TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sahabat dekat Anies Baswedan, Tom Lembong, membuat postingan menarik di akun Instagram-ya hari ini, Senin, 2 September 2024, setelah Anies Baswedan resmi gagal maju di Pemilihan Gubernur Jakarta.
Dikutip dari akun Instagram Tom Lembong @tomlembong, dia memposting 2 buah foto kolase dirinya yang saling berdampingan. Foto sebelah kiri Tom Lembong dengan kemeja warna biru muda dan foto sebelah kanan Tom Lembong dengan kemeja biru.
Menyertai postingan tersebut, Tom Lembong menuliskan caption:
'
Oligarki Blue atau Resistance Blue? Rasanya pilihannya jelas yah… Selamat hari Senin, semuanya…
Oligarchy Blue or Resistance Blue? I think the choice is clear… Happy Monday everyone…
Tom Lembong tidak menjelaskan lebih lanjut makna 'Oligarchy Blue' dan 'Resistance Blue' dalam postingan di akun Instagram-nya.
Tom Lembong selama ini turut mengantarkan Anies Baswedan saat proses lobi dengan partai politik yang sebelumnya berniat mengusungnya di Pilkada Jakarta seperti dengan PDIP dan sejumlah partai politik lain.
Tom Lembong Penyusun Konsep Visi-Misi Anies Baswedan di Pilgub Jakarta
Tom Lembong merupakan sosok penyusun visi-misi Anies Baswedan maju di Pemilihan Kepala Daerah Daerah Khusus Jakarta, meski akhirnya Anies benar-benar batal maju karena tidak ada partai politik yang serius jadi kendaraan politiknya.
Melalui sebuah postingan yang diunggah pada 13 Agustus 2024, Tom Lembong memposting 3 buah slide foto aktvitas dirinya bersama tim Anies Baswedan menyusun draft naskah berjudul 'ABW Calon Gubernur DKJ 2024.'
Draft tersebut berisi visi-misi Anies Baswedan jika dipercaya memimpin Jakarta yang terdiri dari 2 paragraf visi dengan tulisan yang cukup pendek, dan beberapa paragraf berisi 4 misi Anies.
Rincian 4 misi yang hendak diusung Anies Baswedan untuk membangun Jakarta adalah:
Misi 1:
Jakarta yang ekonominya beneran tumbuh, inlusif dan cuan untuk semua.
Misi 2:
Jakarta yang warganya beneran sehat dan bahagia serta makin canggih.
Misi 3:
Jakarta yang pembangunan infrastrukturnya beneran nyata, lestari dan cool.
Misi 4:
Jakarta yang pelayanan pemerintahannya beneran transparan, praktis dan cekatan.
Anies Baswedan Gagal ke Pilgub Jakarta karena Campur Tangan Istana
Gagalnya Anies Baswedan maju ke Pilgub Jakarta diduga kuat karena campur tangan Istana yang tidak menginginkan Anies Baswedan kembali ke panggung politik yang berarti akan membuka peluang dirinya maju di Pilpres 2029.
Semula Anies akan diusung Partai Nasdem, PKB bersama PKS maju di Pilkada Jakarta, namun ketiga parpol mundur teratur.
Kemudian, PDIP hendak mencalonkan Anies sebagai calon gubernur Jakarta di Pilgub Jakarta, namun batal di menit-menit terakhir.
PDIP secara mengejutkan malah mengusung 2 kadernya sendiri, yakni Pramono Anung yang saat ini menjadi Menteri Sekretaris Kabinet sebagai bakal calon gubernur, berduet dengan kader PDIP Rano Karno sebagai wakilnya.
Pakar hukum tata negara Refly Harun mengungkap setidaknya ada empat faktor yang menghalangi langkah Anies Baswedan maju Pilkada 2024.
Baca juga: Anies Baswedan Didampingi Tom Lembong Sambangi Kantor DPD PDIP Jakarta
Sebagai orang dekat Anies, Refly pun menyinggung adanya dugaan cawe-cawe Istana untuk menggalkan langkah politik mantan Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 itu.
Anies sebelumnya santer diisukan akan maju Pilkada Jakarta 2024. Isu yang beredar menyebut Anies bakal diusung PDIP dan akan dipasangkan dengan Rano Karno.
