TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menggelar rapat internal bersama para menteri kabinetnya membahas serangan Iran ke Israel, di Istana Kepreisdenan, Jakarta, Selasa, (16/4/2024).
Sejumlah menteri ikut dalam rapat tersebut diantaranya Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara, dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif.
Sebagaimana diketahui Iran meluncurkan serangan ke Israel pada Sabtu (13/4/2024) malam waktu setempat.
Ratusan drone dan rudal diluncurkan Iran sebagai pembalasan atas serangan Israel terhadap konsulat mereka di Damaskus, Suriah pada 1 April 2024 lalu.
Serangan di konsulat Suriah menewaskan tujuh anggota Garda Revolusi Iran, termasuk dua jenderal.
Terkait hal itu, Jokowi menggelar rapat interal bersama dengan para menteri guna mempersiapkan langkah-langkah untuk mengantisipasi dampak yang ditimbulkan dari konflik antara Iran dan Isarel.
Salah satunya dampak dari risiko meningkatnya suku bunga global hingga potensi lonjakan harga minyak mentah dunia.
Pasalnya akibat konflik kedua negara, distribusi Bahan Bakar Minyak (BBM) akan terganggu.
Minta Iran dan Israel Menahan Diri
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan upaya diplomatik perlu terus dilakukan semua pihak, termasuk Indonesia untuk meredam terjadinya eskalasi konflik lebih besar antara Iran dan Israel.
Menurut Retno, meningkatnya konflik Iran-Israel tidak akan membawa manfaat apapun.
Hal itu disampaikan Retno usai rapat intern dipimpin Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Kepreisdenan, Jakarta, Selasa, (16/4/2024).
Retno mengatakan, pihaknya telah berkomunikasi dengan Menteri Luar Negeri sejumlah negara membahas serangan Iran ke Israel. Diantaranya yakni dengan Iran, Arab Saudi, Yordania, Mesir, UAE, Uni Eropa, Jerman, dan Belanda.
"Dan juga dengan wamenlu AS."
"Tadi pagi Wamenlu AS menelepon saya dan kita melakukan berdiskusi mengenai situasi perkembangan di Timur Tengah," katanya.
Dalam komunikasi tersebut pemerintah Indonesia meminta adanya self restrain dan de-eskalasi Kepada negara negara yang berkonflik.
Pemerintah Indonesia juga meminta negara lain untuk menggunakan pengaruhnya meredam ketegangan tersebut.
Upaya Indonesia tersebut kata Menlu telah dilaporkan kepada Presiden Jokowi.
"Jadi komunikasi antara para Menlu terus dilakukan sekali lagi agar pihak-pihak terkait menahan diri dan tidak terjadi eskalasi. Jadi itu yang kami sampaikan kepada bapak presiden," katanya.
Retno mengungkapkan, dalam rapat, Presiden Jokowi meminta kepadanya agar terus melakukan upaya diplomatik agar konflik Iran-Israel tidak terus meningkat.
Presiden meminta Kemenlu, untuk berdiplomasi agar negara negara yang terlibat konflik bisa menahan diri.
"Karena eskalasi tidak akan membawa manfaat bagi siapapun," katanya.
Retno mengatakan saat ini banyak negara telah menghitung potensi dampak yang ditimbulkan apabila Iran dan Israel saling berbalas serangan.
Termasuk pemerintah Indonesia yang menggelar rapat untuk mengantisipasi dampak yang ditimbulkan dari konflik Iran-Israel.
"Teman teman sudah mulai menghitung jika terjadi eskalasi maka dampaknya seperti apa terhadao masing-masing negara."
"Baik harga minyak, harga kebutuhan yang lain, maupun nilai tukar dolar dan sebagainya, sebagaimana yang kita lakukan pagi ini dan rapat dipimpin oleh bapak presiden dan juga bapak wakil presiden."
"Dari sisi ekonomi pak Menko sudah menyampaikan, tadi pak Menko Marves juga sudah menyampaikan, Wamenkeu juga menyampaikan karena Menkeu sedang berada di Washington rapat world bank," jelasnya.
Menurut Airlangga, pada prinsipnya pemerintah Indonesia berharap adanya de-eskalasi dalam konflik Iran dan Israel karena dapat menimbulkan dampak ekonomi.
Meskipun demikian kata Airlangga, Indonesia tidak perlu terlalu khawatir. Secara fundamental perekonomian Indonesia tumbuh solid di angka 5 persen dengan inflasi 2,5 plus minus 1 Persen.
Selain itu neraca perdagangan surplus dan cadangan devisa masih sekitar 136 miliar USD.
"Dari segi pasar keuangan, dolar index menguat di tengah rilis ekonomi Amerika yang menguat kemudian eskalasi tentu meningkatkan ketidakpastian dan tentu yang harus dimitigasi adalah beralihnya aset ke safe haven, emas US dolar, dan nikel alami kenaikan," jelasnya.
Menurut Airlangga, meskipun konflik Iran-Israel menekan nilai tukar dan IHSG sehingga mengalami pelemahan secara global, namun bagi Indonesia masih dinilai aman terutama dibandingkan negara sesama (peer countries).
Meskipun demikian kata dia pemerintah perlu mengeluarkan kebijakan untuk meredam dampak tersebut.
"Dan tentu kita perlu melakukan beberapa kebijakan. Antara lain bauran fiskal dan moneter, menjaga stabilitas nilai tukar, menjaga APBN, dan memonitor kenaikan harga logistik dan minyak,"katanya.
Selain itu kata Airlangga, pemerintah terus memonitor dampak dari pelemahan rupiah terutama terhadap ekspor dan impor.(*)