“Namun, ada tantangan bagi kelompok masyarakat menengah. Untuk membiayai kuliah berat, tapi tidak eligble mendapat KIP Kuliah. Untuk itu, kita perlu mencari skema pendanaan yang baik, yang tidak membuat mahasiswa terjerat utang seumur hidup,” ujar Nizam.
Pemerintah, melalui Kementerian Keuangan sedang mengkaji skema student loans yang ramah dan tidak menyebabkan lulusan dijerat utang, serta tidak gagal bayar.
Salah satu skema student loans yang dikaji intens yakni Income Contingent Loans yang diterapkan di Australia, yang juga direplikasi di Inggris dan beberapa negara lain.
Baca juga: Pimpinan Komisi X DPR Tolak Pinjol untuk Pembayaran UKT ITB
“Mudah-mudahan dengan skema tersebut, akses ke perguruan tinggi tidak lagi terkendala kemampuan ekonomi orangtua,” kata Nizam.
Perkembangan angka partisipasi kasar (APK) pendidikan tinggi di Indonesia dari tahun 2015 hingga 2023 terus meningkat. di tahun 2015 APK PT berkisar 25-26 persen dengan jumlah sekitar 5,8 juta mahsiswa. Di akhir tahun 2023.
Jumlah mahasiswa hampir dua kali lipat, sebanyak 9,8 juta mahasiswa. Kini, APK PT menyentuh hampir 40 persen.
Handayani mengatakan sitausi inflasi biaya pendidikan tidak terhindarkan. Rata-rata inflasi biaya pendidikan di kisaran 3,8 – 5 persen. Bahkan di perguruan tinggi utama, inflasi biaya pendidikan bisa di kisaran 8-10 persen.
Menurut Handayani, perbankan dapat memfasiliatsi kebutuhan pembiayaan pendidikan dari tingkat awal pendidikan hingga perguruan tinggi. “BRI sebagai salah satu BUMN milik pemerintah dan go public, sebagai tanggung jawab, juga menaruh perhatian pada pendidikan. Kami menyalurkan bantuan untuk meningkatkan kompetensi SDM,” kata Handayani.
Terkait pinjaman daring atau online sebenarnya tidak salah, namun jika berbunga tinggi tentunya memberatkan peminjam. Berdasarkan data, kalangan pelajar juga ada yang terjerat pinjaman daring. Bahkan untuk kalangan guru termasuk tinggi, hingga 42 persen.
“Jadi kami berkomitmen untuk bisa memfasilitasi pemberian pinjaman dengan bunga yang dapat diterima atau affordable, supaya peminjam tidak terjerat dalam hutang,” kata Handayani.
BRI siap mendukung seluruh kebutuhan ekosistem universitas/pendidikan tinggi. Khusus terkait mahasiswa, BRI dapat memberikan dukungan terkait dua aspek utama yaitu biaya pendidikan dan literasi keuangan.
Adapun untuk biaya pendidikan, BRI siap mendukung dalam bentuk beasiswa, pinjaman Briguna pendidikan dengan bunga ringan, dan juga pembiayaan melalui fasilitas cicilan kartu kredit dengan bunga mulai nol persen.
Didin mengatakan biaya kuliah tinggi tidak terhindarkan misalkan biaya operasional kampus, khususnya perguruan tinggi swasta (PTS) terus meningkat dan dibebankan kepada mahasiswa. Biaya investasi juga meningkat dan tingklat inflasi tinggi.
“Kami berharap pemerintah daerah juga mulai menaruh perhatian pada perguruan tinggi di daerah Banyak hal yang bisa dilakukan, semisal dari pembedaan pajak bumi dan bangunan antara lembaga sosial dan bisnis. Pengurangan dari dana ini saja bisa membantu dialokasikan untuk mahasiswa,” kata Didin.