News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pameran Seni Rupa Titimangsa: Pandangan, Persepsi dan Asumsi tentang Kecerdasan Buatan

Editor: Tiara Shelavie
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pameran Seni Rupa Titimangsa

TRIBUNNEWS.COM - Di bulan November ini, Bentara Budaya menggelar pameran seni rupa Titimangsa yang akan menyajikan karya-karya dari kelompok Tu7uh Rupa.

Pameran Titimangsa akan dibuka pada hari Kamis, 9 November 2023 oleh Hendry CH Bangun (Ketua PWI Pusat).

Kelompok Tu7uh Rupa terdiri dari Ernawan Prianggodo, Feriendas, Ireng Halimun, M. Hady Santoso, M. Solech, Novandi, serta Yusuf Dwiyono.

Pameran berlangsung mulai tanggal 10-16 November 2023 pukul 10.00-18.00 WIB di Bentara Budaya Jakarta Jl. Palmerah Selatan no.17 Jakarta Pusat.

AI (artificial intelligent) atau kecerdasan buatan bermata dua. Mengagumkan, sekaligus mencemaskan.

Mengagumkan berkat kemampuannya yang sangat tinggi sebagai penopang kehidupan manusia. Mencemaskan karena kemungkinannya bisa mandiri dan lepas dari kontrol manusia.

Pameran Seni Rupa Titimangsa (Bentara Budaya)

Masyarakat modern seringkali terkejut dan tidak berdaya dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Mitos mereka bisa disebut kloning manusia, yang menimbulkan pertanyaan moral.

Bagi kita di Indonesia, mitos kontemporer bisa berupa korupsi, hukum yang tidak adil, atau identitas kelompok yang  mengancam kohesi. Pandemi Covid jelas perlu disebutkan.

Apakah kecerdasan buatan termasuk dalam kelompok ini bergantung pada cara kita melihatnya. 

Pandangan, persepsi, asumsi, penilaian (dan prasangka) tentang kecerdasan buatan inilah yang sangat mewarnai isi pameran seni rupa “Titi Mangsa” ini.

Secara umum sikap mereka moderat, yaitu melihat adanya asisten kecerdasan buatan yang semakin memudahkan kehidupan masyarakat.

Namun bisa juga dilihat dari sudut pandang lain, dengan menempatkan kecerdasan buatan dan prospek perkembangannya hanya sebagai bagian dari sejarah peradaban.

Fragmen sejarah  manusia dan lingkungan alam yang  terancam punah dan mampu dihidupkan kembali.

Lukisan pada gua prasejarah merepresentasikan kehadiran manusia yang  mampu mengekspresikan keberadaannya di pusat alam semesta.

“Komplit. Atau ambisius. Terserah anda untuk menilai tujuh orang peseni yang bergabung di dalam kelompok Tujuh Rupa ini: Ernawan Prianggodo, Feriendas, Ireng Halimun, M Hady Santosa, M Solech, Novandi, dan Yusuf Dwiyono” tulis Efix Mulyadi selaku kurator dalam kuratorial.

Tidak hanya pameran, juga diselenggarakan pula Artist’s Talk pada hari Jumat, 10 November 2023 pukul 15.00 WIB serta Workshop Papier Mache (Bubur Kertas) bersama M.Hady Santoso dan Bentara Muda Sabtu, 11 November 2023 pukul 13.00 WIB. Pendaftaran workshop melalui WhatsApp ke nomor 081282252401 (Kondang Yana).

Seluruh rangkaian acara GRATIS dan terbuka untuk umum.

Kelompok Tu7uh Rupa

Setelah hadirnya kegiatan seni lukis modern di Indonesia, di masa Raden Saleh, diikutilah dengan semangat melukis yang paralel dengan munculnya organisasi seni lukis (seni rupa) di Indonesia, seperti Seniman Indonesia Muda (SIM), Persatuan Ahli Gambar Indonesia (Persagi), Sanggar Bambu, Gerakan Seni Rupa Baru Indonesia, Himpunan Pelukis Jakarta (Hipta), dan lain-lain.

Semangat itu diserap oleh para pelukis (perupa) dengan mendirikan kelompok Taring Padi, Jendela, Sanggar Kamboja, dan Sanggar Garajas, sehingga banyak peseni yang bersemangat mendirikan komunitas seni rupa seperti Komunitas Lukis Cat Air (Kolcai), Ikatan Pelukis Indonesia (IPI), Koperasi Pelukis Jawa Timur (Koperjati), Komunitas Perupa Napas Seni (KPNS), Perupa Jakarta Raya (Peruja), dan lain-lain.

Di awal 2023 muncul kesepakatan dari 7 pelukis (perupa): Ireng Halimun, Novandi, M Hady Santoso, Feriendas, Ernawan Prianggodo, Yusuf Dwiyono, dan M Solech lalu membentuk organisasi seni rupa yang diberi nama Tu7uh Rupa.

Kelompok TU7UHRUPA tidak semata-mata bertujuan untuk menyakralkan angka 7.

Mereka hanya terinspirasi dan memetik hikmah, kehebatan, dan misteri dari angka 7 tersebut.

Pada hakikatnya kelompok TU7UHRUPA mengusung kebebasan dalam berkreativitas.

Di samping kami mengapresiasi, melestarikan, dan mengembangkan kearifan lokal (local wisdom) yang ada di negeri kita, namun bukan sekadar melakukan peniruan bentuk (mimesis), juga berupaya menafsir objek seni itu lewat kacamata seni dan mengemasnya ke dalam format karya seni rupa yang kekinian (modern).

Tujuannya agar kearifan lokal yang menjadi acuan itu diapresiasi oleh generasi kini dan masa depan setelah mereka menikmati karya seni rupa yang diciptakan dengan adanya unsur kebaruan dan kekinian. (*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini