... rakyat yg gak punya jabatan pun klo dia mampu akan membantu...," tulis @DamaiHariLubis.

"Tahun kemaren ada ratusan di Turki, kena tipu agen nakal lowongan kerja ke Perancis / Polandia, ternyata bodong akhirnya kerja di pabrik masker dengan gaji minim," balas @mangbagja.

"Ibu Menlu...Ibu Menaker....ini ada Ibu yg minta tolong....krn ini semua ibu2...mudah2an bisa secepatnya....@Menlu_RI... @KemnakerRI," tulis fredy lewat akun @Tak_Ngerti_apa2.

Mahfud MD Ungkap 450 Pelaku TPPO Ditangkap-1.500 Korban Diselamatkan

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Republik Indonesia, Mahfud MD mengungkapkan aparat telah menangkap lebih dari 450 orang dalam kasus tindak pidana perdagangan orang (TPPO).

Dari penindakan tersebut, pemerintah katanya berhasil menyelamatkan lebih dari 1.500 korban TPPO dalam tiga minggu terakhir.

“Anda lihat sangat produktif. Dulu seperti macet karena ada sindikat, ada backing, ada macam-macam. Sekarang sudah lebih dari 450 sudah jadi tersangka,” kata Mahfud di sela-sela Fun Walk HUT ke-77 Bhayangkara di Monumen Nasional (Monas), Gambir, Jakarta Pusat pada Minggu (25/6/2023).

“Dan sekarang kita akan terus meningkat tindakannya (penindakan),” ujar dia.

Sebelumnya, Mahfud mengatakan bahwa TPPO melibatkan jaringan yang ada di pemerintahan dan swasta. Hal itu diungkapkan Mahfud setelah berkunjung ke Batam, Kepulauan Riau, 5 April 2023.

“Ini ternyata melibatkan jaringan-jaringan, baik di kantor-kantor pemerintah maupun di swasta. Saya sudah punya daftar jaringan itu yang nanti akan diuji sahih dulu,” ujar Mahfud dalam siaran pers lewat tayangan YouTube Kemenko Polhukam, Kamis (6/4/2023).

Mahfud mengatakan, TPPO merupakan tindak pidana yang sangat keji bagi kemanusiaan dan pemerintah sudah memilik undang-undang untuk menangani kasus itu.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini