Laporan Wartawan Tribunnews, Mario Christian Sumampow
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat politik sekaligus dosen Universitas Al-Azhar Indonesia Ujang Komarudin menyebut pidato Ketua Umum Partai Kebangkitan Nusantara (PKN), Anas Urbaningrum, sebagai genderang perang terhadap mantan petingginya di Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
"Pidato Anas itu menabuh genderang (kepada) SBY karena persaingan di masa yang lalu karena Anas disingkirkan, masuk penjara," kata Ujang saat dihubungi, Minggu (16/7/2023).
Ujang menuturkan, langkah Anas ini memang juga harus dilakukan mengingat dirinya hendak eksis lagi di panggung politik menjelang Pemilu 2024 bersama partai barunya.
"Ketika sudah aktif lagi di politik menjadi Ketua Umum PKN, ingin bangkit lagi di politik, ingin menunjukan eksistensinya ya suka tidak suka, senang tidak senang ya mengkritisi bahkan ‘menyerang’ membawa nama-nama SBY," jelasnya.
Tindakan Anas ini bukan hal yang Aneh, lanjut ujang, mengingat masa lalunya dengan SBY dan Partai Demokrat tidak berjalan baik dalam kasus korupsi proyek Hambalang.
"Ya itu menjadi sesuatu yang tidak aneh. Sesuatu yang biasa saja ketika Anas dan kubunya menyerang kubu SBY, karena di masa lalu mereka tidak ketemu, tidak sepaham, tidak sependapat, sehingga Anas terpental masuk penjara," tutur Ujang.
"Saya melihat ya mungkin ini bagian daripada awal genderang perang yang ditabuh oleh Anas dan PKN kepada SBY, khusunya kepada Partai Demokrat," tambahnya.
Mengutip Kompas.com, dalam pidato penutupan Musyawarah Nasional Luar Biasa PKN di hadapan para kadernya, Sabtu (15/7/2023) malam, Anas menyindir SBY.
Mulanya, Anas berpesan kepada para kader PKN agar menjauhi sifat zalim seandainya terpilih menjadi pemimpin serta tidak menyalahgunakan kekuasaan yang dimiliki.
"Tidak boleh menggunakan dan memperalat kekuasaannya dan kewenangannya untuk mencelakai pihak lain, untuk menindas pihak lain, menyingkirkan pihak lain, mempersekusi pihak lain," kata Anas di Hotel Sahid Jaya.
Baca juga: Anas Urbaningrum: Semua Partai Tidak Ada yang Musuh Buat PKN, Termasuk Demokrat
"Fungsi kekuasaan bukan itu, tapi menggerakkan energi untuk kebaikan," lanjutnya.
Ia kemudian menunjuk beberapa petinggi partainya, seperti Gede Pasek Suardika hingga Sri Mulyono, sebagai orang-orang yang kemungkinan menjadi pemimpin kelak.
"Jika dipercaya menjadi pemimpin, saya berharap jangan pernah pidato dari Jeddah," ungkap Anas.
"Itu misalnya. Karena itu bukan pidato tapi ekspresi kezaliman. Itu contoh, contoh," ujarnya disambut riuh sorak-sorai kader PKN.
Pidato dari Jeddah ini merujuk pada pidato SBY yang saat itu menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat.
Pada 4 Januari 2013, ia mengatakan, setelah kunjungan kenegaraan ia akan melakukan ibadah umrah. Doa khusus akan dipanjatkan, meminta petunjuk terkait kisruh Partai Demokrat yang menyeret nama Anas cs dalam kasus korupsi.