TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi membeberkan kisah sukses Indonesia saat menjadi Presiden G20 2022 dan Ketua ASEAN 2023. Keberhasilan itu bukan hal yang mudah untuk diraih, karena Indonesia menjalankan amanahnya di tengah situasi geopolitik yang dinamis.
Di masa Presidensi G20 2022, stabilitas dan perdamaian dunia diuji dengan invasi Rusia ke Ukraina sejak 24 Februari 2022. Hal itu memperumit hubungan luar negeri Rusia dengan negara-negara Barat.
“Tidak banyak pihak yang memperkirakan bahwa Indonesia akan dapat menyelesaikan tugas Presidensi G20 dengan baik. Karena situasi yang sangat sulit pada saat itu. Tetapi, dengan semua modal yang kita miliki, alhamdulillah dapat menyelesaikan Presidensi dengan sangat baik dan dapat apresiasi sangat tinggi,” ujar Menlu Retno dikutip dari rilis Media Center Indonesia Maju, Kamis (4/1/2024).
Untuk diketahui, setelah purna tugas memimpin forum G20 negara ekonomi terbesar di dunia, Indonesia pun menjadi Ketua ASEAN 2023. Situasinya juga tidak mudah, karena Indonesia dibebankan krisis politik Myanmar imbas kudeta junta militer pada 1 Februari 2021.
Di samping itu, Indonesia juga memiliki cita-cita untuk menjadikan ASEAN sebagai pusat pertumbuhan ekonomi dunia. Visi itu bukan menjadi isapan jempol belaka, sebab Asia Tenggara merupakan kawasan yang paling diuntungkan dengan kebijakan transisi energi.
Indonesia, Thailand, dan Vietnam, lanjut Menlu Retno, merupakan salah tiga negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia yang merupakan komponen dasar untuk merangkai mobil listrik.
“Tahun 2023 kita jadi Ketua ASEAN. Harapan publik dunia terhadap keketuaan Indonesia di ASEAN sangat tinggi. Pada saat yang sama, kita paham kalau tahun 2022 posisi dunia tidak baik, dan 2023 tidak lebih baik. Jadi saya ingin mengajak kita melihat di tengah situasi yang tidak baik, kita kembali menjalankan tanggung jawab sebagai Ketua ASEAN,” ujar Menlu Retno.
“Dan posisi masing-masing negara, terutama Barat dengan Rusia dan China, gap posisi mereka di banyak isu sangat besar. Dengan semua aset yang kita miliki dan dukungan banyak pihak, Indonesia berhasil membawa ASEAN ke jenjang yang lebih tinggi, menjadikan ASEAN remains matters, menjadikan Asia Tenggara sebagai epicentrum of growth,” sambung alumni Universitas Gadjah Mada itu.
Di luar itu, kata Menlu Retno, Indonesia juga membangun fondasi visi ASEAN 2045, guna meningkatkan ketahanan kawasan. Di bawah keketuaan Indonesia, Sekretariat ASEAN yang berlokasi di Jakarta Selatan kemudian ditetapkan sebagai ASEAN Headquarter.
“Diskusi untuk mempersiapkan visi ASEAN 2045 pertama kali dilakukan di bawah keketuaan Indonesia. Termasuk memulai diskusi green and blue economy. Roadmap keanggotaan penuh Timor Leste juga sudah dibuat, tinggal diimplementasikan,” demikian Menlu Retno mengungkap pencapaian lainnya.
Mantan Duta Besar Republik Indonesia untuk Belanda dan Norwegia itu lantas mengutip salah satu publikasi di The Straits Times, yang menyebutkan bahwa sepak terjang Indonesia sebagai Ketua ASEAN 2023 layak mendapatkan apresiasi.
“Kepemimpinan Indonesia sangat krusial untuk mencegah balkanisasi ASEAN. Indonesia harus mendapatkan kredit atas usaha itu, karena tetap mempertahankan ASEAN di tengah lanskap geopolitik yang menantang,” kata Menlu Retno, mengutip pandangan seorang pakar dalam artikel tersebut.
Terakhir, Retno turut menyatakan bahwa peran Indonesia di kancah global sekaligus membantah berbagai spekulasi, yang menyebut kebijakan luar negeri di bawah Presiden Joko Widodo akan lebih berorientasi ke dalam negeri.
“Dari semua data yang kita miliki, kekhawatiran seputar Indonesia akan menjadi inward looking sama sekali tidak terbukti, bahkan kepemimpinan Indonesia diakui dunia. Karena pada saat kita memimpin, kita juga menyatukan perbedaan yang ada. G20 dan ASEAN benar-benar mencerminkan hal itu,” tutup Retno.