News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pemilu 2024

Apa Itu Silent Majority? Ramai di Media Sosial saat Pemilu 2024

Penulis: Widya Lisfianti
Editor: Nanda Lusiana Saputri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ilustrasi silent majority - Angka hasil hitung cepat atau quick count Pemilu 2024 memunculkan istilah silent majority.

TRIBUNNEWS.COM - Pemilu 2024 tengah memasuki tahapan penghitungan suara.

Meski belum ada pengumuman resmi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU), namun hasil hitung cepat atau quick count telah beredar.

Hasil hitung cepat dari lembaga survei Litbang Kompas menunjukkan pasangan calon (Paslon) 02, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka unggul 58,47 persen, kemudian disusul paslon 01, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar 25,32 persen dan paslon 03, Ganjar Pranowo-Mahfud MD 16.21 persen.

Angka-angka hasil hitung cepat ini kemudian memunculkan istilah Silent Majority.

Istilah silent majority ramai diperbincangkan di media sosial, terutama TikTok.

Lantas, apa itu silent majority?

Silent Majority adalah pemilih yang selama ini bersikap diam dan memberikan pembuktian saat pemungutan suara, dikutip dari fisip.ub.ac.id.

Dosen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Brawijaya, Verdy Firmantoro mengungkapkan, silent majority ini adalah orang yang memilih pasif dalam perdebatan publik tapi merupakan pemilih aktif.

"Ini yang disebut sebagai silent majority, di mana orang-orang grass-root yang tentunya mereka tidak banyak mewarnai perdebatan publik tapi mereka menjadi pemilih aktif, dan betul-betul datang ke TPS menyuarakan aspirasinya. Itulah yang sepertinya menjadi penyebab mendulangnya angka bagi paslon 02," paparnya, Kamis (15/2/2024).

Sejarah Silent Majority

Istilah silent majority pertama kali digunakan pada tahun 1919 oleh kampanye Calvin Coolidge untuk nominasi Presiden Amerika Serikat (AS) tahun 1920.

Baca juga: Jelang Imlek, Warga Tionghoa Komunitas Silent Majority Bicara Alasan Dukung Ganjar-Mahfud di Pilpres

Silent majority kemudian dipopulerkan oleh Presiden AS, Richard Nixon dalam pidatonya di televisi pada 3 November 1969.

Saat itu, Nixon meyakinkan rakyat AS bahwa dia mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk mendorong perdamaian dan mengakhiri Perang Vietnam.

Dia tidak menganjurkan penarikan pasukan, melainkan merundingkan perdamaian.

Nixon tetap bersimpati pada seruan AS untuk perdamaian, namun terus maju dengan niat teguh untuk mengakhiri perang dan menjamin stabilitas di Vietnam Selatan.

"And so tonight - to you, the great silent majority of my fellow Americans - I ask for your support."

"Dan malam ini—kepada Anda, mayoritas warga Amerika yang diam—saya meminta dukungan Anda."

Nixon menggunakan istilah silent majority yang merujuk pada orang-orang Amerika yang tidak bergabung dalam demonstrasi besar-besaran menentang Perang Vietnam pada saat itu.

Nixon, bersama dengan banyak orang lainnya, melihat kelompok Amerika Tengah ini dibayangi oleh media oleh kelompok minoritas yang lebih vokal atau vocal minority.

(Tribunnews.com, Widya) (Kompas.tv, Dian Nita)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini