TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Produksi beras dan jagung sebagai komoditas pangan pokok strategis di pasaran akan segera mengalami peningkatan seiring dengan datangnya panen raya yang diperkirakan terjadi mulai Maret 2024.
Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi mengatakan, seluruh stakeholder harus bersiap mengoptimalkan penyerapan hasil panen di masa panen raya.
"Badan Pangan Nasional bersama Kementerian Pertanian saat ini sedang mempersiapkan penyerapan hasil panen yang mulai tinggi bulan Maret 2024. Untuk itu, kita harus lakukan koordinasi bersama BUMN di bidang pangan, Bulog, private sector, penggiling padi, pengusaha jagung, perusahaan pakan ternak, seluruh kementerian dan lembaga terkait," ujar Arief dalam keterangannya pada Minggu (4/2/2024) di Jakarta.
Baca juga: Hadiri Panen Raya di Madiun, Cak Imin Soroti Persoalan Petani: Puluhan Tahun Dibiarkan Pemerintah
Menurutnya, antisipasi panen yang mulai terjadi pada Maret mendatang menjadi krusial untuk menjaga harga di tingkat petani tidak jatuh.
"Di sinilah peran pemerintah untuk menjaga hasil petani yang berlimpah nanti, sehingga kita lakukan penyerapan khususnya komoditas padi dan jagung sesuai harga acuan pembelian yang ditetapkan. Ini yang juga menjadi concern Bapak Presiden Joko Widodo agar keseimbangan harga baik di tingkat produsen, pedagang, dan konsumen terjaga," ungkap Arief.
Adapun penyerapan hasil panen petani mengacu pada Peraturan Badan Pangan Nasional (Perbadan) Nomor 5 tahun 2022 Harga Acuan Pembelian di Tingkat Produsen dan Harga Acuan Penjualan di tingkat Konsumen Komoditas Jagung, Telur Ayam Ras, dan Daging Ayam Ras dan Perbadan nomor 6 tahun 2023 tentang Harga Pembelian Pemerintah dan Rafaksi Harga Gabah dan Beras.
"Harga tersebut adalah harga minimal yang diterima petani sehingga para petani Indonesia terjaga dari kerugian. Hal ini menjadi prioritas kami terutama bersama Menteri Pertanian Pak Amran Sulaiman," kata Arief.
Kepala NFA Arief Prasetyo Adi juga mengatakan bahwa kualitas hasil panen sangat penting sebagai tolok ukur penerimaan produk yang baik di pasaran. Untuk itu, Arief mengingatkan para penggiling padi, perusahaan jagung, dan pakan ternak agar mempersiapkan dryer atau pengering untuk dapat mengurangi kadar air padi dan jagung sampai sekitar 14 persen.
Baca juga: Panen Raya Mundur ke Mei-Juni 2024, Ini Tanggapan Bapanas
Pengaturan persentase maksimum kadar air diatur dalam Perbadan Nomor 6 Tahun 2023, untuk Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani dan di penggilingan maksimum 25 persen, Gabah Kering Giling (GKG) di penggilingan dan di gudang Perum Bulog maksimum 14 persen. Sedangkan untuk beras di gudang Bulog kadar air maksimum 14 persen.
Untuk komoditas jagung, kualitas kadar air diatur dalam Perbadan 5 tahun 2022 dimana harga acuan Pembelian Jagung Pipilan kering untuk kadar air 15 persen sebesar Rp 4.200 per kilogram (kg), kadar air 20 persen Rp 3.970 per kg, kadar air 25 persen Rp 3.750 per kg, dan kadar air 30 persen Rp 3.540 per kg.
Untuk itu, Arief mengungkapkan dalam waktu dekat pihaknya bersama Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman akan mengundang para stakeholder pangan tersebut untuk mempersiapkan penyerapan hasil produksi petani yang diperkirakan akan mengalami surplus di saat panen raya pada Maret 2024.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman optimis panen raya mendatang akan menghasilkan produksi yang cukup baik. Dalam kunjungannya ke Bantul, Yogyakarta, pada Rabu (24/1/2024), dia mengungkapkan masa tanam padi berjalan maksimal di sejumlah wilayah.
Baca juga: Menteri KKP Trenggono: Panen Raya Udang Vaname di BUBK Kebumen Mencapai 249 Ton
"Kami sudah keliling ke 13 provinsi, itu sudah serempak tanam, artinya tiga bulan ke depan kita akan panen, Maret-April itu puncak panen. Desember kemarin, kita tanam 1,5 juta hektare, Indonesia cukup tanam 1 juta hektar per bulan, itu sudah aman karena itu produksinya 2,5 juta-3 juta ton,” kata Amran.
Adapun Berdasarkan Kerangka Sampel Area (KSA) Badan Pusat Statistik (BPS), pada Maret 2024 diperkirakan produksi beras mencapai 3,51 juta ton.
Angka ini berada di atas kebutuhan bulanan sebesar 2,5 juta ton, sehingga pada bulan tersebut akan terjadi surplus sekitar 970 ribu ton.
Sementara KSA BPS untuk komoditas jagung, diperkirakan produksi pada Maret 2024 juga mengalami surplus sekitar 600 ribu ton, dengan perkiraan produksi 1,95 juta ton dan kebutuhan 1,35 juta ton. Produksi jagung pada Maret 2024 lebih tinggi pada periode yang sama di tahun 2022.