Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Plt Sekjen Kementerian Pertahanan RI Marsekal Madya Donny Ermawan Taufanto, M.D.S. menunjukkan foto pertemuan Prabowo Subianto dan Joko Widodo usai Pilpres 2019 di hadapan ribuan Perwira Siswa TNI dan Polri pada Rabu (8/5/2024).
Donny menjelaskan pertemuan dalam foto tersebut terjadi pada tahun 2019.
Saat itu, Presiden terpilih 2019 Jokowi mengajak Prabowo bertemu.
Ia mengatakan pertemuan tersebut terjadi saat pemilu 2019 baru saja usai.
Menurutnya, sikap dua tokoh tersebut perlu dicontoh.
Hal itu disampaikannya saat Ceramah dan Pembekalan PKB Kejuangan TA 2024 Sesko TNI, Sespimti Polri, Sesko Angkatan, dan Sespimmen Polri di Gedung Auditorium Yos Sudarso Seskoal Jakarta pada Rabu (8/5/2024).
"Hal yang sangat luar biasa. Ini menurut saya bisa dicontoh oleh kita semua bagaimana Bapak pemimpin bangsa, dua ini sangat luar biasa. Yang pertama, Pak Jokowi sebagai presiden terpilih mau merangkul, mau mengajak pihak yang kalah dalam hal ini Pak Prabowo," kata Donny.
"Pak Prabowo demikian juga. Beliau tidak lama. Beliau cerita kira-mira setengah jam lah beliau berpikir terkait dengan tawaran dari Pak Jokowi. Dan akhirnya, beliau dengan semangat menutuskan dengan tegas siap bergabung. Ini merupakan suatu hal yang luar biasa," sambung dia.
Donny mengatakan banyak pimpinan-pimpinan negara dari luar negeri heran dengan peristiwa tersebut.
Mereka, kata Donny, heran karena tidak banyak kejadian serupa terjadi di luar negeri.
"Kok bisa? Tidak banyak kejadian seperti ini di luar negeri. Bagaimana antara rival yang bertanding, terus kemudian selesai pertandingan bisa bergabung menjadi satu. Luar biasa. Itu yang menang bisa mau untuk merangkul, yang kalah bisa meredam emosi," kata dia.
"Biasalah kalau kita kalah apapun, ya mungkin dalam pertandingan itu, masih baru-baru kalah itu kan rasanya emosi itu kan ada, ego itu ada, tapi itu bisa ditekan sedemikian rupa sehingga semuanya mau bergabung demi bangsa dan negara. Sehingga luar biasa dampak dari pertemuan ini," sambung dia.
Donny mengatakan setelah peristiwa tersebut, Presiden Jokowi kemudian mengajak masyarakat yang terpolarisasi dengan istilah cebong dan kampret untuk menghilangkan istilah tersebut.