"Tadi pagi Wamenlu AS menelepon saya dan kita melakukan berdiskusi mengenai situasi perkembangan di Timur Tengah," katanya.
Dalam komunikasi tersebut pemerintah Indonesia meminta adanya self restrain dan de-eskalasi Kepada negara negara yang berkonflik.
Pemerintah Indonesia juga meminta negara lain untuk menggunakan pengaruhnya meredam ketegangan tersebut.
Upaya Indonesia tersebut kata Menlu telah dilaporkan kepada Presiden Jokowi.
"Jadi komunikasi antara para Menlu terus dilakukan sekali lagi agar pihak-pihak terkait menahan diri dan tidak terjadi eskalasi. Jadi itu yang kami sampaikan kepada bapak presiden," katanya.
Retno mengungkapkan, dalam rapat, Presiden Jokowi meminta kepadanya agar terus melakukan upaya diplomatik agar konflik Iran-Israel tidak terus meningkat.
Presiden meminta Kemenlu, untuk berdiplomasi agar negara negara yang terlibat konflik bisa menahan diri.
"Karena eskalasi tidak akan membawa manfaat bagi siapapun," katanya.
Retno mengatakan saat ini banyak negara telah menghitung potensi dampak yang ditimbulkan apabila Iran dan Israel saling berbalas serangan.
Termasuk pemerintah Indonesia yang menggelar rapat untuk mengantisipasi dampak yang ditimbulkan dari konflik Iran-Israel.
"Teman teman sudah mulai menghitung jika terjadi eskalasi maka dampaknya seperti apa terhadao masing-masing negara."
"Baik harga minyak, harga kebutuhan yang lain, maupun nilai tukar dolar dan sebagainya, sebagaimana yang kita lakukan pagi ini dan rapat dipimpin oleh bapak presiden dan juga bapak wakil presiden."
"Dari sisi ekonomi pak Menko sudah menyampaikan, tadi pak Menko Marves juga sudah menyampaikan, Wamenkeu juga menyampaikan karena Menkeu sedang berada di Washington rapat world bank," jelasnya.
Menurut Airlangga, pada prinsipnya pemerintah Indonesia berharap adanya de-eskalasi dalam konflik Iran dan Israel karena dapat menimbulkan dampak ekonomi.