News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Film G30S

Mengenal Arifin C. Noer, Sutradara Film G30S PKI, Miliki Banyak Penghargaan dari Karya Filmnya

Penulis: Muhammad Alvian Fakka
Editor: Daryono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sosok Arifin C Noer sutradara film Pengkhianatan G30S/PKI - Mengenal Arifin C. Noer, sutradara film G30S PKI, seorang dramawan, penyair, penulis skenario, serta sutradara film dan sinetron nasional.

TRIBUNNEWS.COM - Mengenal Arifin C. Noer, sutradara film G30S PKI.

Film Penumpasan Pengkhianatan G30S PKI atau dikenal dengan Film G30S merupakan garapan sutradara Arifin C. Noer yang diproduksi pada tahun 1984.

Sutradara Arifin C. Noer ditugaskan oleh Pusat Produksi Film Negara (PPFN) untuk membuat film yang mengadopsi peristiwa kelam pada 30 September 1965.

Yakni peristiwa rencana kudeta dan penculikan para jenderal yang sekarang dikenal dengan sebutan pahlawan revolusi.

Film karya sutradara Arifin C. Noer tersebut hingga kini, seringkali diputar di beberapa stasiun TV terutama jelang peringatan G30S pada setiap 30 September.

Lantas siapakah sosok Arifin C. Noer ini?

Baca juga: Jessica Wongso Dilarang Diwawancara untuk Film Dokumenter Netflix, Ada Apa?

Berikut profil Arifin C. Noer, sutradara film G30S PKI, mengutip laman Ensiklopedia Sastra Indonesia.

Sosok Arifin C. Noer

Arifin Chairin Noer atau yang lebih populer dengan nama Arifin C. Noer adalah seorang dramawan, penyair, penulis skenario, serta sutradara film dan sinetron.

Arifin C. Noer lahir di Cirebon, Jawa Barat, pada 10 Maret 1941.

Ia dibesarkan dari kalangan keluarga sederhana dengan ayah bernama Mohammad Adnan.

Meskipun dari latar belakang keluarga sederhana, dalam urusan pendidikan Arifin muda tidak tertinggal dari teman-temannya.

Poster film Pengkhianatan G30S/PKI dan sutradanya, Arifin C Noer. (Tribun Makassar)

Baca juga: Daftar Film yang Dibintangi oleh Michael Gambon, Pemeran Albus Dumbledore di Harry Potter

Ia mengawali pendidikannya di SD Taman Siswa dan SMP Muhammadiyah di kota kelahirannya, Cirebon pada tahun 1957.

Setelah menamatkan SMP, ia melanjutkan ke SMA Negeri di Cirebon, tetapi tidak tamat.

Kemudian ia memutuskan pergi mengembara ke Surakarta, Jawa Tengah.

Di kota itu Arifin masuk SMA Jurnalistik dan mulai belajar kesenian.

Ia merasa beruntung dapat berkenalan dengan Sapardi Djoko Damono, Dedy Sutomo, Mochtar Hadi, dan W.S. Rendra.

Setamat dari jenjang SMA pada tahun 1960, ia masuk ke Jurusan Administrasi Negara, Fakultas Sosial dan Politik, Universitas Tjokroaminoto, Surakarta, hingga tingkat doktoral.

Setelah menuntaskan pendidikannya di Kota Solo, Arifin kemudia melanjutkan pindah ke kota Yogyakarta.

Di sana ia memiliki segudang aktivitas kebudayaan itu membuatnya semakin kreatif menulis puisi dan menekuni teater.

Pertama kali ia bergabung dengan Teater Muslim pimpinan Mohammad Diponegoro.

Selanjutnya ia bergabung dengan Lingkaran Drama Rendra dan menjadi anggota Himpunan Sastrawan Surakarta.

Selesai menamatkan studinya di Fakultas Sosial Politik, Universitas Cokroaminoto, ia pindah ke Jakarta untuk mendirikan Teater Kecil pada tahun 1968.

Baca juga: 50 Tahun Berkarya, Christine Hakim Tak Lelah Bagikan Kisah, Juga Pengalaman Bermain di Film Just Mom

Ketika di Jakarta mulanya Arifin berpikir bahwa untuk sebuah kelompok kesenian perlu penyantun dana tetap sehingga kehidupan berteater dapat berjalan terus.

Namun setelah merasakan bekerja sebagai seorang manajer pengelola Balai Bimbingan dan Latihan Kerja, ia merasa ide kreatifnya terpasung.

Setelah melepas jabatannya itu Arifin berangkat ke Amerika Serikat bersama Satyagraha Hoerip untuk mengikuti International Writing Program di Universitas Iowa, Iowa City, USA (1972—1973).

Sepulangnya dari Amerika, ia mengembangkan bakat seninya tidak terbatas pada penulisan sajak dan teater, tetapi juga merambah ke dunia film layar lebar, sebagai penulis skenario dan sutradara.

