World Health Organization (WHO) ungkap timbel dan merkuri adalah dua neurotoksin paling berbahaya.
Paparannya dapat mengakibatkan cacat lahir, kerusakan otak, kardiovaskular, penyakit ginjal, dan masih banyak lagi.
Timbal dapat ditemui di alam dan digunakan dalam berbagai jenis produk di sekitar kita.
Banyaknya pekerjaan seperti daur ulang baterai-asam bertimbal secara informal di lingkungan rumah tangga.
Serta kegiatan sehari-hari yang terkait timbel dapat menyumbang pencemaran timbal pada lingkungan.
Pencemaran timbal ini terjadi pada tanah, air, udara yang menyebabkan dampak buruk pada kesehatan anak dan dewasa.
WHO merekomendasikan Kadar Timbel Darah (KTD) 5 µg/dL sebagai penanda sumber pajanan lingkungan yang perlu diwaspadai.
Disarankan agar KTD tidak lebih dari itu. Sementara 45 µg/dL merupakan batas KTD untuk pertimbangan pemberian terapi.
"Kontaminasi timbal di lingkungan dan dampaknya pada kesehatan perlu menjadi dorongan bagi kita untuk segera melakukan tindakan penanganan dan pencegahan," pungkas Budi.