News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pilpres 2024

Prabowo Subianto Mengaku Nyaman dan Banyak Belajar Setelah Masuk Pemerintahan Jokowi

Penulis: Gita Irawan
Editor: Adi Suhendi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto dan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Prabowo Subianto mengaku merasa nyaman dan banyak belajar setelah menjadi bagian dari pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Pertahanan Prabowo Subianto mengaku merasa nyaman dan banyak belajar setelah menjadi bagian dari pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi.

Prabowo yang sebelumnya rival Jokowi dalam Pilpres 2019 tersebut mengatakan tidak butuh waktu lama untuk menyesuaikan diri di masa-masa awal ketika masuk ke dalam pemerintahan Presiden Jokowi.

Hal tersebut disampaikannya saat wawancara dengan jurnalis Najwa Shihab dalam tayangan bertajuk Eksklusif: Prabowo Subianto Bicara|Mata Najwa yang diunggah pada Jumat (30/6/2023).

"Penyesuaiannya saya kira sebentar. Karena pendidikan di militer itu kan cukup membekas. Kita harus tepat waktu, kita harus disiplin, dan sebagainya. Jadi saya kira saya cepat menyesuaikan. Habis itu, maaf ya, saya itu merasa nyaman di pemerintahan Pak Joko Widodo," kata dia.

"Saya pernah punya banyak pimpinan. Ini saya bukan apa ya. Tapi benar saya rasakan. Saya kira anda tanya semua menteri ya. Beliau itu punya suatu kelebihan. Beliau tidak suka pidato panjang-panjang. Beliau tidak suka pengarahan yang lama. Singkat, jelas. Saya cocok dengan gaya itu," sambung dia.

Baca juga: Jadi Lawan di Pilpres 2024, Prabowo Bicara soal Anies Baswedan: Bagus Kalau Dia Menyiapkan Diri

Justru, lanjut dia, gaya berpidato atau cara memberikan pengarahan Jokowi tersebut membuatnya mengkoreksi diri.

Selain itu, ia juga bersyukur diberi kepercayaan Presiden Jokowi sebagai Menteri Pertahanan.

Dengan demikian, ia bisa menghadiri sidang-sidang kabinet dan bisa mengikuti tidak hanya bidang pertahanan melainkan juga bidang lain seperti ekonomi maupun pertanian.

Baca juga: Prabowo Subianto Bicara Pelanggaran HAM di Peristiwa 98, Akui Selalu Dicap Penculik

"Kedua, saya masuk di Kementerian Pertahanan saya melihat birokrasi kita, budaya-budaya yang belum begitu baik, ini koreksi diri kita sebagai bangsa. Jadi saya banyak belajar. Terus terang saja saya banyak belajar," kata dia.

Jawab Isu HAM

Dalam kesempatan tersebut pun, Prabowo Subianto menjawab pertanyaan terkait isu Hak Asasi Manusia (HAM) yang kerap muncul menyangkut dirinya setiap proses Pemilu berlangsung.

Isu HAM tersebut adalah terkait keterlibatannya dalam Peristiwa 1998.

Menjawab hal tersebut, Prabowo Subianto mengakui selama empat kali mengikuti pemilu, isu HAM tersebut terus muncul.

Namun demikian, ia melihatnya hal tersebut sebagai sebuah bagian dari kehidupan politik di banyak negara.

"Saya kira kan sudah empat kali saya jelaskan, sudah ada di record public domain, ya kan? Jadi bagaimana? Dan ini saya kira narasi yang akhirnya kita bicara masa lalu, ini 30 tahun yang lalu dan sebagainya," kata Prabowo.

"Memang ini sesuatu yang tidak enak, dan itu menganggu saya, tenang. Tapi itu yang harus saya hadapi, itu risiko seorang prajurit, ya kan? Itu risiko saya. Banyak rekan saya, anak buah saya hilang tangan, malah gugur. Ya ini risiko saya, saya harus hadapi," lanjut dia.

Menurutnya, hal tersebut ia anggap sebagai sebuah risiko sebagai prajurit.

Ia menyatakan telah melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya sebaik-baiknya sesuai dengan sumpah prajurit di mana ia harus mempertaruhkan nyawa berkali-kali untuk republik dan untuk rakyat.

Karena itu, ia mengaku tenang dan tidak menghindarinya.

"Selalu dibilang ini lah itu lah, mau kudeta, ya kan? Dan sebagainya, penculik, pembunuh. Jadi bagaimana ya? Saya mau apakan?" kata Prabowo.

"Dan begini, ini kan demokrasi, kalau rakyat percaya semua tudingan-tudingan itu, ya rakyat nggak usah pilih saya, selesai kan?" sambung dia.

Ia pun menjawab tudingan merawat sebagian dari mantan anggota Tim Mawar yang terlibat dalam peristiwa penculikan aktivis pro-demokrasi ketika itu dengan menjadikan mereka pejabat di Kementerian Pertahanan.

Padahal, di satu sisi, sejarah Tim Mawar dinilai sebagai bahan baku serangan publik ke dirinya.

Menjawab hal tersebut, Prabowo mengatakan para mantan anggota Tim Mawar telah diadili melalui proses hukum puluhan tahun lalu.

Sebagian dari mereka, kata Prabowo, masih menjadi tentara ketika menjabat di Kementerian Pertahanan.

Menurut Prabowo, mereka adalah prsajurit-prajurit terbaik.

"Jadi kadang-kadang suatu peristiwa karena perubahan iklim politik, perubahan itu akhirnya disalahtafsirkan, disalahartikan. Kan itu juga bagian daripada politik," kata dia.

"Saya kira ternyata mereka bekerja dengan baik, mereka diterima, dan mereka berprestasi," sambung dia.

Ia pun mengatakan dari versi aparat dan pejabat yang bertugas ketika itu, tindakan tersebut merupakan suatu pencegahan.

Niat mereka ketika itu, kata Prabowo, adalah untuk mengamankan rakyat dan bangsa.

"Saya kira begini ya, kalau anda tahu peristiwa-peristiwa itu, kalau kita bicara lagi peristiwa-peristiwa itu juga ada suatu proses di mana dari versi kita sebagai pejabat, sebagai aparat waktu itu, kalau ada kasus atau ada suatu komplotan, kita harus mencegah itu," kata Prabowo.

"Nah kalau kita mencegah itu dengan kita menahan orang, kemudian pemerintah berubah, itu kan berubah. Tapi bahwa niatnya adalah untuk mengamankan rakyat, bangsa, saya kira itu, dan ini sudah berkali-kali dijelaskan," sambung dia.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini