TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kondisi politik semakin memanas jelang pemungutan suara Pilpres 2024 yang akan digelar pada 14 Februari 2024.
Berbagai isu politik saat ini beredar, mulai dari peluang koalisi kubu pasangan calon presiden (capres) dan wakil presiden (cawapres), kemudian laporan ke Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) hingga saling serang soal visi-misi dari paslon.
Pengamat politik sekaligus Direktur Lingkar Madani (LIMA) Indonesia, Ray Rangkuti bahkan menyebut Pemilu 2024 ini pemilu yang paling runyam, ribet dan menakutkan.
"Agak menakutkan karena ada ambisi politik terlalu bersemangat untuk mendorong satu putaran."
"Efek dari itulah yang membuat ada perasaan tidak nyaman, takut."
"Dan sebetulnya perasaan takut ini tidak bagus bagi kualitas demokrasi," ujar Ray Rangkuti dalam wawancara eksklusif Tribunnews On Focus, Senin (15/1/2024).
Meskipun demikian Ray tidak yakin pilpres 2024 akan berlangsung satu putaran.
Dia melandaskan pada sejumlah gejala hingga hasil survei yang sudah dirilis tidak ada yang memenuhi syarat terjadinya satu putaran.
"Saya tidak terlalu yakin akan terjadi satu putaran."
"Berbagai gejala memperlihatkan arus yang sebaliknya," jelasnya.
Menurut dia, salah satu hal yang menunjukkan itu adalah saat Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengomentari tata cara hingga materi pertanyaan paslon yang disebut menyerang personal.
"Bahkan sampai Presiden mengomentari tata cara debat, mengomentari materi pertanyaan orang yang disebut menyerang personal."
"Yang mana menyerang personal? Kalau orang bertanya soal tanah itu amat sangat relevan di forum debat itu," ucapnya.
"Kalau orang bertanya 'kenapa kamu beli pasawat bekas?' itu sangat relevan di dalam forum debat itu," lanjutnya.
Dia juga menyoroti tren elektabilitas paslon 02 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka yang tidak menunjukkan peningkatan.
"Tren ini kelihatan agak macet, Darimana kita lihat trennya? Tentu dari banyak lembaga survei yang mengkonfirmasi surveinya masih sekitar 45 persen," sebutnya.
"Padahal tinggal satu bulan lagi kedepan (menuju Pipres)," jelasnya.
Untuk lebih lengkapnya saksikan wawancara dengan Pengamat politik sekaligus Direktur Lingkar Madani (LIMA) Indonesia Ray Rangkuti dalam Program On Focus Tribunnews.(*)