Namun PDIP akhkirnya mengusung duet Pramono Anung-Rano Karno di Pilkada Jakarta mendatang. Setelah jalannya kandas di Jakarta, muncul isu Anies bakal maju pada Pilkada Jawa Barat (Jabar) 2024.
Saat itu, Anies dikabarkan akan didetkan dengan Ketua DPD PDIP Jabar, Ono Surono.
Namun, jalan Anies lagi-lagi terganjal setelah PDIP akhirnya mengusung pasangan cagub-cawagub Jeje Wiradinata dan Ronal Surapradja di Jabar.
PDIP sempat mengklaim, batalnya Anies maju di Pilkada Jabar disebabkan karena adanya campur tangan 'Mulyono' yang disebut-sebut sebagai Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Terkait rentetan kegagalan Anies maju Pilkada 2024, Refly Harun mengungkap analisanya. Refly melihat setidaknya ada empat faktor yang menyebabkan gagalnya Anies berkontestasi pada Pilkada 2024.
Baca juga: Tom Lembong: Pemerintah Sibuk Berpolitik, Kebutuhan Masyarakat Tidak Terurus
Pertama, Refly melihat Anies tidak ingin menjadi kader PDIP.
Seperti yang sudah diberitakan, PDIP sempat memberikan syarat agar Anies menjadi kader jika ingin didukung pada Pilkada Jakarta.
Menurut Refly, Anies memiliki daya tarik tersendiri karena memiliki basus pendukung yang besar.
"Sehingga, menurut saya, dia punya posisi tawar yang tidak mungkin dia negosiasikan," kata Refly, kepada Tribunnews, Jumat (30/8/2024).
Kedua, Refly menilai adanya perbedaan pandangan di internal PDIP. Ia menyebut, ada pihak yang pro dan kontra soal rencana partai banteng mengusung Anies.
Meskipun akhirnya, para kader harus tunduk pada keputusan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Ketiga, Refly melihat adanya upaya cawe-cawe Istana untuk menjegal langkah Anies pada Pilkada 2024. Sehingga, partai apa pun yang hendak mengusung Anies akan mendapat tekanan dari pihak Istana.
Faktor keempat, yakni adanya kemungkinan Megawati berkonsolidasi dengan pemerintahan Prabowo Subianto mendatang.
Menurut Refly, Prabowo tidak akan mau berkonsolidasi dengan PDIP apabila ada sosok Anies di dalamnya. Anies dinilai akan menjadi pesaing kuat Prabowo pada Pilpres 2029 mendatang.
Mantan Gubernur Jakarta, Anies Baswedan, memberikan catatannya setelah Pilpres dan pendaftaran Pilkada 2024. (Tangkapan layar dari YouTube Anies Baswedan)
Anies Ancang-ancang Bikin Ormas Baru
Absennya Anies pada Pilkada 2024 ini, dinilai akan menggerus elektabilitasnya pada Pilpres 2029 nanti. Anies berencana membuat partai politik (parpol) baru usai gagal melaju pada Pilkada 2024.
Rencana itu diungkapkan Anies dalam video yang diunggah kanal YouTube miliknya, Jumat (30/8/2024).
Dalam pernyataannya, Anies menegaskan enggan bergabung dengan parpol manapun. Ia memilih membuat parpol baru yang tak akan tersandera oleh kekuasaan.
"Bila untuk mengumpulkan semua semangat perubahan yang sekarang makin hari makin terasa besar, dan itu menjadi sebuah kekuatan, diperlukan menjadi gerakan, maka membangun ormas atau membangun partai baru mungkin itu jalan yang akan kami tempuh," ucap Anies.
Kendati demikian, Anies meminta semua pihak untuk bersabar.
Eks Mendikbud itu berharap, dalam waktu dekat bisa mengambil langkah penting untuk menciptakan Indonesia dengan demokrasi yang lebih sehat dan sistem politik yang mengedepankan gagasan.
"Jaga semangat. Kita semua ingin jaga demokrasi kita terus sehat," kata Anies Baswedan. (Tribunnews.com/Jayanti Tri Utami/Dewi Agustina)