TRIBUNNEWS.COM - Politisi, Wa Ode Nurhayati (WON) resmi menerima mandat sebagai koordinator presidium Forum Alumni HMI Wati (Forhati) Nasional, pada Ahad pekan lalu.
Sebelumnya posisi ini dijabat oleh Cut Emma.
Rotasi kepemimpinan di internal Forhati Nasional memang dilakukan setiap tahun.
Tahun ini amanah itu diberikan kepada WON.
WON, sapaan akrab Wa Ode Nurhayati, mengatakan 1 tahun sejak Munas di Palu banyak yang telah dilakukan oleh Forhati Nasional dalam peran sertanya sebagai perempuan dalam masyarakat indonesia.
Baca juga: Kisah Perjuangan Lafran Pane Pendiri HMI Diangkat ke Layar Lebar
"Banyak program yang kami lakukan mulai dari peduli bencana, berbagi selama ramadhan, sampai peduli palestina. Bendera forhati berkibar manis atas nama NKRI," katanya.
Ditanya mengenai langkah apa yang akan dilakukan, WON mengatakan tugasnya sebagai Koordinator yang baru adalah melanjutkan yang sudah baik di atas.
Apalagi saat ini adalah momentum demokrasi 2024, dimana satu tahun ke depan negara menghadapi dua agenda politik ditahun yang sama.
"Tahun ini cukup serius karena perhatian tertuju pada eskalasi politik nasional yakni Pemilu dan Pilpres bersamaan di tanggal 14 Februari 2024 dan Pilkada di rencanakan bulan November yang kemungkinan akan dimajukan pada bulan September," terangnya.
Menurutnya, FORHATI sebagai perempuan-perempuan intelektual tentu mengambil peran strategis sebagai penjaga demokrasi.
"Demokrasi jangan dinodai oleh politisasi SARA, ujaran kebencian, dan money politik yg seluruhnya dapat meruntuhkan martabat demokrasi," tegasnya.
Terakhir, politisi perempuan dari Partai Hanura ini, mengatakan akan menggandeng forhati wilayah dan daerah seluruh Indonesia dalam agenda menjaga demokrasi di atas.
Profil Wa Ode Nurhayati
Wa Ode Nurhayati, pernah menjadi anggota DPR RI Komisi VII dari Fraksi Partai Amanat Rakyat (PAN). Dia dilahirkan di Wakatobi, Sulawesi Tenggara pada tanggal 6 November 1981. Wa Ode terjun ke dunia politik atas permintaan ayahnya, La Ode Rane. Hal itu disampaikan Rane sebelum meninggal pada 2008.
Karena berstatus politikus muda saat mengikuti pemilihan umum, mantan aktivis Himpunan Mahasiswa Islam ini ditempatkan di nomor paling terakhir yakni di nomor enam untuk daerah pilihan Sulawesi Tenggara.
Wa Ode sadar memiliki nomor yang tidak menguntungkan, dari itu dia mengambil sikap proaktif dan mulai memperkenalkan dirinya kepada konstituen di level pedesaan.
Dia tak ingin menjadi politikus yang terkenal lewat baliho. Begitu memastikan namanya lolos ke Senayan, Wa Ode mengumpulkan alumni aktivis mahasiswa di Sultra untuk bergabung di Wa Ode Nurhayati Center. Para alumni itu diminta untuk bekerja mengumpulkan aspirasi warga yang nantinya akan disampaikan kepada dirinya.
Pada tahun 2011, KPK menetapkan Wa Ode Nurhayati sebagai tersangka kasus dugaan korupsi Dana Percepatan Pembangunan Infrastruktur Daerah Tertinggal (DPPIDT). Dia diduga telah menerima suap sebesar Rp 6 miliar dari pengusaha Fahd A Rafiq yang diberikan melalui pengusaha Haris Suharman.
Penerimaan suap ini diduga terkait penetapan tiga kabupaten di Aceh sebagai daerah penerima dana PPID. Setelah menjalani pemeriksaan selama kurang lebih sembilan jam pda tanggal 26 Januari 2012, Wa Ode akhirnya dibawa ke Rumah Tahanan Pondok Bambu, Jakarta Timur dari gedung KPK, Jakarta dengan mobil tahanan sekitar pukul 20.55 WIB.
Setelah ditetapkan sebagai tersangka, Wa Ode mulai menyeret nama-nama lain yang disinyalir ikut terlibat dalam kasus suap ini. Pada bulan Februari 2012, Wa Ode melaporkan berkas-berkas ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Berkas-berkas ini menurutnya bisa menjadi bukti adanya dugaan korupsi yang dilakukan oleh anggota Badan Anggaran (Banggar).
Seputar Forhati
Forum Alumni HMI Wati adalah organisasi alumni HMI wati yang berada di dalam KAHMI (Korp Alumni HMI), didirikan 22 Desember 1998 di Jakarta.
Tujuan berdirinya sebagai wadah bagi anggota untuk memaksimalkan pengalaman keilmuan, wawasan, potensi, dan profesi yang dimiliki dalam rangka ketaqwaan kepada Allah swt.
Sejalan dengan tujuan tersebut, maka menjelang usia ke-24 tahun, FORHATI utamanya harus menjadi rumah besar bagi alumni-alumni HMI wati, di daerah maupun nasional.
FORHATI menjadi wadah berkiprah alumni HMI wati dengan bebagai lini profesi kehidupan.
Oleh karena itu sebagai sebuah organisasi tempat berkumpul para professional, maka roda organisasi FORHATI harus digerakkan secara profesional dengan sebuah team work yang terkoordinasi dengan baik.
Kira-kira mirip tagline sebuah produk handphone yang pernah jaya pada masanya, connecting people.
Maknanya, begitupun layaknya roda organisasi akan bergerak dengan baik jika semuanya terkoneksi dengan baik.
FORHATI harus senantiasa peka dengan situasi yang terjadi di sekelilingnya, terutama persoalan-persoalan perempuan dan anak yang muaranya adalah keluarga.
Bagaimana menyederhanakan suatu persoalan yang timbul, menganalisisi dan memberi solusi yang konkret.
Sehingga FORHATI akan tampil terdepan untuk memperjuangkan harkat martabat perempuan dan anak, mulai dari mengawal hukum yang menjadi aturan-aturan terkait dan melahirkan konsep-konsep yang diperlukan.
Hingga memberi solusi pada tataran pelaksanaan pembinaan, pembelaan, dan peningkatan kemampuan.