News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Peringatan Mei 1998

13 Mei 1998: Rentetan Kejadian Menuju Tumbangnya Soeharto, Kerusuhan Mulai Menjalar ke Luar Jakarta

Editor: Malvyandie Haryadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gelombang unjuk rasa yang menuntut reformasi dari mahasiswa dan berbagai kalangan membuahkan hasil. Rezim Orde Baru akhirnya tumbang setelah berkuasan puluhan tahun.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dua puluh enam tahun lalu terjadi peristiwa Mei 1998, yang menandakan berakhirnya kekuasaan Orde Baru.

Tahun 1998 menjadi tahun bersejarah bagi masyarakat Indonesia.

Banyak peristiwa penting telah terjadi terutama di bulan Mei 1998 yang menimbulkan rasa haru hingga luka mendalam, di antaranya Tragedi Trisakti, 12 Mei 1998.

Ketika itu, rezim Orde baru telah berkuasa selama 32 tahun membuat masyarakat Indonesia merasa muak dan menuntut adanya perubahan.

Apalagi saat itu, Indonesia juga mengalami krisis moneter 1997/1998 yang sangat memengaruhi perekonomian masyarakat.

Saat itu juga marak terjadinya korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang merajalela tanpa bisa dikontrol.

Ditambah pelaksanaan Dwi Fungsi ABRI yang memasung kebebasan warga sipil untuk berpartisipasi dalam pemerintahan.

Sementara di bidang ekonomi, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat melemah.

Pemerintah saat itu juga melikuidasi 16 bank bermasalah pada akhir 1997.

Orde Baru kemudian membentuk Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) yang mengawasi 40 bank bermasalah lainnya.

Perusahaan milik negara dan swasta banyak yang tidak dapat membayar utang luar negeri yang telah jatuh tempo.

Sejumlah kondisi di atas memantik aksi protes dari berbagai elemen masyarakat dan mahasiswa.

Hanya saja, aksi itu mendapat respon yang kurang baik dari pemerintah kala itu, hingga memicu terjadinya sederet peristiwa berdarah menjelang reformasi pada 21 Mei 1998.

Kronologi

4 Mei 1998

Mahasiswa di Medan, Bandung dan Yogyakarta menyambut kenaikan harga bahan bakar minyak (2 Mei 1998) dengan demonstrasi besar- besaran.

Aksi unjuk rasa itu berubah menjadi kerusuhan saat para demonstran terlibat bentrok dengan petugas keamanan.

Di Bandung, tepatnya di Universitas Pasundan Bandung, 16 mahasiswa luka akibat bentrokan tersebut.

5 Mei 1998

Mahasiswa menggelar demonstrasi besar-besaran. Kali ini di Medan dan berujung kerusuhan.

9 Mei 1998

Presiden Soeharto berangkat ke Kairo, Mesir untuk menghadiri pertemuan KTT G -15.

Tak ada yang menyangka jika ini merupakan lawatan terakhirnya keluar negeri sebagai Presiden RI.

12 Mei 1998

Dikutip dari Kompas.com, di tanggal 12 Mei 1998, sekitar pukul 11.00-13.00, ribuan mahasiswa Universitas Trisakti melakukan aksi damai di dalam kampus.

Mahasiswa lalu mulai turun ke Jalan S Parman dan hendak berangkat ke gedung MPR atau DPR.

Pukul 13.15, para mahasiswa sampai di depan kantor Walikota Jakarta Barat.

Melihat segerombolan mahasiswa di depan kantor tersebut membuat aparat polisi menghadang laju mereka.

Setelah itu, terjadi perundingan antara pihak polisi dengan para mahasiswa. Kesepakatan yang dicapai ialah para mahasiswa tidak melanjutkan aksi unjuk rasa mereka ke MPR atau DPR.

15 menit setelahnya, pukul 13.30, para mahasiswa melakukan aksi damai di depan kantor Walikota Jakarta Barat.

Kondisi dan situasi saat itu dapat dibilang masih sangat tentang. Tidak ada ketegangan sama sekali antara pihak aparat dan mahasiswa.

Pukul 16.30, polisi mulai memasang garis polisi dan meminta para mahasiswa untuk memberi jarak 15 meter dari garis tersebut.

Tidak berselang lama, pihak polisi pun meminta agar mahasiswa kembali ke dalam kampus.

Tanpa ada ketegangan apapun, mahasiswa membubarkan diri dengan tenang dan tertib.

Namun, tiba-tiba terjadi tembakan dari arah belakang barisan mahasiswa.

Mendengar suara tembakan tersebut, para mahasiswa lantas berlarian dan berusaha menyelamatkan diri.

Para mahasiswa berusaha berlindung dengan masuk ke dalam gedung-gedung kampus, sementara aparat masih terus menembakkan senapannya.

Puluhan gas air mata juga dilemparkan ke dalam kampus.

Sekitar pukul 17.15, situasi di kampus sangatlah mencekam.

Beberapa korban jiwa juga berjatuhan, salah satunya adalah empat mahasiswa Trisakti yang tewas karena tertembak.

Keempat mahasiswa Trisakti tersebut adalah Elang Mulia Lesmana, Hafidin Royan, Heri Hartanto, dan Hendiawan Sie.

13 Mei 1998

Masih dikutip dari Kompas.com, pada tanggal 13 Mei 1998, sekira Pukul 01.30, dilakukan jumpa pers yang dihadiri oleh Pangdam Jaya Mayjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin di Mapolda Metro Jaya.

Selain itu, hadir juga Kapolda Mayjen Pol Hamami Nata, Rektor Universitas Trisakti Prof Dr Moedanton Moertedjo, dan dua anggota Komnas HAM AA Baramuli dan Bambang W Soeharto.

Beberapa jam kemudian, tepatnya pukul 10.00, mahasiswa dari berbagai kota, yaitu Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi berdatangan ke Universitas Trisakti untuk menyatakan belasungkawa.

Dua jam setelahnya, pukul 12.00, kerusuhan massa mulai terjadi di Jakarta.

Berbagai aksi perusakan dan pembakaran bangungan serta kendaraan bermotor terjadi.

Mulanya, kerusuhan terjadi di kawasan sekitar Kampus Trisakti, tetapi aksi perusakan dan pembakaran meluas hingga ke kawasan lainnya.

14 Mei 1998

Aksi kerusuhan yang kemarin hanya di Jakarta, di tanggal 14 Mei 1998 mulai menyebar ke kota-kota lainnya, seperti Bogor, Tangerang, dan Bekasi.

Pembakaran, perusakan, serta penjarahan toko dilakukan oleh massa.

Kota Bogor, Tangerang, dan Bekasi saat itu sudah lumpuh total.

15 Mei 1998

Presiden Soeharto yang mengetahu peristiwa Kerusuhan Mei 1998 bergegas kembali ke Tanah Air dari Kairo.

Waktu itu, muncul isu bahwa Presiden Soeharto bersedia untuk mundur dari jabatannya.

Akan tetapi, berita tersebut langsung ditampis oleh Menteri Penerangan Alwi Dahlan. Presiden Soeharto membantah bahwa ia bersedia mengundurkan diri.

Namun, jika kepercayaan masyarakat terhadap Presiden Soeharto sudah hilang, maka Presiden Soeharto bersedia untuk lengser dari jabatannya.

19 Mei 1998

Buntut menjalarnya kerusuhan di berbagai daerah, Presiden Soeharto memanggil sembilan tokoh Islam seperti Nurcholis Madjid, Abdurrahman Wahid, Malik Fajar, dan KH Ali Yafie.

Dalam pertemuan itu para tokoh membeberkan situasi terakhir. Mereka mengungkapkan, elemen masyarakat dan mahasiswa tetap menginginkan Soeharto mundur.

Permintaan tersebut ditolak Soeharto. Soeharto kemudian membuat reformasi, pada saat itu dia tidak mampu meredam massa.

21 Mei 1998

Di Istana Merdeka, Kamis, pukul 09.05 Soeharto mengumumkan mundur dari kursi Presiden dan BJ. Habibie disumpah menjadi Presiden RI ketiga.

Mengutip Kompas, dalam kerusuhan Mei 1998, angka resmi menunjukkan sebanyak 499 orang tewas.

Selain itu, lebih dari 4.000 gedung juga hancur atau terbakar.

Kerugian fisik yang ditanggung oleh pemerintah Indonesia sendiri adalah sebesar Rp 2,5 triliun.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini