Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM - Merayakan Hari Perempuan Sedunia, perwakilan Indonesia dari Kongres Wanita Indonesia (Kowani), Prita Kemal Gani, menyuarakan pentingnya peran pendidikan dalam kewirausahaan untuk mengatasi kemiskinan.
Seruan Founder dan CEO LSPR tersebut digaungkan pada side event UN CSW68 (United Nations Commission on the Status of Women 68 Session), yang berlangsung di kantor pusat PBB, di New York, Amerika Serikat, Senin, 18 Maret 2024.
Dikutip dari Website UN Women, 1 dari setiap 10 perempuan di dunia hidup dalam kemiskinan ekstrem.
Jumlah perempuan dan anak perempuan yang tinggal di wilayah terdampak konflik meningkat dua kali lipat sejak tahun 2017.
Saat ini, lebih dari 614 juta perempuan dan anak perempuan tinggal di wilayah terdampak konflik. Di wilayah konflik, perempuan 7,7 kali lebih mungkin hidup dalam kemiskinan ekstrem.
Sementara itu, di Indonesia, dengan jumlah penduduk sebanyak 279 juta, 51 persen merupakan perempuan dan 39 persen adalah anak. Berangkat dari fakta itu, menurut Prita, diperlukan peran pendidikan yang tepat dan merata untuk mengatasi ketimpangan yang ada.
Baca juga: Prita Kemal Gani Luncurkan Biografi 30 Tahun Sebagai Pendidik Terbitan Kepustakaan Populer Gramedia
“Ketimpangan yang ada di Indonesia dalam sektor pendidikan ini tidak hanya menghambat pertumbuhan pribadi dan potensi individu, tetapi juga terus berlanjutnya kemiskinan sistemik,” sarannya.
Di hadapan 100 peserta UN CSW68 dari seluruh belahan dunia, Prita mengajak semua yang hadir untuk turut mengembangkan pendidikan berkualitas dan mengatasi kemiskinan melalui pendekatan pendidikan yang inovatif.
Prita menuturkan, upayanya memperjuangkan kesetaraan pendidikan untuk anak dan perempuan dalam mengentaskan kemiskinan sudah dilakukan sejak 32 tahun lalu, dengan mendirikan LSPR dengan menyelenggarakan pendidikan berkualitas dan menjembatani ketimpangan pendidikan dan kesenjangan sosial dan ekonomi Indonesia.
Prita menjelaskan, ada tiga aksi nyata yang telah dilakukan lembaga pendidikannya itu dalam memberdayakan perempuan dan anak untuk melawan kemiskinan melalui pendidikan. Pertama, melalui Program Beasiswa.
Menurutnya, pendidikan adalah investasi terbaik yang dapat kita berikan kepada generasi muda dan kunci untuk mengatasi kemiskinan. "Kami meluncurkan program pendidikan beasiswa yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat kurang mampu,” ucapnya.
Kedua, menggelar Pelatihan Keterampilan untuk UMKM. Lembaga pendidikannya bermitra dengan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) dan pemerintah untuk mengadakan program pelatihan keterampilan bagi orang dewasa yang ingin meningkatkan prospek pekerjaan mereka.
Dia menyebutkan, LSPR memiliki Pusat Bisnis Inovasi untuk mendukung dan mendampingi lebih dari 40 UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di Bekasi, Jawa Barat. Implementasi inisiatif tersebut melibatkan dosen dan mahasiswa secara langsung.
Ketiga, menjadikan kampus sustainable dan inklusif. Upaya ini ditempuh dengan mendirikan SDG's Center untuk mendukung upaya pengentasan kemiskinan sekaligus mewujudkan kesetaraan gender.
Selain itu, lembaga pendidikannya ini juga telah mendirikan Centre for Health & Gender Literacy yang telah menghasilkan beberapa penelitian dan memberikan masukan bagi kebijakan pemerintah di bidang Komunikasi Kesehatan.
Melalui UN CSW68 Forum, dia berharap muncul kolaborasi semua pihak, termasuk negara-negara anggota lainnya di PBB, dapat tercipta untuk mencapai tujuan bersama, yakni memperjuangkan kesetaraan pendidikan untuk anak dan perempuan dalam mengentaskan kemiskinan.