Laporan Wartawan Tribunnews.com, Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Udara basah dan dingin menyapa di sebuah dapur sederhana, Desa Mundu, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah (Jateng), kala sore menuju maghrib.
Gemerisik air mendidih terdengar, dipanaskan di atas kompor gas dengan api biru menyala, menjadi penghangat suasana.
"Ini saya masak air untuk mandi," ujar Pono (56) salah seorang warga Desa Mundu, kepada Tribunnews.com, Rabu (29/11/2023).
Sudah menjadi hal biasa bagi Pono, mandi menggunakan air hangat.
Bukan melulu soal ketersediaan liquefied petroleum gas (LPG) yang melimpah, justru setiap harinya, Pono memasak air dengan kompor berbahan bakar kotoran sapi.
Kotoran sapi yang diproses sedemikian rupa di dalam instalasi bernama digester, hingga menghasilkan energi biogas.
Pono dan beberapa warga di Desa Mundu pun sudah bertahun-tahun secara mandiri memproduksi energi terbarukan tersebut.
Di mana notabene mayoritas masyarakat Desa Mundu berprofesi sebagai peternak sapi, sehingga hampir setiap warga memiliki sapi.
Baca juga: Taman Kehati Aqua Klaten, Menjaga Keanekaragaman, Membangun Kebermanfaatan
Di rumah Pono sendiri saja, terlihat di kandang petak miliknya terdapat enam sapi, empat di antaranya merupakan sapi indukan.
Ayah dua anak tersebut setiap sore mengumpulkan kotoran sapi sembari membersihkan kandang, lantas kotoran sapi itu dimasukkan ke dalam digester dengan kapasitas 6 kubik.
"Jadi kotoran sapi dicampur dengan air, perbandingannya 1:1, dimasukkan di digester, dekomposisi tersebut akan memanfaatkan bakteri metan hingga bakteri itu akan merombak bahan organik di dalamnya dan menghasilkan gas metan serta gas lainnya," tutur Pono.
Biogas itu pun disambungkan lewat pipa-pipa yang telah disusun sedemikian rupa dan disambungkan ke kompor, hingga bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Pendampingan dari Pabrik AQUA Klaten dan LPTP Surakarta