News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Partai Golkar dan Dinamikanya

Agung Laksono Nilai Ucapan Yasril Tak Setuju Bahlil Jadi Ketua Umum Golkar adalah Pandangan Pribadi

Penulis: Reza Deni
Editor: Muhammad Zulfikar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Dewan Pakar Partai Golkar, HR Agung Laksono. Agung Laksono menyatakan pernyataan Wakil Ketua Dewan Pakar Partai Golkar Yasril Ananta Baharuddin yang tidak setuju jika Menteri Investasi/ Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menjadi Ketua Umum Partai Golkar merupakan pernyataan pribadi.

"Semoga berjalan dengan demokratis dan terjadi musyawarah mufakat. Dulu terpilihnya pak Airlangga Hartarto sebagai Ketum Golkar juga berdasarkan. Musyawarah Mufakat," bebernya.

Sebelumnya, Wakil Ketua Dewan Pakar Partai Golongan Karya (Golkar) Yasril Ananta Baharuddin menyebut Menteri Investasi, Bahlil Lahadalia merupakan bagian dari tokoh intervensi penguasa terhadap dinamika Golkar.

“Kalau dari situ ya tentu saja (bentuk intervensi kekuasaan),” kata Yasril saat berbincang dengan Tribunnews.com, Kamis (15/8/2024).

Dia menjelaskan hal ini dapat merusak tatanan sistem partai politik di Indonesia.

Sehingga Yasril tidak setuju, apabila Bahlil menjadi Ketua Umum (Ketum) Golkar.

Menurutnya, banyak yang lebih layak menjadi Ketum Golkar.

Baca juga: Bahlil Minta Publik Tunggu Munas soal Isu Dirinya Jadi Calon Tunggal Ketum Golkar

Yasril menyebut dua nama yakni Bambang Soesatyo (Bamsoet) dan Agus Gumiwang Kartasasmita.

“Kalau saya pribadi tidak setuju (Bahlil jadi Ketum Golkar). Masih banyak calon calon lain di dalam yang bagus seperti pak Agus Gumiwang, pak Bambang Soesatyo," ucap Yasril.

Selain itu, Yasril menyebut politikus muda Golkar Dave Laksono.

Dia menilai, Dave sosok muda yang dapat memimpin Partai Golkar dengan baik.

Bahkan ia mengatakan beberapa yang lain lagi yang bagus-bagus.

Serta mempunyai semangat idealisme dan nasionalisme yang kuat.

“Ada beberapa yang lain lagi yang bagus-bagus, yang masih punya semangat idealisme dan nasionalisme yang kuat yang tujuannya untuk kepentingan bangsa dan negara, untuk kepentingan sesaat seperti banyak sekarang hanya mencari kekuasaan lalu mencari duit, selesai,” ujarnya.

Lebih lanjut, ia mengatakan sistem seperti ini dapat merusak sistem dan mekanisme ketatanegaraan maupun organisasi pada politik.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini