Rangkaian Kegiatan
Dalam kegaitan yang berlangsung selama tiga hari ini, para kadang penghayat dari berbagai kota di Jawa Tengah berkumpul bersama,
Mereka di antaranya berasal dari Banjarnegara, Banyumas, Blora, Boyolali, Cilacap, Klaten, Kebumen, Kudus, Magelang, Pekalongan, Pati, Purworejo, Rembang, Semarang, Sragen, Temanggung, Tegal, Karanganyar, Wonogiri hingga Wonosobo.
Kegiatan ini terselenggara di tiga titik lokasi, yakni di Balaikota Surakarta, Rumah Dinas Walikota Lodji Gandrung hingga Keraton Mangkunegaran.
Padatnya kegiatan dalam acara Festival Budaya Spritual tidak membuat para penghayat bosan.
Hari pertama, Senin 17 Juli mereka diajak untuk berziarah ke Magadeg, kompleks pemakaman Raja Mangkunagara I atau Pangeran Samber Nyawa. Adapun malam harinya dilakukan kegiatan seremonial yang dihadiri langsung oleh Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat (KMA) dan Wakil Wali Kota Surakarta Teguh Prakosa.
Kegiatan lalu dilajutkan dengan penampilan umbul donga yang disuguhkan oleh para maestro tari dan karawitan.
Hari kedua, digelar kegiatan sarasehan untuk membahas masalah, tantangan, hambatan, dan peluang sebagai upaya menuju layanan prima bagi Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Pada Selasa 18 malam, para penghayat mempersiapkan diri untuk mengikuti Kirab 1 Suro di Mangkunegaran.
Baca juga: Jelang 1 Suro, Kunjungan Sejumlah Lokasi di Karanganyar Naik, Dinas Pariwisata Lakukan Pemantauan
Kirab yang sangat spiritual dan khusyuk ini mereka lakukan dengan berjalan mengitari Keraton Mangkunegaran.
Hadir dalam kegiatan tersebut Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka.
Sebagai puncak kegiatan, acara ditutup dengan pementasan Wayang semalam suntuk bersama Dalang Ki Purbo Asmoro di Balaikota Surakarta.
Serangkaian acara ini menjadi bukti bahwa Kota Solo benar-benar menjadi kota toleransi umat beragama.
Dengan selesainya rangkaian acara ini, Kurator acara Festival Budaya Spiritual Fawarti Gendra Nata Utami berharap masyarakat lebih terbuka akan keberadaan para kadang penghayat ini.