News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Bacaan Doa

Contoh Teks Khutbah Jumat, 30 Agustus 2024: Kedermawanan dalam Islam

Penulis: Lanny Latifah
Editor: Garudea Prabawati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Khutbah Jumat - Inilah contoh teks khutbah Jumat yang berjudul Kedermawanan dalam Islam yang dapat dibacakan ketika khutbah salat Jumat pada 30 Agustus 2024.

TRIBUNNEWS.COM - Berikut inilah contoh teks khutbah Jumat yang berjudul "Kedermawanan dalam Islam".

Dikutip dari laman kemenag.go.id, contoh teks khutbah Jumat ini ditulis oleh Rahmatullah.

Adapun contoh teks khutbah Jumat ini dapat dibacakan ketika khutbah salat Jumat pada 30 Agustus 2024.

Contoh teks khutbah Jumat ini memuat materi terkait kedermawanan dalam agama Islam.

Selengkapnya, simak contoh teks khutbah Jumat yang dikutip dari laman kemenag.go.id berikut ini:

Baca juga: Teks Khutbah Jumat, 30 Agustus 2024: Cara Menghadapi Masalah Hidup, Ikhtiar dan Tawakkal

Contoh Teks Khutbah: Kedermawanan dalam Islam

Khutbah Pertama

الْحَمْدُ لِلَّهِ الْحَمْدُ للهِ الَّذِي جَعَلَ الْإِسْلَامَ طَرِيقًا سَوِيًّا، وَوَعَدَ لِلْمُتَمَسِّكِيْنَ بِهِ وَيَنْهَوْنَ الْفَسَادَ مَكَانًا عَلِيًّا. أَشْهَدُ أَنْ لا إله إلا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مَحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا اللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلَّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى

آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِينَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلَامَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا .

أَمَّا بَعْدُ ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُونَ رَحمَكُمُ اللهُ ، أَوْصِبْنِي نَفْسِى وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُونَ. قَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِي القران الكريم: أَعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّحِيمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيمُ: لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُسْمِقُوْا بِمَا تُحِبُّونَ وَمَا

تعفُوا مِنْ شَيْءٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ

Jamaah Jumat rahimakumullah,
Menjadi sebuah keniscayaan bagi kita untuk terus menguatkan rasa syukur kepada Allah Swt. yang senantiasa menganugerahkan nikmat yang banyak sehingga kita masih dapat menjalankan berbagai aktivitas dan beribadah di hari Jumat yang penuh berkah ini. Wujud syukur ini bisa kita lakukan dengan terus meningkatkan komitmen ketakwaan kepada Allah Swt. dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad Saw yang telah mewariskan dua pusaka yaitu al-Quran dan Sunnahnya sebagai pedoman mengarungi kehidupan yang pesannya terus relevan dengan semangat zaman.

Jamaah Jumat rahimakumullah,
Islam adalah agama yang membawa kemashlahatan kepada umatnya. Kata agama berasal dari bahasa sansakerta, a berarti tidak dan gama berarti kacau, sehingga agama berarti tidak kacau. Dengan kata lain agama mengajarkan keteraturan dalam hidup ini. Sedangkan di dalam al-Qur’an, agama disebut dengan (دين) din. Kata ini terdiri dari tiga huruf: dal, ya’ dan nun. Makna dasar dari semua kata yang dibentuk oleh huruf-huruf tersebut menurut Prof. Dr. Quraish Shihab adalah "hubungan/interaksi antara dua pihak”.

Dari sini kita dapat memahami bahwa “din” atau agama adalah interaksi antara manusia dengan Tuhan, dengan sesama manusia, lingkungan serta dirinya sendiri. Oleh karena itu, ajaran Islam tidak hanya sebatas ibadah ritual yang melibatkan hubungan dengan Allah Swt. semata, tetapi juga hubungan sesama manusia di muka bumi ini.

Meski secara idealitas agama mempunyai visi yang mulia, tetapi dalam prakteknya kita masih menemukan pemahaman agama yang belum dapat menjawab tantangan zaman. Salah satu masalah bersama saat ini adalah tantangan kemiskinan dan ketimpangan ekonomi. Di media sosial kita bisa melihat, sering sekali orang memamerkan harta kekayaannya yang melimpah. Namun ironinya, di sekeliling kita masih banyak yang harus mengais rezeki dari setumpuk sampah.

Menyikapi hal tersebut, sesungguhnya agama Islam telah datang membawa semangat untuk meningkatkan perekonomian sekaligus keadilan sosial bagi semua. Salah satu tawarannya adalah dengan menumbuhkan semangat filantropi atau kedermawanan. Lantas bagaimana sikap kedermawanan dalam perspektif Islam? Mari kita simak bersama firman Allah Swt dalam Surat Ali Imran ayat 92:

"Kamu sekali-kali tidak akan memperoleh kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai. Apa pun yang kamu infakkan, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui tentangnya".

Memahami ayat tersebut, terdapat satu kata kunci yaitu al-birr. Menurut al-Raghib al-Isfahani dalam kitab Mu’jam Mufradat Alfazh al-Quran, kata ini bermakna al-tawassu’ fi fi’li al-khair, perluasan dalam melakukan kebaikan. Karenanya ayat tersebut dapat kita pahami dengan makna bahwa kebaikan tidak akan dicurahkan secara melimpah ruah (al-birr) sampai seseorang mau menginfakkan sebagian harta yang dicintai. Menurut Ibn ‘Asyur dalam kitab tafsirnya al-Tahrir wa al-Tanwir, menginfakkan harta yang dicintai adalah syarat untuk dapat mencapai puncak kebaikan. Artinya berinfak tidak sebatas karena mengurangi harta yang berlebih. Apalagi hanya dimotivasi memberikan sesuatu yang sudah tidak digunakan lagi.

Melalui ayat ini, Allah Swt. hendak mendorong umat Islam untuk menjadi umat terbaik dalam berinteraksi sosial dengan mengutamakan semangat tolong-menolong antar sesama manusia. Motivasi untuk menjadi umat terbaik ini selaras dengan moderasi beragama atau wasathiyah. Imam al-Thabari dalam kitab tafsirnya memberikan definisi kata wasath dengan al-khiyar, maknanya adalah menjadi umat yang terbaik. Lantas bagaimana kita dapat menjadi umat yang terbaik? Caranya adalah dengan menunjukan karakter umat yang beriman dengan akhlak yang agung, salah satunya adalah dengan senang berderma.

Dengan berderma, maka roda perekonomian dapat berjalan dengan sehat, tidak dimonopoli oleh satu kelompok kepentingan saja. Hal ini juga menjadi cita-cita Qurani dalam mencapai visi keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia sebagaimana potongan firman Allah Swt. dalam Surat Al-Hasyr ayat 7:

“…(Demikian) agar harta itu tidak hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu…”

Ayat tersebut menjelaskan bahwa Islam tidak menghendaki penumpukan harta terhadap sekelompok orang, sehingga menyebabkan sebagian orang yang lainnya terjerat dalam kemiskinan. Ayat tersebut juga memberikan pemahaman bahwa di dalam harta orang kaya juga terdapat harta orang miskin, sehingga disyariatkanlah zakat, infaq, dan sadaqah sebagai upaya memberikan jalan beredarnya harta di tengah masyarakat. Sebaliknya potret mereka yang sombong dan merasa hartanya adalah kepemilikannya pribadi juga diabadikan dalam Al-Quran melalui sosok Qarun yang pada akhirnya dikubur hidup-hidup bersama harta yang disombongkannya. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam Surat Al-Qashash ayat 78:

"Dia (Qarun) berkata, “Sesungguhnya aku diberi (harta) itu semata-mata karena ilmu yang ada padaku.” Tidakkah dia tahu bahwa sesungguhnya Allah telah membinasakan generasi sebelumnya yang lebih kuat daripadanya dan lebih banyak mengumpulkan harta? Orang-orang yang durhaka itu tidak perlu ditanya tentang dosa-dosa mereka."

Karenanya kita dapat merefleksikan kembali pada diri ini. Adakah keengganan untuk mengeluarkan harta di jalan kebaikan karena kecintaan yang berlebih pada materi? Jika jawabannya iya, maka patut diwaspadai bisa jadi kita adalah penerus Qarun di era modern saat ini. Naudzubillah min dzalik

Jamaah Jum’at rahimakumullah,
Sifat kedermawanan dalam Islam tidak semata berkaitan dengan aspek keduniaan. Kita dapat belajar dari satu surat pendek yang sudah dihafal sejak masih kecil, yaitu surat Al-Ma’un. Allah Swt berfirman:

"Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim. Dan tidak menganjurkan untuk memberi makan orang miskin".

