News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pemerintah Dinilai Perlu Fasilitasi Keterjangkauan Tembakau Alternatif

Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Malvyandie Haryadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi tembakau. Praktisi kesehatan menekankan pentingnya regulasi yang mendukung upaya pengurangan risiko rokok.

Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Psychiatrist dan President of African Global Health, Dr. Imane Kendili menyampaikan strategi pengurangan risiko melalui pemanfaatan produk tembakau alternatif ke dalam rutinitas sehari-hari dapat mengurangi risiko penyakit akibat merokok.

“Pengurangan risiko adalah, karena membuat pilihan dan menerapkan praktik-praktik yang meminimalkan risiko. Dalam kasus merokok, hal ini berarti memberikan pilihan yang realitis bagi individu yang tidak mampu beralih merokok sepenuhnya,” ujar Imane melalui keterangan tertulis, Selasa (2/7/2024).

Hal tersebut diungkapkan oleh Imane dalam kongres Collegium International Neuro-Psychopharmacologicum (CINP) 2024 di Jepang.

Selain memberikan alternatif dan edukasi, Dr. Imane juga menekankan pentingnya regulasi yang mendukung upaya pengurangan risiko.

Hal ini termasuk membuat kebijakan yang memfasilitasi ketersediaan dan keterjangkauan produk tembakau alternatif, serta menerapkan langkah-langkah untuk mencegah penyalahgunaan dan memastikan keamanan produk.

"Pemerintah dan organisasi kesehatan harus bekerja sama untuk mencapai keseimbangan antara regulasi dan aksesibilitas, memastikan bahwa tembakau alternatif tersedia secara luas bagi perokok dewasa yang membutuhkannya," ujarnya.

Praktisi Kesehatan, dr. Felya Sandra Pramita Effendi, menjelaskan penerapan pengurangan risiko pada produk tembakau alternatif mereduksi paparan zat-zat berbahaya.

Sehingga mengurangi dampak terhadap kesehatan.

Untuk mendorong terjadinya peralihan, dr. Felya menekankan pentingnya edukasi dan kesadaran seluruh pemangku kepentingan dalam mendukung konsep pengurangan risiko melalui optimalisasi tembakau alternatif.

Dengan demikian, risiko penyakit dapat ditekan sekaligus membantu perokok dewasa beralih dari kebiasaan merokok.

Lebih lanjut, dr. Felya juga berharap agar produk tembakau alternatif tidak disamakan dengan rokok lantaran memiliki profil risiko yang lebih rendah.

Ia mencontohkan keberhasilan negara maju seperti Jepang, yang pemerintahnya turut memaksimalkan produk tembakau alternatif untuk menurunkan prevalensi merokok.

“Hasil penelitian Public Health England (sekarang UK Health Security Agency) pun menyatakan presentase risiko produk tembakau alternatif lebih rendah dibandingkan rokok,” kata dr. Felya.

Meski begitu, dirinya menegaskan, produk tembakau alternatif tidak diperuntukkan bagi orang yang tidak merokok.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini