TRIBUNNEWS.COM, MANCHESTER – Nama Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan BPJS Kesehatan selaku penyelenggaranya, semakin harum dikenal dunia.
Dalam dialog bersama Doctoral Epistemic of Indonesia in The UK (Doctrine UK), Direktur Utama BPJS Kesehatan, Ghufron Mukti menceritakan dinamika perjalanan Program JKN di Indonesia. Bertempat di University of Manchester, United Kingdom pada Minggu (03/12), Ghufron menjelaskan berbagai tantangan, progres, hingga pencapaian BPJS Kesehatan sepanjang hampir satu dekade menjalankan tugasnya mengelola Program JKN.
“Menuju satu dekade, Program JKN telah berkembang menjadi program strategis yang memiliki kontribusi besar dan mampu membuka akses layanan kesehatan bagi masyarakat. Banyak negara sangat tertarik kepada BPJS Kesehatan sebagai sebuah program gotong royong berkonsep single payer. Jika dibandingkan negara-negara lain yang butuh puluhan tahun untuk mencapai UHC, progres di Indonesia ini terbilang luar biasa pesat,” kata Ghufron.
Baca juga: Perhimpunan Dokter Berharap Fitofarmaka Masuk JKN Agar Bisa Diresepkan untuk Pasien BPJS Kesehatan
Menurut Ghufron, bukan hal yang mudah untuk mendaftarkan lebih dari 95 persen penduduk Indonesia menjadi peserta JKN dalam waktu kurang dari 10 tahun. Pencapaian ini disebutnya sebagai buah kerja keras dan kolaborasi segenap pihak, sehingga patut diapresiasi. Ghufron juga menuturkan, jaminan kesehatan semesta adalah situasi di mana setiap orang dapat mengakses layanan kesehatan berkualitas yang mereka butuhkan tanpa kesulitan keuangan. Karena itu, selain dari sisi cakupan kepesertaan, akses pelayanan kesehatan pun harus ditingkatkan.
“Untuk melayani peserta JKN yang kini jumlahnya telah menembus angka 265 juta, kami sudah bekerja sama dengan lebih dari 26 ribu fasilitas kesehatan di Indonesia. Saat ini kami berupaya membuat pelayanan Program JKN menjadi lebih mudah, cepat, dan setara melalui transformasi mutu layanan. Kami juga memastikan fasilitas kesehatan menerapkan Janji Layanan JKN, di antaranya dengan menerima Nomor Induk Kependudukan (NIK) sebagai identitas sah peserta JKN, tidak membatasi hari rawat inap, tidak meminfa fotocopy berkas saat peserta berobat, tidak meminta biaya tambahan, memastikan ketersediaan obat, dan melayani peserta JKN dengan ramah tanpa diskriminasi,” katanya.
Baca juga: BPJS Kesehatan Beri Penghargaan dalam Digital Transformation Awards 2023
Dalam kesempatan tersebut, Ghufron juga mengatakan bahwa BPJS Kesehatan merupakan aset yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan penelitian maupun pengambilan kebijakan yang kredibel berbasis bukti (evidence based policy) untuk mendukung optimalisasi penyelenggaraan Program JKN. Untuk memudahkan proses pengolahan data oleh peneliti, akademisi, praktisi, dan pihak-pihak terkait lainnya, BPJS Kesehatan juga telah menyediakan data sampel yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat merepresentasikan data yang ada di BPJS Kesehatan.
“Setiap hari, ada 112 juta/hari transaksi data yang berlangsung di dalam ekosistem Program JKN, atau 1.296 transaksi data per detik. Terdapat 397,8 miliar row data, yang meliputi data kepesertaan, pelayanan kesehatan, dan iuran. Data-data ini bisa dimanfaatkan para peneliti maupun akademisi untuk mendukung penelitiannya,” kata Ghufron.
Sebagai informasi, Doctrine UK merupakan sebuah organisasi independen yang berdiri sejak awal 2022. Saat ini, organisasi tersebut telah memiliki 571 peserta yang didominasi oleh akademisi, pengajar atau dosen asal Indonesia yang bermukim di Inggris Raya. Ghufron pun berharap, para dosen tersebut dapat turut mengenalkan Program JKN dan seluk beluk penyelenggaraan jaminan kesehatan di Indonesia kepada anak didiknya.
“Kami sendiri sudah berkali-kali menerima kunjungan dari berbagai negara yang tertarik mempelajari mekanisme maupun implementasi jaminan kesehatan di Indonesia. Belum lama ini, puluhan delegasi Asian eHealth Information Network (AeHIN) dan Joint Learning Network (JLN) dari berbagai mancanegara berkunjung ke kantor BPJS Kesehatan untuk studi banding mengenai pengelolaan Program JKN,” kata Ghufron yang saat ini juga menjabat Ketua TC Health International Social Security Association (ISSA) beranggotakan 160 negara.
Baca juga: Lewat Baznas, BPJS Ketenagakerjaan Serahkan Bantuan Sebagai Bentuk Peduli Kemanusiaan Internasional