Laporan Reporter Tribunnews.com, Reza Deni
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar mengaku khawatir dengan dampak negatif dari masa-masa penuh disrupsi yang kini melanda masyarakat.
Kiai Mif, sapaan Miftachul Akhyar mengatakan, demikian negatifnya masa penuh ketidakmenentuan itu hingga sebagian masyarakat lebih percaya kepada para pendusta dibandingkan dengan pemegang amanat.
Masa penuh disrupsi, kata Kiai Mif, dipenuhi dengan kesamaran antara yang benar (haq) dengan yang batil.
Seorang pembohong bisa lebih dipercaya, tapi yang berkata jujur justru tidak dipercaya.
Baca juga: Bicara soal Kapten Timnas AMIN, Cak Imin Bahas Peluang Mantan Ketum PBNU Said Aqil: Nanti Dibahas
"Zaman disrupsi menjadikan sahibul amanah (orang yang bisa dipercaya), justru kalah dengan para pembohong. Umat Islam, terutama kaum santri, harus bisa mengekang, mengendalikan diri, zaman disrupsi itu dengan mengedepankan akhlak. Akhlak menjadi pijakan kita bermasyarakat di tengah zaman yang terus berubah," kata Kiai Mif dalam keterangannya, Senin (9/10/2023).
Hal ini disampaikan Kiai Mif saat membuka kegiatan "Ngaji Revolusi Mental", digelar PBNU yang bekerja sama dengan Kemenko PMK di Pondok Pesantren Miftachussunnah, Kedungtarukan Surabaya.
Ngaji ini mengangkat sejumlah tema Revolusi Mental terkait nilai-nilai budaya masyarakat Indonesia, seperti gotong royong, etos kerja dan integritas kepribadian.
Tampil sebagai narasumber Dr Andre Notohamijoyo selaku Asisten Deputi Pemajuan dan Pelestarian Kebudayaan Kemenko PMK, KH Nurul Yakin Ishaq selaku Katib Syuriyah, Prof Dr M Mukri selaku Ketua PBNU, dan KH M Ma'ruf Khozin selaku Ketua Komisi Fatwa MUI Jawa Timur.
Dalam sambutannya, Ketua Penyelenggara PBNU, H Choirul Sholeh Rasyid, menjelaskan kegiatan "Ngaji Revolusi Mental" merupakan perwujudan kerja sama PBNU dengan Pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo.
"Kegiatan ini rangkaiannya diadakan di pesantren-pesantren dan madrasah-madrasah," tuturnya.
Prof Dr Mukti menekankan pentingnya sikap gotong-royong dan menjaga persatuan. Persatuan yang kokoh akan menjadikan bangsa kita tidak mudah tercerai-berai.
Baca juga: Rekomendasi Munas Alim Ulama: PBNU Tegaskan Tidak Terlibat Politik Praktis di Pemilu
"Islam sangat mementingkan persatuan dan saling menolong, sebagaimana diamanahkan KH Hasyim Asy'ari dalam Qanun Asasi Nahdlatul Ulama dan Risalah Ahlussunnah waljamaah. Ini merupakan modal kita menuju masa depan yang lebih baik," tutur Prof Mukri,
Sementara itu Andre Notohamijoyo menegaskan pentingnya menjaga identitas bangsa, termasuk dalam hal kreativitas.
Pengaruh yang jelas bisa dilihat dari gandrungnya masyarakat terhadap produk asing. Seperti drama Korea, dan film animasi dari negeri jiran Malaysia, Ipin Upin.
"Dengan menjaga identitas dan menghargai budaya kita, kita menemukan jati diri. Dengan menjaga identitas dan budaya kita sendiri kita akan mencapai tujuan yang dicita-citakan para pendiri bangsa," tuturnya.