Kemudian, kedua pihak sepakat dan sekutu tetap bertanggung jawab pada tugasnya.
Jalan raya Ambarawa-Magelang kemudian terbuka untuk Republik dan Serikat.
Sekutu pun tidak mengakui aktivitas NICA dan mengabaikan bunyi perjanjian yeng telah disetujui bersama.
Hal itu menyebabkan terjadinya pertempuran 20 November 1945.
Pada 22 November 1945, pertempuran merembet hingga ke dalam kota.
Untuk mengancam TKR, sekutu melakukan pengeboman ke pedalaman Ambarawa.
Baca juga: 50 Link Twibbon Hari Juang Kartika TNI AD 2023, Beserta Cara Membuatnya
TKR pun tak gentar, justru melakukan pembalasan.
Dari kejadian itu, Ambarawa terbagi menjadi empat sektor yakni utara, selatan, timur, dan barat.
Sebagai informasi, rakyat Ambarawa bersatu dengan TKR yang membuat sekutu kesulitan untuk menaklukkan wilayah itu.
Pada pertempuran itu, Kolonel Isdiman tewas dan digantikan oleh Kolonel Soedirman pada 25 November 1945.
Tewasnya Kolonel Isdiman membuat rakyat yang bersatu dengan TKR melakukan serangan balik pada akhir bulan November 1945.
Pertempuran tersebut membuat Inggris mundur ke daerah pesisir dan Kolonel Soedirman mengumpulkan para komandan sektor untuk menginstruksikan pukulan terakhir bagi sekutu.
Pada 5 Desember 1945, serangan pukulan terakhir itu membuat sekutu terusir dari Desa Banyubiru yang merupakan garis pertahanan terdepan.
Setelah itu, TKR dan rakyat kembali menyerang sekutu yang berada di dalam kota pada 12 Desember 1945.
Saat itu, sekutu yang berada di dalam Benteng Willem dikepung TKR dan rakyat selama empat hari empat malam.
Sejarah Pertempuran tersebut masuk dalam riwayat Pertempuran pasukan TNI AD dan diperingati setiap tahunnya.
(Tribunnews.com/Pondra)