Jika kita perhatikan, surat Al-Maun diawali dengan bentuk pertanyaan, yang bertujuan menggugah hati dan pikiran mitra bicara agar memerhatikan kandungan pembicaraan yang akan disampaikan. Hal ini menunjukkan gaya bahasa (balaghah) Al-Quran yang mendalam sebagaimana diungkapkan Imam Ali al-Shabuni dalam tafsirnya Shafwah al-Tafasir:

"Pertanyaan yang bermaksud menarik perhatian pendengar sehingga menghayati dan merenungi berita yang disampaikan”.

Masih pada ayat pertama, kita menemukan kata al-din yang dirangkaikan dengan kata yukazzibu. Kata al-din dari segi bahasa antara lain berarti agama, kepatuhan dan pembalasan. Namun, dalam ayat tersebut dimaknai oleh sebagian ulama dengan embalasan. Pendapat ini didukung oleh pengamatan yang menunjukkan bahwa di dalam Al-Quran, bila menggandengkan kata al-din dan yukazzibu konteksnya ialah pengingkaran kepada hari kiamat.

Oleh karena itu, dalam pandangan Islam, segala bentuk kegiatan manusia, haruslah dalam rangka kehidupan setelah kiamat kelak, termasuk pengelolaan harta. Tetapi, ada saja sekelompok manusia yang tidak percaya dengan hari kiamat, sehingga di dunia mereka melakukan hal-hal yang buruk, yaitu dijelaskan pada ayat selanjutnya.

Ayat kedua dan ketiga, ayat ini menggabungkan kedua hal, yaitu (1) tidak memiliki kasih sayang kepada anak-anak yatim dan (2) tidak menyuruh untuk kasih sayang kepada orang lain. Kedua hal tersebut dilarang oleh Islam. Mafhum mukhalafah-nya, Islam mendorong kita untuk mencintai anak yatim dan membantu orang lain yang kesusahan. Karenanya Surat Al-Ma’un ini dapat menjadi basis teologis umat Islam agar terdorong untuk berderma. Surat ini adalah cerminan bahwa ajaran Islam tidak memisahkan upacara ritual dan ibadah sosial atau membiarkannya berjalan sendiri-sendiri.

Jamaah Jum’at rahimakumullah,
Mengakhiri khutbah Jumat pertama ini, mari kita renungkan bersama hadis Nabi Muhammad saw. berikut:

“Orang yang dermawan dekat dengan Allah Swt., dekat dengan manusia, dekat dengan surga, dan jauh dari neraka. Sedangkan orang yang kikir jauh dari Allah Swt., jauh dari manusia, jauh dari surga dan dekat dengan neraka. Orang jahil yang dermawan lebih disukai Allah daripada ahli ibadah yang kikir” (H.R. Tirmidzi).

Semoga kita dapat termasuk golongan orang-orang yang rajin membantu saudaranya. Dermawan dan tidak kikir dengan harta, serta senantiasa diberikan rezeki yang halal nan berkah. Sehingga dengan harta yang ada, dapat menuntun kita menuju surga-Nya.

Khutbah Kedua

احمْدُ اللَّهِ الْحَمْدُ لِلَّهِ وَكَفَى وَأَصَلِّي وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا أَشْهَدُ أَنْ لَّا إله إلا الله وحده لا شريكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ أَوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي تَقْوَى اللَّهِ الْعَلِيَّ الْعَظِيمِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرِ عَظِيمٍ أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى تَبِيْهِ الْكَرِيمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا محمد كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِينَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاء مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، وَتَابِع بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ بِالخُيْرَاتِ ربَّنَا اغْفِرْ وَارْحَمْ وأنت خير الراحمين. ربنا لا تواجدنا إن نسينا أو أخطائه، رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ علَى الَّذِينَ مِن قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الكافرين اللهم أصلح ولاة أمورنا، اللهم وفقهم لما فيه صلاحهم وصلاح الإسلام والْمُسْلِمِينَ اللَّهُمَّ أَعِنْهُمْ على القيام بمهامهم كما أمرتهم يا ربَّ الْعَالَمِينَ اللَّهُمَّ أَبْعِدُ عَنْهُمْ بِطَانَة السَّوْءِ وَالْمُفْسِدِينَ وَقَرَّبُ إِلَيْهِمْ أَهْلَ الخير والناصحين يا رب العالمين ربنا أنها في الدنيا حسنة وفي الآخرة حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

عباد الله إن الله يأمر بالعدل والإحسان وإنشاء دين القرى وينهى عن الفحشاء والشكر والبغي يعظكم لعلكم

تذكرون والذكروا الله العظيم بالكركم والمكروا على نعمه بركة واسألوه من فضله يعطكُم ولذكر الله أكبر

Link naskah khutbah (download)

(Tribunnews.com/Latifah)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini