Meskipun demikian kata Airlangga, Indonesia tidak perlu terlalu khawatir. Secara fundamental perekonomian Indonesia tumbuh solid di angka 5 persen dengan inflasi 2,5 plus minus 1 Persen.
Selain itu neraca perdagangan surplus dan cadangan devisa masih sekitar 136 miliar USD.
"Dari segi pasar keuangan, dolar index menguat di tengah rilis ekonomi Amerika yang menguat kemudian eskalasi tentu meningkatkan ketidakpastian dan tentu yang harus dimitigasi adalah beralihnya aset ke safe haven, emas US dolar, dan nikel alami kenaikan," jelasnya.
Menurut Airlangga, meskipun konflik Iran-Israel menekan nilai tukar dan IHSG sehingga mengalami pelemahan secara global, namun bagi Indonesia masih dinilai aman terutama dibandingkan negara sesama (peer countries).
Meskipun demikian kata dia pemerintah perlu mengeluarkan kebijakan untuk meredam dampak tersebut.
"Dan tentu kita perlu melakukan beberapa kebijakan. Antara lain bauran fiskal dan moneter, menjaga stabilitas nilai tukar, menjaga APBN, dan memonitor kenaikan harga logistik dan minyak,"katanya.
Selain itu kata Airlangga, pemerintah terus memonitor dampak dari pelemahan rupiah terutama terhadap ekspor dan impor.(*)