Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah sedang menyiapkan teknologi di bidang pertanian untuk mencegah berulangnya bencana kelaparan di Papua.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan langkah ini dilakukan karena bencana kelaparan terjadi di wilayah Papua.
"Tetapi sekarang ini akan kita cari penyelesaian permanen bagaimana supaya itu tidak terjadi berulang di wilayah-wilayah itu. Karena itu kan selalu terjadi tiap tahun pindah-pindah aja, tapi kasusnya sama," ujar Muhadjir di Kantor Kemenko PMK, Jakarta, Selasa (31/10/2023).
Kementerian Pertanian, IPB, dan Kementerian Sosial, kata Muhadjir, telah menyiapkan skema pembangunan desa di Papua yang mampu beradaptasi dengan cuaca ekstrem.
Dirinya mengusulkan pembuatan varietas pangan yang tahan pada perubahan cuaca.
"Saya usulkan nanti segera ada penyelesaian berupa transfer teknologi tepat guna di sektor pertanian dan pengenalan varitas unggul yang tahan cuaca di wilayah-wilayah yang selama ini tanamannya tidak bisa produktif karena perubahan-perubahan cuaca yang sangat ekstrem di tempat itu," jelas Muhadjir.
Selain itu, Muhadjir juga meminta Kementerian Pertanian membuat kajian khusus untuk mendapatkan varietas unggul.
Muhadjir berharap pergantian Menteri Pertanian, dari Syahril Yasin Limpo ke Amran Sulaiman, tidak mengganggu upaya penanganan bencana kelaparan di Papua.
"Karena itu kemarin saya sudah diskusi dengan pak Rektor IPB dengan pak Menteri Pertanian yang baru untuk melanjutkan. Saya ingin jangan sampai kerja sama yang sudah ditetapkan oleh menteri pertanian yang lama terputus. Karena itu saya segera menemui untuk melanjutkan," tutur Muhadjir.
Seperti diketahui, bencana kelaparan terjadi di Yahukimo, Provinsi Papua Pegunungan, yang telah menyebabkan 23 orang meninggal dunia.
Baca juga: Bencana Kelaparan, 17 Penerbangan Angkut Bantuan Kemensos untuk Warga Yahukimo
Sebelumnya, bencana kelaparan sempat terjadi di Distrik Agandugume dan Lambewi, Kabupaten Puncak, Papua Tengah.