"Kondisi tersebut menyebabkan Pulau Jawa rentan terhadap bencana hidrologis dan krisis pangan," tambah pria yang juga aktivis lingkungan tersebut.
Berkaitan dengan perbaikan tata kelola hutan dan lingkungan, lanjut Ananda, perlu adanya Daya Dukung dan Daya Tampung (DDDT) pangan. "Ini bisa menjadi salah satu focus dan pertimbangan dalam menetapkan langkah-langkah strategisnya," kata Ananda.
Ananda menyampaikan bahwa karakteristik wilayah region Jawa mempunyai potensi tinggi untuk berkontribusi dalam aksi mitigasi peningkatan emisi GRK. Hal ini didukung dengan keberadaan area konservasi, area konsesi/produksi, Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus–KHDPK dan hutan mangrove di region Jawa. "Punya potensi kontribusi tinggi dalam peningkatan cadangan karbon," kata Ananda.
Baca juga: Menteri Siti Pastikan Target FOLU Net Sink 2030 Berjalan Sesuai Rencana
Senada, Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Bambang Hendroyono menyebut bahwa Hutan lindung dan hutan konservasi di Pulau Jawa yang luasnya berkisar 1,4 juta ha merupakan penyangga kehidupan. Fungisnya untuk pengatur tata air dan memiliki peran penting dalam menjaga keanekaragaman hayati.
"Jumlah lahan kritis yang relatif luas perlu segera direhabilitasi sehingga potensi penyerapan karbon cukup besar di Pulau Jawa," pungkasnya.
M. Wahyudin Nastulloh, Ketua Umum HMI Komisariat Kehutanan IPB Cabang Bogor, mengapresiasi gelaran kegiatan kampanye lingkungan yang diinisiasi tokoh-tokoh muda.
Wahyudin lantas memuji organisasi Green Leader, salah satunya Ananda Tohpati.
"Beliau sangat concern mengawal isu-isu lingkungan. Kolaborasi dan inovasinya memberikan inspirasi bagi kami," pungkasnya. (*)