Hingga dari arahan Arifin lahirlah sejumlah judul Film yang membuatnya banyak penghargaan.

Film garapannya yang mendapat penghargaan terbesar adalah "Pengkhianatan G 30 S/PKI" yang dibintangi Umar Kayam.

Film ini diputar setiap tahun melalui TVRI dalam memperingati "Hari Kesaktian Pancasila" pada masa pemerintahan Suharto.

Ternyata, dunia film membuatnya semakin terkenal di berbagai lapisan masyarakat.

Selain film tersebut Arifin juga memiliki banyak penghargaan dari karya film yang dibuatnya.

Dalam filmnya berjudul "Pemberang" ia dinyatakan sebagai penulis skenario terbaik Festival Film Asia 1972 dan ia mendapat piala The Golden Harvests.

Lalu dalam Festival Film Indonesia tahun 1973 dan 1974, Arifin meraih Piala Citra sebagai penulis skenario terbaik untuk "Rio Anakku" dan "Melawan Badai".

Film perdananya, "Suci Sang Primadona" (1977), membuat aktris Joice Erna mendapatkan Piala Citra sebagai Aktris Terbaik Festival Film Indonesia 1978. Arifin juga menerima Piala Vidia dalam Festival Sinetron Indonesia (1995).

Hal itu membuatnya diundang menjadi dosen tamu di akademi teater di Amerika Serikat.

Sepulangnya dari luar negeri ia pernah menjabat sebagai kepala humas majalah Sarinah dan terus berkesenian hingga akhir hayatnya.

Kemudian pada 28 Mei 1995 Arifin. C Noer menginggal dunia di Jakarta karena penyakit kanker hati.

Poster Film Penumpasan Pengkhianatan G30S PKI. (Imdb.com)

Baca juga: Ringkasan Film Pengkhianatan G30S/PKI, Kisah Kelam Gugurnya Pahlawan Revolusi Indonesia

Sejarah Pembuatan Film Penumpasan Pengkhianatan G30S PKI

Film G30S PKI dibuat dengan menghabiskan dana sekitar 800 juta.

Biaya tersebut berasal dari pemerintah saat itu.

Film ini menjadi film pertama yang dirilis secara komersil yang mengadaptasi peristiwa 1965 itu.

Waktu pembuatannya membutuhkan waktu selama hampir dua tahun.

Yaitu dengan rincian empat bulan awal pra-produksi, dan satu setengah tahun pembuatan.

Sutradara Arifin C. Noer ditugaskan oleh Pusat Produksi Film Negara (PPFN) untuk membuat film tersebut.

Sosok Arifin C Noer sutradara film Pengkhianatan G30S/PKI. (Kolase Tribunkaltim.co)
 
Kepala PPFN saat itu Brigadir Jenderal Gufran Dwipayana juga bertindak sebagai produser film G30S ini.

Sinematografi film ditangani oleh Hasan Basri dan penata musik oleh Embie C. Noer.

Skenario film Penumpasan Pengkhianatan G30S PKI ini didasarkan pada buku tahun 1968 karya Nugroho Notosusanton dan Ismail Saleh.

Buku itu berjudul Tragedi Nasional Percobaan Kup G 30 S/PKI di Indonesia.

Buku tersebut ditujukan untuk melawan teori asing akan peristiwa G30S yang terjadi.

Dalam mengadaptasi buku tersebut, Noer membaca banyak literatur yang tersedia termasuk dokumen pengadilan dan mewawancarai sejumlah saksi mata.

Selama syuting, kru menekankan realisme dan mempergunakan rumah sebenarnya dari para jenderal yang diculik dalam peristiwa tersebut.

Pada 10 adegan pembunuhan di adaptasi pada rekaman arsip dan kliping koran kontemporer saat itu yang sehubungan dengan peristiwanya.

Baca juga: Terjawab Film G30s PKI Tayang di TV Mana, Cek Kapan Ditayangkan 2022, Jadwal, Link dan Jam Berapa

Dalam proses pemilihan pemeran dalam film, Noer berupaya mencari pemeran yang terlihat mirip dengan tokoh aslinya.

Baca juga: Sejarah Pembuatan Film G30S PKI Karya Arifin C Noer, Habiskan Dana 800 Juta dan Diproduksi 2 Tahun

Beberapa bintang yang menjadi pemeran film G30S PKI ini di antaranya:

  • Bram Adrianto sebagai Untung Sjamsuri
  • Amoroso Katamsi sebagai Soeharto
  • Umar Kayam sebagai Soekarno,
  • Syubah Asa sebagai DN Aidit

Serta beberapa bintang lain seperti Ade Irawan, Sofia WD, Dani Marsuni, dan Charlie Sahetapy.

Pada awal perilisannya film Penumpasan Pengkhianatan G30S PKI semula akan diberi judul Sejarah Orde Baru.

Namun, kemudian dirilis dengan judul tersebut.

(Tribunnews.com/Muhammad Alvian Fakka)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini