Pembuatan kapal di Indonesia dimulai ribuan tahun yang lalu, namun para pelaut di Sulawesi Selatan membuat kapal pinisi modern pertama pada tahun 1906.
Mereka mengambil inspirasi dari gaya tali-temali Eropa, mereka menyadari bahwa dengan menghilangkan tiang buritan di tengah.
Kapal dapat melaju lebih cepat sebuah keuntungan besar dalam mengangkut kargo dan menjadi kapal rakyat.
Desain megahnya menampilkan lambung besar yang tergantung di bagian depan kapal.
Perahu semakin populer selama bertahun-tahun, namun komunitas perahu pinisi yang paling terkenal tetap ada di Sulawesi.
Pada tahun 1980-an, masyarakat mulai menambahkan mesin pada perahu pinisi.
Setelah bertahun-tahun berbagi desain secara lisan, cetak biru kapal tersebut secara resmi dikodifikasi pada tahun 90an.
Warisan pembuatan kapal Sulawesi Selatan masih terus berkembang.
Baca juga: Kasal: TNI AL Perlu Kapal Selam yang Senyap dan Tahan Lama di Bawah Air
Kalau dulunya kapal ini digunakan untuk perdagangan, namun untuk saat ini banyak kapal pinisi yang digunakan sebagai daya tarik wisata.
Proses Pembuatan Kapal Pinisi
Di Indonesia, pembuatan kapal pinisi berada di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, tepatnya berada di tiga desa.
Yaitu Desa Tana Beru, Bira, dan Batu Licin.
Masih dilakukan dengan cara tradisional, pembuatan kapal pinisi tidak bisa dilakukan sembarangan.
Proses pembuatan kapal pinisi terbagi dalam tiga tahap.
Pada tahap pertama dimulai dari penentuan hari baik untuk mencari kayu untuk membuat kapal pinisi.
Biasanya, “hari baik” mencari kayu jatuh pada hari ke-5 atau ke-7 pada bulan pembuatan kapal.