TRIBUNNEWS.COM - Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi melantik Andi Amran Sulaiman sebagai Menteri Pertanian (Mentan) di Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu (25/10/2023).
Amran merupakan mantan Menteri Pertanian Kabinet Kerja Jokowi periode 2014-2019.
Amran mengisi kursi Mentan setelah Syahrul Yasin Limpo (SYL) terjerat kasus di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Jokowi memimpin langsung pengambilan sumpah jabatan pejabat negara tersebut.
"Saya bersumpah bahwa saya akan setia kepada Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 serta akan menjalankan segala peraturan perundang-undangan dengan selurus-lurusnya demi darmabakti saya kepada bangsa dan negara," kata Amran, Rabu, dikutip dari YouTube KompasTV.
Amran mempunyai latar belakang sebagai seorang pengusaha.
Namun pendidikan dan sebagian kariernya berkisar pada bidang pertanian.
Sebelum didapuk menjadi Mentan era Kabinet Kerja Jokowi, ia merupakan pemimpin Tiran Group, sebuah perusahaan konglomerat di Makassar.
Ia juga merupakan dosen ilmu pertanian di Universitas Hasanuddin yang dikelola pemerintah.
Selain Amran, pejabat yang dilantik yakni Letjen Agus Subiyanto sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD).
Agus akan menggantikan Jenderal Dudung Abdurachman yang akan pensiun.
Sempat Bertemu Jokowi saat Kasus SYL Mulai Diselidiki
Amran sebelumnya juga sempat menemui Jokowi di Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (15/9/2023) lalu.
Ia menemui Jokowi saat kasus dugaan korupsi di Kementan sudah mulai diselidiki.
KPK sebelumnya mengklaim bahwa penyelidikan di Kementan ini telah bergulir sejak awal 2023.
SYL juga telah diperiksa oleh KPK pada 19 Juni2023.
Amran mengatakan, pertemuannya dengan Jokowi pada September lalu hanya membahas soal ekonomi.
"Saya kan jadi pengusaha jadi diskusi masalah tentang ekonomi bagaimana ekonomi Indonesia, bagaimana kondisi ekonomi daerah, tentang bahas ekonomi," kata Amran.
Amran mengatakan pertemuannya dengan Jokowi bukan sekali ini saja.
Setelah tidak lagi menjadi Menteri, Amran mengaku sudah lima kali bertemu dengan Presiden.
Pertemuan yang digelar semuanya membahas masalah ekonomi dan dunia usaha.
"Dulu diskusi masalah tebu, pabrik gula yang sudah kita sudah operasi di Bombana (Sulawesi Tenggara) dan itu pabrik gula modern nah itu dulu dibahas, kemudian biofuel, kemudian dulu pernah masalah nikel, dan diskusi tentang ekonomi bagaimana kondisi riil dibawah."
:Jadi kalau tidak salah sudah lima kali diskusi tentang usaha," katanya.
(Tribunnews.com/Milani Resti/Taufik ismail)