News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Petani di Polahharjo Klaten Tangani Hama Tikus Sawah dengan Bantuan Burung Hantu Serak Jawa

Editor: Garudea Prabawati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Petani di Polahharjo Klaten Tangani Hama Tikus Sawah dengan Bantuan Burung Hantu Serak Jawa. (ISTIMEWA)

TRIBUNNEWS.COM - Petani di wilayah Kecamatan Polanharjo, Klaten, Jawa Tengah memiliki cara yang unik dalam upaya menghindari serangan hama tikus.

Seperti diketahui  wilayah Kecamatan Polanharjo, termasuk dalam kategori dataran rendah di mana mayoritas masyarakatnya sebagian besar bekerja sebagai petani desa.

Luasan lahan sawah di Kecamatan Polanharjo mencapai 1823,84 hektare (ha).

Dan hama tikus sawah, kini menjadi salah satu momok yang paling mengerikan bagi para petani tersebut.

Hama tikus bisa menghancurkan tanaman padi mereka, bahkan pada tahun 2017 di Kecamatan Polanharjo telah terjadi serangan hama seluas 96 ha.

Tikus-tikus sawah menjadi penyebab kerusakan tertinggi dibanding dengan organisme pengganggu tanaman lain.

Hama tikus ini pun menjadi sorotan besar di Klaten, khususnya di Polanharjo.

Baca juga: Taman Kehati Aqua Klaten, Menjaga Keanekaragaman, Membangun Kebermanfaatan

Pengendalian menggunakan racun tikus dan belerang bagi para petani memerlukan biaya dan penanganan khusus, ditambah lagi potensi pencemaran akan meningkat.

Mengatasi hal itu, pengendalian menggunakan predator alami menjadi salah satu solusi yang dikembangkan, hal itu karena selain biayanya yang murah, juga tidak memerlukan perawatan.

Rama Zakaria, Stakeholder Relations Manager Pabrik Danone AQUA Klaten, mengatakan salah satu predator alami yang dikembangkan saat ini adalah burung hantu Serak Jawa (Tyto alba), di mana seekor Serak Jawa mampu memakan 2 – 5 ekor tikus per harinya.

“Artinya, penanganan hama tikus sawah akan terselesaikan,” ujarnya.

Karenanya, di Kabupaten Klaten, ruang terbuka hijau bagi habitat alami Serak Jawa menjadi PR tersendiri karena adanya keterbatasan ruang.

Dan berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh Tim Peneliti, di Taman Kehati AQUA Klaten ditemukan adanya potensi baru untuk pengembangan bagi habitat alami Serak Jawa.

Serak Jawa merupakan spesies burung yang memiliki ukuran besar sekitar 34 cm.

Habitatnya secara umum dapat ditemukan di area dataran rendah.

Biasanya berada di wilayah yang memiliki kerapatan pepohonan seperti di tepi hutan, perkebunan, persawahan, pekarangan, hingga bangunan-bangunan besar dan taman-taman di kota besar.

Keberadaannya sering bertengger rendah di pohon atau bersembunyi di celah-celah gedung atau bangunan besar.

Potensi reproduksi Serak Jawa lebih tinggi jika dibandingkan dengan raptor lain.

Baca juga: Lewat Program Bank Sampah, Bantu Tingkatkan Ekonomi Warga Desa di Klaten Ini

Serak Jawa adalah burung dengan perkembangbiakan yang produktif. Setiap tahun mereka dapat menghasilkan hingga 3 indukan, dimana beberapa mampu menghasilkan hingga 12 anakan.

Dengan kondisi yang sesuai dan cocok, mereka dapat berkembang biak sepanjang tahun.

Dinamika populasi tahunan pada Serak Jawa sangat bergantung pada kondisi lingkungan. Serak Jawa merupakan spesies yang sangat sensitif terhadap faktor lingkungan, seperti cuaca buruk dan variasi pasokan makanan.

Keberadaaan rubuhan (Rumah Serak Jawa) di Kabupaten Klaten saat ini ada sebanyak 1.126 buah, dimana beberapa di antaranya merupakan inisiasi rubuha (Rumah Burung Hantu) yang dibangun oleh PT Tirta Investama- Pabrik Klaten.

Efektivitas Serak Jawa dapat ditingkatkan dengan pembuatan rubuhan sebagai tempat tinggal (sarang) yang ditempatkan di dekat atau sekitar lahan. Penerapan rubuhan bertujuan untuk dijadikan sebagai tempat transit Serak Jawa liar. Teknologi pemanfaatannya sangat mudah diterapkan. Pemasangan rubuha diatur agar memudahkan Serak Jawa mengamati dan memakan mangsa.

Pada saat keluar dari sarang, Serak Jawa tidak langsung terbang, namun hinggap dulu di atas pohon atau di depan atau atap rubuha untuk mengamati mangsa dan menentukan arah terbang. Penempatan rubuha yang ideal minimal satu unit setiap 10 hektare lahan.

Teknik pengendalian dengan menggunakan predator alami Serak Jawa dalam jangka panjang akan menunjukkan efisiensinya, karena Serak Jawa akan berkembang biak dan mengurangi biaya pengendalian.

Dengan adanya rubuhan, diharapkan Serak Jawa dapat bertempat tinggal dan berkembang biak sehingga mengurangi hama tikus di area persawahan di Kecamatan Polanharjo. Rubuha dibuat dengan menggunakan bahan dari kayu dan dibentuk menyerupai bentuk rumah.

Rubuha ini nantinya akan dipasang di sawah-sawah petani, Taman Kehati dan area sub DAS Sungai Pusur dengan harapan agar Serak Jawa dari alam dapat menempati dan berkembangbiak.

“Pemanfaatan burung hantu Serak Jawa dapat menjadi kebijakan prioritas pengendalian tikus karena termasuk teknologi pengendalian ramah lingkungan dan memiliki dampak jangka panjang,” kata Rama.

(*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini