Rumah modular RAFLESIA ini katanya juga lebih ramah lingkungan karena telah direncanakan secara matang sejak awal tahap desain hingga pelaksanaan konstruksi.
"Semua kebutuhan material dan semua aksesori pendukung dibuat oleh mesin Tatalogam Group di pabrik berdasarkan perhitungan yang tepat, sehingga pembangunannya lebih cepat, hemat biaya, dan yang paling penting, tidak meninggalkan limbah di lokasi konstruksi,” ucap Maharany Putri.
Rumah contoh yang telah dibangun di Desa Tipar, Parahyangan yang peluncurannya ditandai dengan digelarnya dengan Symposium Internasional di Hotel Pullman di Bandung pada akhir Februari 2024 lalu.
Peluncuran tersebut katanya menjadi titik awal dari komunitas SBCC ini untuk mensosialisasikan pentingnya menghadirkan solusi dari efek Urban Heat Island ini untuk Indonesia.
Sebab itu, kegiatan tersebut berlanjut kepada studi banding ke negara tetangga yaitu Australia pada akhir April 2024 hingga awal Mei lalu.
Maharany menjelaskan maksud kedatangannya bersama dengan perwakilan dari Direktorat Jenderal Perumahan, Kementerian PUPR, dan akademisi dari UPI ke Australia.
Tujuannya untuk mengadakan diskusi teknis awal dan berbagi (studi banding) di antara masing-masing delegasi tentang cara Pemerintah Negara Bagian Australia menetapkan kebijakan, khususnya terhadap penggunaan material konstruksi terutama atap yang memiliki reflektifitas surya yang tinggi untuk perumahan.
Negara bagian yang didatangi adalah negara bagian Victoria dan New South Wales (NSW).
Selanjutnya dua universitas ternama di kedua negara bagian tersebut, yaitu RMIT Melbourne dan University of New South Wales (UNSW).
Dari hasil diskusi bersama yang kondusif ini, ketiga elemen dari SBCC, yaitu UPI-akademisi, Tatalogam Group-industri dan bisnis, dan Kementerian PUPR-pemerintah diharapkan dapat bersinergi dalam penyusunan rekomendasi standar untuk produk lembaran baja lapis warna/ cat dengan kriteria Solar Reflectance Index (SRI) optimal di Tanah Air.
"Yang mana hal ini akan membantu peningkatan utilisasi industri baja lapis nasional dan meningkatkan nilai TKDN (Tingkat Kandungan Dalam Negeri) dalam penggunaannya pada kegiatan konstruksi," ucap Maharani.
Selanjutnya diharapkan adanya penyusunan prototipe rumah reflektif surya berbasis kebijakan bangunan hijau dan cerdas yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia.
Baca juga: Melihat Potensi Perdagangan Karbon di Tengah Isu Pemanasan Global, Ini Pandangan Ekonom
Antara lain ramah lingkungan, berkelanjutan, yakni rendah karbon, hemat energi, lebih adem, less to zero waste.
Selanjutnya kuat, cepat bangun, ringan, ramah gempa, dan ekonomis.
"Yang sekaligus hal ini dapat membantu pemerintah dalam mengurangi Gas Rumah Kaca (GRK) sebagai pendekatan adaptif," tandasnya.