Pada tahap kedua, peningkatan efisiensi pada proses produksi, keberadaan supply chain yang andal; kualitas produk; kesiapan teknologi, tenaga kerja terlatih serta akses ke sumber-sumber keuangan perlu dipersiapkan.
Di era digital saat ini, perusahaan dan pemerintah perlu memfasilitasi digital transformation, sehingga investor dengan mudah terhubung dengan data-data penting dan saling berkolaborasi satu sama lain.
Seperti di Penang di mana perusahaan justru membuat laboratorium bersama dan saling bertukar pikiran tentang teknologi terkini di bidangnya. Coopetation (kombinasi antara cooperation dan competition) perlu digalakkan sehinga masing-masing perusahaan berlomba meningkatkan daya saingnya.
Tahap ketiga dan sangat krusial, adalah adanya penggerak inovasi, seperti di rancangnya business model inovasi dan proses produksi yang lebih baik, aktifnya R&D Center, transfer of knowledge, serta institusi penghubung antara produk inovasi dengan market.
Pada tahapan ini, basis inovasi yang kuat serta budaya kewirausahaan perlu dipersiapkan. Di samping itu, kepemimpinan yang kuat sangat diperlukan untuk mengawal ketiga tahapan tersebut.
Baca juga: Indo Livestock 2023, Ajang Pengenalan Inovasi Bidang Industri Pertanian Berkelanjutan
Keberadaan semua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam pembuatan strategi kluster.
Selain itu, kita perlu memikirkan siapa saja stakeholder yang perlu dilibatkan pada perencanaan dan pengembangan kluster. Di sinilah Co-creation, Coopetition dan Collaboration diperlukan.
Inovasi harus jelas
Inovasi yang dikembangkan harus jelas, terukur dan impactful. Untuk itu, berbagai strategi inisiatif yang bisa menghubungkan teknologi dengan pasar perlu diperjuangkan seperti yang terlihat pada gambar 2.
Dari sini, terlihat pentingnya sharing economy, strategi yang lebih personal, collaborative ecosystem, agility/kelincahan dan closed loop (di mana limbah dari satu proses menjadi bahan baku untuk proses lainnya).
Sari mengatakan, strategi investasi dengan mempertimbangkan transisi ke ekonomi sirkular bukan hanya keharusan, tapi juga menjadi peluang untuk pertumbuhan dan pembangunan berkelanjutan.
Sebab, menurutnya, Ekonomi Sirkular mempromosikan sistem regeneratif di mana produk dan bahan dirancang untuk digunakan kembali, didaur ulang, dan diregenerasi. Inilah yang disebut dengan closed loop dimana limbah suatu produksi bisa di manfaatkan oleh produksi lainnya.
"Strategi investasi yang ciamik adalah strategi yang membuka potensi penuh Ekonomi Sirkular, di mana investor bukan hanya memiliki peluang unik untuk mendorong perubahan positif, tapi juga sekaligus menghasilkan keuntungan finansial jangka panjang," ucapnya.
Baca juga: Kemenko Marves: Indonesia Butuh Pembiayaan Bersama Layak Investasi untuk Ekonomi Sirkular
Sari kemudian menerangkan beberapa inisiatif yang bisa lakukan dalam rangka mengimplementasikan ekonomi sirkular.
Satu, merangkul inovasi dan membuat solusi inovatif di berbagai sektor. Termasuk di dalamnya pembuatan model bisnis yang memprioritaskan efisiensi sumber daya.