TRIBUNNEWS.COM - Kuasa hukum keluarga Bripda Ignatius Dwi Frisco Sirage, Jelani Christo, mempertanyakan alasan pelaku mengeluarkan senjata api (senpi) dari tasnya sehingga disebut membuat Bripda Ignatius tertembak.
Jelani pun tidak setuju dengan pernyataan Jubir Densus 88 Antiteror, Kombes Aswin Siregar, yang menyebut bahwa tewasnya Bripda Ignatius akibat kelalaian pelaku dalam menggunakan senpi.
Dirinya menduga, ada alasan tertentu yang dimiliki pelaku sehingga mengeluarkan senpi dari tasnya.
"Senjata senpi ini ada di atas, kenapa dikeluarkan? Untuk apa? Kan begitu ya kalau tidak dikeluarkan dari tas, tidak terjadi dor, letusan."
"Waduh, dia ngeluarkan (senpi) sadar nggak? Dan dikeluarkan untuk apa?" ujarnya dalam Tripon Cast di YouTube Tribun Pontianak, Jumat (28/7/2023).
Baca juga: Proses Etik Dua Anggota Densus 88 yang Tewaskan Bripda Ignatius Ditangani Propam Mabes Polri
Selain itu, Jelani juga tidak percaya dengan isu bahwa dikeluarkannya senpi oleh pelaku adalah untuk pamer ke Bripda Ignatius.
"Untuk apa diperlihatkan? Sementara Bripda (Ignatius) satu korps dengan dia, pasti dia sudah pernah lihat dong, semua senjata," kata Jelani Christo.
Dia juga mempertanyakan terkait senpi pelaku yang masih dalam keadaan terkokang saat dikeluarkan.
Menurutnya, hal ini membuktikan bahwa Bripda Ignatius bukan tertembak tetapi memang sengaja ditembak.
"Sekarang tiba-tiba meletus sembarangan sih, kalau tidak buat begini (menembak)?" katanya.
Seperti diketahui, Bripda Ignatius dinyatakan tewas di Rusun Polri, Cikeas, Bogor pada Minggu (23/7/2023).
Jubir Densus 88 Antiteror, Kombes Aswin Siregar mengungkapkan peristiwa berawal ketika Bripda Ignatius Dwi Frisco Sirage mengajak berkunjung dan bertemu di salah satu flat atau kamar di Rusun Cikeas, Bogor, Jawa Barat pada Sabtu (22/7/2023) pukul 22.35 WIB.
Lalu, pada pukul 01.38 WIB, mereka berkumpul di kamar flat, Bripda Ignatius dengan Bripka IMS dan Bripka IG.
Kemudian, pada pukul 01.42 WIB, Bripka IMS mengeluarkan senjata api dalam tas untuk diperlihatkan kepada Bripda Ignatius.
Baca juga: Kejanggalan Tewasnya Bripda Ignatius: Mabes Polri Sebut Sakit Keras, tapi Sempat Video Call Keluarga
Namun, tiba-tiba senjata meletus mengenai leher Bripda Ignatius.
Aswin mengatakan, insiden yang terjadi lantaran kelalaian dari rekan Bripda Ignatius dalam menggunakan senpi.
"Peristiwanya adalah kelalaian, pada saat mengeluarkan senjata dari tas, sehingga senjata meletus dan mengenai anggota lain di depannya," tuturnya dikutip dari Warta Kota.
Kini, dijelaskan Aswin, kasus tewasnya Bripda Ignatius akibat kelalaian seniornya tersebut sedang ditangani oleh tim gabungan Densus 88 dan Polres Bogor.
"Nanti penyidik Polres dan Densus akan mengupdate perkembangannya," kata dia.
Keluarga Sebut Dihubungi Mabes Polri, Bripda Ignatius Tengah Sakit Keras
Keterangan berbeda justru disampaikan oleh ayah Bripda Ignatius, Y Pandi.
Pandi mengatakan, pihaknya diberi informasi oleh Mabes Polri melalui Polres Melawi dan Polda Kalbar, penyebab tewasnya sang anak lantaran sakit keras.
Pandi mengaku dirinya diberitahu melalui sambungan telepon dan diminta oleh Polres Melawi dan Polda Kalbar terbang ke Jakarta untuk menemui Bripda Ignatius yang saat itu disebut masih dirawat di ruang ICU RS Polri Kramat Jati.
"Kemudian dari Polres Melawi telepon kami juga. Karena pas yang menghubungi kami itu, kenal dan kawan, jadi pikiran kami sebagai orang tuanya kalau tidak percaya salah kita, ya kan."
"Menanyakan juga hal yang sama, 'Apakah ini betul orang tuanya Rico?' (Panji menjawab) 'Betul, ada apa ya?' (Polres Melawi) 'Kami dapat pesan dan berita dari Mabes supaya bapak ini turun ke Jakarta, anak bapak sakit keras kondisinya sekarang dan ada di RS Polri Kramat Jati, Jakarta," tuturnya, dikutip dari YouTube Tribun Pontianak, Jumat (28/7/2023).
Baca juga: Ayah Bripda Ignatius Cerita Dugaan Pemicu Anaknya Tewas, Bermula Didatangi 3 Senior Mabuk
Pandi juga mengatakan biaya akomodasi dirinya dan keluarga untuk terbang ke Jakarta ditanggung oleh Polda Kalbar.
Sesampainya di Jakarta, Pandi dan keluarga pun akhirnya bertemu pihak Mabes Polri yang diwakili kesatuan tempat anaknya bertugas, yaitu Densus 88 Antiteror.
Lalu, Pandi meminta izin kepada pihak Densus 88 Antiteror untuk merekam seluruh pembicaraan selama pertemuan berlangsung.
Densus 88 Antiteror pun memperbolehkan perekaman dilakukan.
Namun, nyatanya Densus 88 Antiteror justru menjelaskan, tewasnya Bripda Ignatius bukanlah karena sakit keras, tetapi tertembak oleh rekannya.
"Tidak sengaja mengambil senpi yang ada di tas, senior tadi mengambil senpi dari tasnya, tidak sengaja senpi ini meledak dan mengenai korban."
"Tepatnya dari batang leher ini tembus ke bawah telinga kanan," ujar Pandi.
Setelah peristiwa tersebut, Pandi mengungkapkan Bripda Ignatius langsung tewas di tempat kejadian.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)(Warta Kota/Ramadhan L Q)
Artikel lain terkait Polisi Tembak Polisi