Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Imran Pambudi menyebut bahwa ada 4 jenis Antraks yang menyerang herbivora hingga manusia.
Yang pertama adalah Antraks kulit yang ditandai dengan gejala lesi pada kulit yang tampak seperti melepuh.
Menurutnya, jenis Antraks inilah yang umumnya terjadi di wilayah Indonesia.
"Antraks sendiri ada 4 jenis, pertama antraks kulit, ini melalui lesi kulit, nanti akan timbul seperti melepuh. Tipe inilah yang paling banyak terjadi di Indonesia," kata Imran, dalam konferensi pers virtual bertajuk 'Update Situasi Antraks di Indonesia' di kanal YouTube Kementerian Kesehatan, Kamis (6/7/2023).
Baca juga: Gejala Antraks pada Hewan yang Perlu Diwaspadai Masyarakat
Kemudian jenis kedua adalah Antraks yang menyerang saluran pencernaan.
Pada jenis ini, penderita terinfeksi melalui konsumsi daging hewan yang terserang Antraks.
Kemungkinan lainnya juga mereka mengkonsumsi daging hewan yang tidak dimasak sempurna.
"Tipe kedua adalah tipe antraks di saluran pencernaan, di mana masuk melalui saluran pencernaan dan saat penderita itu memakan daging dari hewan yang tertular dan tidak dimasak dengan sempurna," jelas Imran.
Terkait jenis Antraks saluran pencernaan ini, kata dia, gejala yang muncul pun sama seperti Antraks kulit, yakni melepuh.
Namun yang melepuh bukan terjadi pada kulit, melainkan usus.
Jika penderita mengalami kondisi ini, hal yang terjadi selanjutnya adalah pendarahan bahkan kematian.
"Akibatnya juga akan sama, timbul melepuh tapi di usus ya, sehingga terjadi pendarahan dan meninggal," papar Imran.
Lalu jenis ketiga adalah Antraks paru-paru atau inhalasi, penderita biasanya mengalami Antraks jenis ini karena spora bakteri penyebab penyakit itu masuk melalui partikel pernafasan.
"Kemudian yang ketiga adalah Antraks tipe paru-paru atau masuk ke dalam inhalas. Di mana spora Antraks ini masuk terhisap melalui partikel pernafasan dan mencapai dinding Alveoli," tutur Imran.
Yang terakhir adalah Antraks injeksi yang biasanya ditemukan pada mereka yang menggunakan narkotika dan menyerupai Antraks kulit.
"Kemudian yang keempat Antraks injeksi, ini ditemukan pada pengguna narkotika," pungkas Imran.
Sebelumnya, Imran mengatakan bahwa Antraks merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh bakteri Bacillus Anthracis.
Bakteri ini, kata dia, tidak hanya menyerang hewan herbivora seperti sapi dan kambing, namun juga dapat menularkan pada manusia.
"Antraks ini umumnya menyerang hewan herbivora seperti sapi, kambing, domba dan yang lain. Dan yang paling penting, penyakit ini bisa menular pada manusia," jelas Imran.
Imran kemudian menjelaskan bahwa bakteri yang menyebabkan penyakit ini akan membentuk spora jika kontak dengan udara.
Spora inilah yang nantinya berfungsi sebagai pelindung bakteri tersebut.
"Nah bakteri penyebab Antraks ini bila kontak dengan udara itu akan membentuk spora, di mana spora ini fungsinya sebagai pelindung. Sehingga bakteri yang ada di dalam spora ini akan sulit untuk mati, karena dia terlindungi dengan spora ini," kata Imran.
Oleh karena itu, bakteri penyebab penyakit ini akan tetap hidup di dalam tanah, bahkan hinggap puluhan tahun lamanya.
"Dan ini bisa bertahan sampai puluhan tahun di dalam tanah," pungkas Imran.
Pernyataan ini ia sampaikan saat muncul kasus penularan virus Antraks yang dialami puluhan warga Gunung Kidul, Yogyakarta dan menewaskan tiga orang.
Imran pun meminta masyarakat mewaspadai penyakit ini, khususnya di wilayah yang terjangkit penyakit ini, yakni Yogyakarta.
"Jadi memang ini suatu hal yang kita perlu waspadai bersama," kata Imran.
Ia menuturkan bahwa penyakit ini sebenarnya telah muncul di Yogyakarta pada 2016 hingga 2022, namun belum ada yang sampai meninggal dunia.
Namun pada tahun ini, kasus Antraks mencatat angka kematian pada 3 orang warganya.
Perlu diketahui, orang pertama yang meninggal telah dinyatakan positif terinfeksi Antraks.
Sedangkan dua lainnya belum terkonfirmasi, kendati demikian dua orang ini diketahui melakukan kontak erat dengan bangkai sapi yang dikonsumsi warga Gunung Kidul.
Oleh karena itu, secara luas ia mengimbau masyarakat agar waspada jika muncul gejala yang menyerupai tanda penyakit ini.
Selain itu, masyarakat juga perlu melakukan pemeriksaan di fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) jika telah melakukan kontak erat dengan sapi yang mati secara tiba-tiba.
"Bagi masyarakat, kalau terjadi gejala-gejala seperti kulit melepuh, kemudian pernah kontak dengan sapi yang tidak jelas kematiannya, maka harus segera melaporkan ke faskes," jelas Imran.
Beberapa hari lalu, puluhan warga Kelurahan Candirejo, Gunung Kidul Yogyakarta dinyatakan positif terinfeksi virus Antraks.
Dari 125 orang yang diperiksa, sedikitnya 87 warga Dusun Jati, Gunung Kidul dinyatakan positif tertular virus ini, sedangkan satu orang meninggal dunia.
Lalu apa itu penyakit Antraks?
Dikutip clevelandclinic.org, Kamis (6/7/2023), Antraks merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh paparan bakteri Bacillus anthracis, yakni bakteri tidak aktif atau tidak aktif di dalam tanah.
Penyakit Antraks sebagian besar menyerang hewan yang memijak tanah yang memiliki bakteri.
Manusia dapat terinfeksi penyakit ini melalui spora bakteri yang terhirup, makanan atau air yang terkontaminasi, hingga luka pada kulit.
Penggunaan antibiotik adalah pengobatan lini pertama yang dapat diberikan terhadap infeksi yang berpotensi mematikan ini.
Sedangkan perawatan lainnya termasuk di antaranya vaksinasi.
Apa saja jenis Antraks?
Jenis-jenis Antraks mencerminkan berbagai cara bakteri itu memasuki tubuh anda, meliputi:
- Cutaneous (kulit)
Antraks pada kulit, biasanya berasal dari bakteri yang menginfeksi tubuh melalui luka pada kulit.
Penyakit ini adalah bentuk yang paling umum dan paling tidak mematikan.
Dokter hewan dan orang yang menangani bulu, kulit atau rambut hewan berada pada risiko tertinggi paparan infeksi ini.
- Gastrointestinal
Jenis Antraks ini biasanya terjadi pada orang yang makan daging mentah atau setengah matang dari hewan yang terinfeksi.
Bakteri mempengaruhi kerongkongan, tenggorokan, perut dan usus.
- Antraks inhalasi
Orang yang menghirup spora Antraks dapat mengembangkan bentuk Antraks yang mematikan.
Ini dapat menyebabkan masalah pernafasan yang parah dan kematian.
Antraks inhalasi terkadang disebut penyakit woolsorter karena orang yang bekerja di pabrik wol serta rumah jagal dan penyamakan kulit dapat menghirup spora dari hewan yang terinfeksi.
- Injeksi
Orang yang menyuntikkan heroin bisa terkena Antraks injeksi.
Antraks injeksi menyebabkan infeksi jauh di bawah kulit atau otot.
Penyakit ini ditemukan di seluruh dunia namun cenderung terjadi di negara berkembang yang tidak melakukan vaksinasi pada hewan ternaknya.