News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Rumah Produksi Film Porno

16 Pemeran Film Dewasa Rumah Produksi di Jaksel akan Dipangil Lagi Pekan Depan

Penulis: Rifqah
Editor: Pravitri Retno W
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Subdit Siber Ditreskrimsus Polda Metro Jaya membongkar rumah produksi film dewasa di kawasan Jakarta Selatan - Polisi akan memanggil 16 pemeran film dewasa di rumah produksi Jakarta Selatan Selasa pekan depan karena sebelumnya mangkir pemeriksaan.

Kemudian, ada sejumlah artis hingga publik figur lain yang ikut memerankan ratusan film dewasa tersebut.

Sebanyak 11 pemeran wanita itu berinisial CN, SE, E, BLI, M, MGP, S, J, ZS, dan AB. Sementara, pemeran prianya berinisial BP, P, UR, AG, dan RA.

Diketahui, rumah produksi film porno yang digeledah itu menawarkan beberapa paket kepada para pelanggannya.

Paket termurah dibanderol dengan harga Rp 50 ribu dan paket termahal mencapai Rp 500 ribu.

Pegawai Digaji di Bawah UMR

Pegawai rumah produksi film dewasa di Jakarta Selatan (Jaksel) ternyata digaji di bawah Upah Minimum Regional (UMR) selama bekerja.

Mereka adalah editor dan kameramen, yakni JAAS dan AIS, yang juga sudah ditetapkan sebagai tersangka.

Kuasa Hukum mereka, Hika T A Purba, mengatakanĀ  JAAS dan AIS tidak dibayar per judul film, tetapi digaji bulanan layaknya pegawai.

Baca juga: Pihak Kepolisian Sebut Tak Ada Manajemen Artis Terlibat dalam Kasus Rumah Produksi Film Dewasa

Namun, meskipun sudah menghasilkan sebanyak 120 judul film, JAAS dan AIS mengaku tidak digaji secara layak karena digaji di bawah UMR.

"Karena posisi dari klien kami terutama AIS dan J itu mereka hanya sebatas karyawan di situ. Jadi dibayar bukan berdasarkan per judul film, bukan juga berdasarkan per member, tapi mereka dibayar per bulan dan itupun di bawah UMR," kata dia, Jumat, dikutip dari Wartakotalive.com.

JAAS dan AIS juga mengaku tidak mengetahui akan bekerja menggarap film porno, karena di awal bekerja, mereka memproduksi fim-film komedi.

Namun, seiring berjalannya waktu, produksi film berubah menjadi pornografi.

"Artinya apa? Mereka di situ bekerja awalnya bukan untuk film yang seperti ini, mereka bekerja untuk film biasa yang tidak melanggar asusila dan norma hukum apapun," lanjut Hika.

Padahal, selama sekitar satu tahun beroperasi, yakni sejak awal 2022, rumah produksi film dewasa tersebut sudah meraup keuntungan sebesar Rp500 juta.

(Tribunnews.com/Rifqah/Abdi Ryanda) (Wartakotalive.com/Ramadhan L Q)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini