"Modal popularitas ini adalah modal yang paling utama," kata Ahmad dikutip dari tayangan Kompas Malam, Sabtu (9/3/2024).
"Kemudian selanjutnya, saya lihat latar belakang Erina ini kan merupakan sosok aktivis pada dasarnya, Miss Indonesia."
"Lalu pada beberapa kesempatan saat diwawancara, jawaban dia cukup meyakinkan sebagai sosok public figure yang mengetahui isu-isu krusial serta politik."
Kendati tak memiliki pengalaman politik praktis, sosok Erina disebut Saidiman memiliki kualitas cukup baik.
"Saya rasa dari sisi kualitas juga cukup baik, meskipun tanpa pengalaman politik praktis," katanya.
Namun, Saidiman menyebut, pencalonan Erina sebagai Bupati Sleman akan menuai sorotan publik internasional terkait politik dinasti dan demokrasi di Indonesia.
"Saya kira itu akan menjadi catatan serius, saya melihat ini dari laporan dari sejumlah lembaga pemerhati demokrasi, atau pemerhati kebebasan di seluruh dunia, bahwa posisi Indonesia masih tidak fully democratic."
"Kekuatan Pak Jokowi di eksekutif ini sangat dominan dan tidak ada penyeimbang."
"Bahkan sampai sekarang hanya ada satu partai di parlemen yang bisa mengontrol pemerintah," ungkapnya.
"Jika Erina berhasil masuk ke eksekutif, ini akan memperparah pandangan dunia internasional terhadap demokrasi yang ada di negara kita," tambahnya.
Saidiman juga mengingatkan, politik dinasti yang merusak demokrasi akan berimbas negatif pada pelakunya.
"Tetapi jangan lupa, masyarakat kita sebetulnya belajar dari waktu ke waktu, kalau mereka melihat eksperimentasi dari keluarga Jokowi merusak demokrasi kita, misalnya mengurangi keseimbangan antara partai pemerintah dan partai-partai oposisi, itu bisa menjadi poin negatif untuk keluarga Jokowi," kata Saidiman.
Respon Golkar
Partai Golkar menanggapi nama menantu Presiden Joko Widodo (Jokowi) sekaligus istri Kaesang Pangarep, Erina Gudono yang masuk ke dalam bursa bakal calon bupati di Pilkada Kabupaten Sleman 2024.