TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Staf Khusus Presiden RI Grace Natalie, menggelar Focus Group Discussion (FGD) dengan tema “Peran Perempuan Lintas Iman dalam Kampanye Dokumen Abu Dhabi, dalam Rangka Kedatangan Paus Fransiskus dan Menuju Indonesia Emas 2045".
Acara yang digelar di Kompleks Istana kepresidenan, Selasa (3/9/2024) tersebut, dihadiri delapan tokoh perempuan dari beragam agama dan kepercayaan.
Di antaranya Pdt. Fransisca Nadia Manuputty (Kristen), Kalis Mardiasih (Islam), Widhia Seni Handayani (Buddha), Js. Ruysya Supit (Konghucu).
Kemudian Khotimun Sutanti (Islam), Teresia Kurnia Siweing Ros Duarmas (Katolik), Anak Agung Ayu Ari Widhyasari (Hindu), Is Werdiningsih (Penghayat).
Grace menjelaskan, kegiatan dilakukan untuk merayakan perbedaan, toleransi, dan perdamaian yang tercermin dari kedatangan Sri Paus yang pernah menandatangani “Dokumen Abu Dhabi” bersama Imam Besar Al-Azhar, Ahmed Al-Tayeb, pada 2019 lalu.
“Seperti kita tahu, dalam mukadimah dokumen, disebutkan bahwa sebab utama krisis umat manusia dewasa ini adalah ketidakhadiran nurani kemanusiaan dan peminggiran nilai-nilai akhlak keagamaan, serta merebaknya egoisme dan materialisme,” kata Grace.
Sementara itu, Pdt. Fransisca Nadia Manuputty menyampaikan sejumlah tantangan yang harus dihadapi.
Mulai dari stereotype dan diskriminasi, hingga ketidaksetaraan sosial dan ekonomi yang dihadapi kaum perempuan.
Aktivis perempuan Kalis Mardiasih juga menyoroti adanya tantangan terhadap perempuan juga makin bertambah dengan semakin maraknya kekerasan berbasis gender online.
Sebab itu, Grace Natalie menyerukan pentingnya narasi yang sama dan kolaborasi lintas iman dalam melawan kekerasan seksual dan ketidakadilan gender.