TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Presiden RI Ma'ruf Amin angkat bicara terkait adanya dugaan 34 juta data paspor WNI bocor.
Ia mengatakan isu kebocoran data telah menjadi isu global.
Pemerintah, kata dia, telah melakukan sejumlah langkah antisipasi terkait kebocoran data.
Untuk itu, ia mengatakan pemerintah akan mencoba meneliti penyebab kebocoran data paspor WNI tersebut.
Hal tersebut disampaikannya saat kunjungan kerja ke Palembang Sumatera Selatan.
Baca juga: Imigrasi Telusuri Dugaan Kebocoran 34 Juta Data Paspor Baru
"Isu kebocoran data itu sebenarnya sudah menjadi isu global. Di mana-mana terjadi memang kebocoran. Kita sebenarnya sudah melakukan antisipasi-antisipasi tentang masalah kebocoran itu. Karena itu kita akan coba nanti teliti, di mana sebabnya itu," kata Ma'ruf dikutip dari kanal Youtube Wakil Presiden Republik Indonedia pada Minggu (9/7/2023).
"Tapi yang jelas kita harapkan semua instansi melakukan pengamanan kemungkinan terjadinya kebocoran. Itu saya kira kebijakan pemerintah sudah. Karena itu ketika terjadi kebocoran akan kita telusuri di mana sumber kebocorannya itu," sambung dia.
Diberitakan Kompas.com sebelumnya, Direktur Jenderal (Dirjen) Imigrasi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) Silmy Karim angkat bicara soal adanya dugaan 34 juta data paspor diduga bocor.
Silmy memastikan data yang diduga bocor adalah data lama dan bukan data biometrik sehingga masyarakat tidak perlu dikhawatirkan.
"Masyarakat tidak perlu khawatir, data biometric itu aman tidak ada yang bocor, kemudian, setelah saya lihat struktur datanya, itu tidak atau bukan data tahun 2023," kata Silmy saat ditemui usai acara Festival Gen Z 2k23 di iNews Tower, Jakarta Pusat, Sabtu (8/7/2023).
Adapun, data biometrik meliputi foto wajah hingga sidik jari seseorang.
Dia memastikan data biometrik aman.
Selain itu, pihaknya juga terus melakukan pengamanan terkait data teks.
"Tapi kan yang penting apa, bukan data biometric, data text. Itu dasar yang saya dapat dari penyelidikan. Dan kami terus melakukan perbaikan pengamanan, dengan menerapkan ISO 27001," ucapnya.
Lebih lanjut, ia juga menyebut berdasarkan laporan dari yang dilakukan tim, dugaan kebocoran itu bukan berarti dilakukan peretas atau hacker.
Menurut dia, hal ini masih didalami lebih lanjut.
"Belum tentu. Jadi kita lihat aja nanti hasilnya apa," ujar Silmy.