Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Dewan Pembina Yayasan Perguruan Tinggi 17 Agustus 1945 Jakarta Rudyono Darsono mengungkapkan tingkat kecerdasan intelektual atau IQ masyarakat Indonesia masih berada di urutan belakang di antara negara-negara ASEAN.
Menurut Rudyono, salah satu penyebab IQ rendah terkait dengan asupan gizi yang didapatkan oleh masyarakat.
“Ayo sama-sama kita akui kelemahan kita. Bukan untuk merasa kita malu, kita sebagai salah satu bangsa terbodoh, dari sekian belas survei internasional yang ada, di ASEAN kita menjadi salah satu bangsa yang terbodoh,” ucap Rudyono.
Hal tersebut diungkapkan oleh Rudyono usai pengambilan sumpah apoteker Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta di Gedung Sport Kelapa Gading, Jakarta, Kamis (18/1/2024).
Menurutnya, Pemerintah harus mampu membangun dunia pendidikan Indonesia agar bangsa ini bisa lebih cerdas secara IQ.
Pemerintah dapat belajar dari capaian tersebut dengan mengakui status itu untuk kemudian memunculkan harapan untuk memperbaikinya ke depan.
“Supaya bangsa ini mau belajar dari pengalaman masa lalu. Paling penting itu mau mengakui kelemahan kita. Supaya ke depan ini kita mau belajar dan berjuang untuk bisa lebih baik,” kata Rudyono.
Tema itulah yang diangkat dalam kegiatan pelantikan dan pengambilan sumpah apoteker Universitas 17 Agustus 1945 (UTA 45) Jakarta Angkatan ke-47 di Jakarta Utara.
Dia menyatakan, pihaknya bertekad untuk membuat Indonesia keluar dari status tersebut, hal yang tidak dijadikan perhatian oleh pemerintah.
"Kenapa IQ bangsa Indonesia bisa begitu rendah? Apa masalahnya? Gizi. Kita tidak pernah memperhatikan gizi itu," tutur Rudyono.
UTA 45 Jakarta, kata dia, mengajak semua pihak untuk berani jujur. Dia pun menukil satu pepatah kuno, yakni metika sekelompok orang lemah dipaksa menjadi kuat, maka satu-satunya jalan yang dapat dilakukan adalah dengan persatuan.
"Tidak ada lain. Kenapa, karena kita orang lemah. Kalau satu-satu, habis kita dimakan binatang buas ini. Itu yang harus kita camkan dan mengerti," jelasnya.
Seperti diketahui, ebanyak 322 mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker, Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta dinyatakan lulus dan diambil sumpah sebagai apoteker.
Pembukaan sidang sekaligus Pengucapan Sumpah Apoteker dipimpin oleh Dekan Farmasi UTA’45 jakarta bapak apt.Drs. Stefanus Lukas, MARS.
Hadir juga Dewan Pembina Yayasan Perguruan Tinggi 17 Agustus 1945 Jakarta Dr.Rudyono Darsono, MH, Ketua Yayasan Perguruan Tinggi 17 Agustus 1945 Jakarta Dr. Bambang Sulistomo, M.Si, Rektor UTA’45 Jakarta J Rajes Khana, Ph.D, Jajaran Rektorat UTA’45, Ketua LLDIKTI wilayah III, Ketua APTFI Prof.Dr.apt. Yandi Syukri, M.Si, dan ketua KIFI Prof. Dr.apt. Kerry Lestari, M.Si.
Baca juga: Sejarah Perumusan Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945
Pada acara pengambilan sumpah apoteker diumumkan lulusan Program Studi Profesi Apoteker UTA’45 yang mendapatkan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) tertinggi untuk masa pendidikan 2022 hingga Desember 2023.