TRIBUNNEWS.COM - Fakta-fakta aksi unjuk rasa aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Seluruh Indonesia (SI) di Patung Kuda, Gambir, Jakarta Pusat, Senin (22/7/2024).
Aliansi BEM SI menggelar aksi unjuk rasa dengan membawa 12 tuntutan.
BEM SI menganggap 12 tuntutan itu sebagai 'dosa' atas 10 tahun kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Massa aksi mengaku datang dengan kekecewaan kepada masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo selama 5 tahun belakangan ini.
Herianto selaku Koordinator Pusat BEM SI, menilai Jokowi telah gagal menjadi Presiden Republik Indonesia karena telah menzalimi rakyat.
Bahkan, Herianto mewakili rekannya memberi nilai 10 dari 100 untuk kepemimpinan Jokowi.
"Kalau kami beri nilai ya dari 100 mungkin penilaiannya 10, 90 persen itu gagal dalam membuat kebijakan," kata Herianto saat ditemui di tengah massa aksi, Senin, dilansir WartakotaLive.com.
Berikut merupakan 6 fakta yang dihimpun Tribun terkait aksi unjuk rasa BEM SI atas kekecawaannya terhadap kepemimpinan Jokowi:
1. Diikuti oleh 30 kampus
Aksi unjuk rasa di Pating Kuda, Jakarta Pusat, ini dipimpin oleh Koordinator Pusat BEM SI, Herianto.
Massa aksi datang sekira pukul 15.18 WIB.
Baca juga: Joe Biden Bakal dapat Uang Pensiun Rp 6,7 Miliar per Tahun, Bandingkan dengan Jokowi
Aksi unjuk rasa ini diikuti oleh sekiranya 30 kampus.
Mulai dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Soedirman (Unsoed), Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Universitas Negeri Padang (UMP), dan masih banyak lagi.
Dalam aksinya, mahasiswa membawa sejumlah spanduk yang berisi sindiran akan kepemimpinan Jokowi.
"Jokowi penghianat reformasi," tulis salah satu spanduk yang dibawa mahasiswa itu.
"Jokowi perusak demokrasi," demikian tulisan dari spanduk lainnya.
Selain itu, para massa aksi yang memakai jas almamater masing-masing juga membawa satu mobil komando dihiasi spanduk bertuliskan 'Suara Rakyat'.
2. Bawa 12 Tuntutan
Demo yang diikuti para mahasiswa ini, rupanya membawa sejumlah tuntutan yang bertajuk 'Aksi Mengadili 10 Tahun Kepemimpinan Jokowi'.
Koordinator Pusat BEM SI menilai, kebijakan-kebijakan Jokowi terkesan hanya untuk kepentingan segolongan masyarakat saja.
Adapun 12 tuntutan yang dibawa massa aksi adalah sebagai berikut:
Pertama, menuntut Jokowi untuk tidak cawe-cawe di Pilkada Indonesia 2024.
Kedua, menolak kembalinya dwifungsi TNI POLRI demi demokrasi Indonesia.
Ketiga, para mahasiswa menuntut disahkannya RUU perampasan aset dan RUU Masyarakat Adat
Empat, tuntaskan kasus pelanggaran HAM berat dan tindak tegas pelaku represifitas kepolisian.
Kemudian, mereka menuntut agar pemerintah segera menuntaskan konflik agraria dan wujudkan reforma agraria sejati.
Begitu juga terkait PP No. 25 Tahun 2024, mereka meminta agar pemerintah mencabutnya dan mengkaji ulang kebijakan hilirisasi nikel.
"Kemudian, menuntut pemerintah untuk mengatasi limbah industri dan memperhatikan AMDAL dalam pembangunan proyek," ungkap Herianto.
"Lalu, menuntut pemerintah untuk meningkatkan fasilitas, pelayanan dan sistem kesehatan," imbuh dia.
Selain itu, mereka meminta agar Jokowi segera mencabut UU Tapera (Tabungan Perumahan Rakyat) dan merevisi kembali pasal-pasal yang bermasalah.
Para massa aksi berharap, Jokowi dapat mewujudkan keadilan dan pemerataan pendidikan di Indonesia.
"Wujudkan wacana pendidikan gratis di Indonesia," kata Herianto.
"Cabut dan revisi Permendikbud no.2 tahun 2024 untuk dikasih kembali subtansi materialnya," imbuhnya.
3. Dijaga oleh Lebih dari 1.200 Personel Polisi
Dikutip dari Kompas.tv, Sebanyak 1.231 aparat kepolisan diterjunkan untuk mengamankan aksi unjuk rasa Aliansi BEM SI.
Jumlah itu merupakan gabungan dari personel Polda Metro Jaya dan Polres Metro Jakarta Pusat.
Hal tersebut, disampaikan Kapolres Metro Jakarta Pusat, Kombes Susatyo Purnomo Condro.
"Untuk pengamanan aksi elemen masyarakat di bundaran Patung Kuda Monas dan sekitarnya, kami melibatkan sejumlah 1.231 personel gabungan," katanya.
Ia menjelaskan, personel ditempatkan di sejumlah titik seperti di Bundaran Patung Kuda Monas hingga depan Istana Negara.
Selain itu, pengamanan dilakukan untuk mengantisipasi dengan menyiapkan sejumlah personel untuk melakukan pengamanan dan mencegah massa aksi masuk ke dalam Istana Negara.
"Personel yang terlibat pengamanan tidak ada yang membawa senjata api, hormati dan hargai saudara kita yang akan menyampaikan pendapatnya di muka umum dengan humanis dan profesional," kata Susatyo.
Baca juga: KPK Selisik Dokumen Email Proses Pengadaan Bansos Covid-19 dari Jokowi
4. Massa Aksi Rubuhkan Beton Barrier karena Tak Digubris Pihak Istana
Setelah tak mendapat respons dari Istana, massa aksi berkumpul di depan beton barrier yang didirikan polisi untuk membatasi antara Istana dan area unjuk rasa.
Mereka mengikatkan tali tambang berukuran besar pada lis besi yang tertancap di beton barrier.
Masih mengutip Warta Kota, awalnya mereka berupaya merobohkan beton barrier di sisi kanan.
Lantaran beton itu tak kunjung roboh, mereka pun berpindah ke sisi kini kawasan Patung Kuda.
Riuh orator memberi komando untuk merobohkan beton barrier terdengar bersahutan.
Bersamaan dengan itu, para mahasiswa ikut riuh sembari berupaya menjatuhkan beton barrier.
"Kami ingin ada perwakilan dari Istana untuk datang ke kami untuk beraudiensi," kata orator dari atas mobil komando.
"Tolong bapak polisi beri ruang, jika tidak akan kami robohkan," imbuh dia.
Setelah kalimat itu, orator mengintruksikan agar massa aksi menarik tambang yang melekat di beton barrier.
"Teman-teman satu komando, tarik, tarik, tarik!" kata orator di atas mobil komando.
Selanjutnya, para mahasiswa menarik tambang yang mengikat lis besi di beton barrier secara bersamaan.
Puluhan mahasiswa yang ikut menarik tambang hingga beton barrier di sisi kiri massa aksi roboh.
5. Massa Aksi Terlibat Cekcok dengan Polisi
Setelah merobohkan beton barrier, massa aksi terlibat cekcok dengan polisi.
Lantas, polisi menerjunkan anggota berseragam serba hitam untuk memperluas batas kawat berduri.
Kapolres Metro Jakarta Pusat, Kombes Pol Susatyo Purnomo Condro, juga mengimbau agar pengunjuk rasa tidak terprovokasi.
"Tolong korlap intruksikan anggotanya untuk tertib, jangan memprovokasi," perintah Kapolres Metro Jakpus.
Namun, intruksi itu diabaikan massa aksi.
Massa tambah memaksa masuk dan menjebol batas-batas yang sudah dibuat polisi.
"Tolong pihak Istana suruh temui kami di sini," pinta para massa aksi.
Bahkan, para demonstran menantang polisi untuk mengeluarkan water canon lantaran mereka tak ingin mengalah sebelum pihak Istana menemuinya.
Hingga pukul 18.08 WIB, Senin, massa aksi masih berada di lokasi aksi unjuk rasa.
6. Massa Aksi Dibubarkan dengan Water Cannon
Dikutp dari Kompas.com, aksi unjuk rasa BEM SI dibubarkan paksa oleh polisi.
Massa yang bertahan melebihi waktu toleransi aksi, yaitu di atas 18.00 WIB, akhirnya dipukul mundur oleh polisi dengan menembakkan water cannon berulang kali.
Selagi barisan massa terpecah, satu peleton polisi dengan perisai dan baton maju ke depan dinding beton pembatas.
Massa terus didorong mundur hingga akhirnya mereka gagal memenuhi tujuan mereka melakukan aksi unjuk rasa, yaitu untuk menemui Presiden Joko Widodo.
Sebagian artikel ini telah tayang di WartaKotalive.com dengan judul Bawa 12 Tuntutan dalam Aksi Unjuk Rasa, BEM SI Nilai Kepemimpinan Jokowi 10 dari 100
(mg/Puput)
Penulis adalah peserta magang dari Universitas Sebelas Maret (UNS)