TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hasil riset yang dilakukan oleh program Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI) menunjukkan adanya indikasi pemulihan pembelajaran yang positif melalui kurikulum yang berpusat pada siswa.
Kurikulum yang sesuai dengan karakteristik Kurikulum Merdeka ini, ternyata efektif mengatasi learning loss di Indonesia akibat pandemi Covid-19.
"Penilaian diagnostik, pembelajaran berdiferensiasi, dan penyederhanaan kurikulum menjadi karakteristik utama Kurikulum Merdeka yang telah memberi kontribusi yang signifikan dalam pemulihan pembelajaran,” ujar Direktur Program INOVASI, Mark Heyward.
Hal tersebut diungkapkan oleh Heyward pada Temu Puncak Forum Komunikasi Pimpinan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (Forkom FKIP) Negeri se-Indonesia di Ternate, Maluku Utara.
Heyward mempresentasikan studi dari INOVASI bertajuk Bangkit Lebih Kuat: Pemulihan Pembelajaran Pasca Pandemi.
Studi ini menilai 4.103 siswa sekolah dasar dan 360 guru di 69 sekolah dari tujuh Kabupaten di Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Jawa Timur, dan Kalimantan Utara.
Analisis studi ini menggunakan metode Item Response Theory (IRT), regresi OLS, serta penilaian ahli matematika dan ahli literasi Indonesia untuk membandingkan data hasil belajar siswa pada tahun 2020, 2021, dan 2022.
Hasilnya, ada indikasi menggembirakan dari proses pemulihan pembelajaran pasca pandemi yaitu ditemukan pemulihan pembelajaran selama dua bulan untuk kemampuan literasi dan numerasi.
"Penyederhanaan kurikulum ini secara signifikan dapat meringankan beban belajar peserta didik dan beban mengajar guru yang terbukti sangat bermanfaat selama pandemi," jelas Heyward.
Kurikulum yang disesuaikan menekankan keterampilan dasar literasi, numerasi, dan karakter yang penting untuk perkembangan peserta didik dalam proses pembelajaran.
Kebijakan tersebut juga memberikan otonomi yang lebih besar kepada guru dalam memilih bahan ajar untuk peserta didik mereka.
"Dari seluruh sampel, peserta didik berhasil mencapai pemulihan pembelajaran dalam waktu dua bulan, tetapi begitu kurikulum yang adaptif dan berpusat pada peserta didik diterapkan, mereka mampu mencapai pemulihan pembelajaran yang lebih menakjubkan dalam waktu empat bulan," kata Heyward.
Dalam acara itu, Forkom FKIP Negeri se-Indonesia menyoroti pentingnya transformasi pembelajaran untuk mendukung visi Indonesia Emas 2045.
Visi ini mendorong Indonesia menjadi bangsa yang berdaulat, maju, adil, dan makmur menjelang hari jadi ke-100 tahun pada tahun 2045.
Sekretaris Forkom FKIP Negeri se Indonesia, Suyadi mengatakan indikasi pemulihan pembelajaran menjadi modal penting bagi Indonesia untuk menyambut Indonesia Emas 2045.
Baca juga: Jelang Tahun Ajaran Baru, Orang Tua Diminta Siapkan Pembelajaran Anak
“Meningkatkan hasil belajar peserta didik pada akhirnya akan menciptakan sumber daya manusia yang unggul dan memungkinkan Indonesia meningkatkan pendapatan per kapita,” katanya.
Suyadi mengatakan, salah satu kinerja pendidikan yang mendesak diperbaiki adalah meningkatkan hasil belajar literasi, numerasi, dan sains.
Selama hampir dua dekade terakhir, hasil PISA masih menempatkan kinerja literasi, numerasi, dan sains Indonesia pada urutan bawah dalam rangking global.
“Memiliki keterampilan literasi, numerasi, dan sains yang kuat menjadi modal pendidikan di semua negara untuk menghasilkan SDM yang berkualitas,” pungkas Suyadi.