TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ekonom sekaligus pendiri Partai Amanat Nasional (PAN) Faisal Basri menghembuskan nafas terakhir pada Kamis (5/9/2024) pagi.
Faisal Basri meninggal pukul 03.50 WIB di Rumah Sakit Mayapada, Kuningan, Jakarta
Beliau meninggal di usia 65 tahun akibat sakit jantung.
Penampilan Sederhana
Faisal Basri dikenal dengan penampilannya yang sederhana.
Meski dikenal sebagai ekonom senior, Faisal Basri kesehariannya terlihat seperti mahasiswa.
Dulu ketika menghadiri acara sepenting apapun penampilannya tetap itu-itu saja, membawa tas ransel dan pakai sandal kulit.
Beliau tidak mengubah penampilannya meski saat itu dia mencalonkan Gubernur Jakarta di Pilkada Jakarta 2012 lalu.
Faisal Basri saat itu memilih mencalonkan gubernur Jakarta dari kalangan independen (non partai).
Dia lebih suka berpenampilan seperti yang biasa ia lakukan selama ini.
Sehingga bisa dibilang Faisal hampir tak pernah mengganti gaya berpakaiannya.
"Saya kan dari dulu memang begini, pakai sandal, bawa ransel, bawa minum ke mana-mana. Bawa chopstick (sumpit), kalau makan mi ayam, chopstick-nya supaya enggak dibuang," ujarnya kepada Kompas.com seusai menghadiri silahturahim dengan Persatuan Wartawan Indonesia di Hotel Pullman, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Senin (2/4/2012).
Ekonom asal Universitas Indonesia ini tampak nyaman sekali mengenakan kemeja putih atau biru, bercelana krem, dan hanya memakai sepatu sandal kulit berwarna senada dengan celananya.
Faisal tak khawatir bila gayanya yang bersahaja ini akan berimbas menurunkan wibawanya di depan publik.
"Ada yang bilang begitu, sih. Tapi ada dua pandangan dalam tim kami, berkelahi saja mereka. Bang Faisal harus apa adanya, tapi ada lagi yang bilang saya harus berubah," ujarnya.
Gaya berpakaian seperti itu tidak dibuat-buat.
Bagi Faisal, sandal lebih nyaman digunakan ketimbang sepatu karena sandal lebih "bersahabat" dengan bentuk kakinya.
"Kaki saya tuh sakit, kalau tulang ini kena sedikit saja, sakit sampai kepala. Enggak tahulah konstruksi kaki petani," candanya.
Ada lagi yang membuat Faisal tampil sederhana.
Ia kerap membawa sumpit dan botol minum dari rumahnya sebagai bekal di perjalanan.
Ini sudah biasa dilakukannya untuk menjaga kelestarian lingkungan.
"Kalau bicara tentang kebersihan, ya, kita mulai dari diri sendiri. Di Jakarta ini plastik itu enggak dipajakin. Di seluruh dunia sudah dipajakin karena merusak lingkungan," kata Faisal Basri yang dikenal selalu kritis terhadap pemerintah ini.
Urusan makan, Faisal Basri juga tidak pilih-pilih.
Pernah suatu waktu ketika menghadiri diskusi di Bentara Budaya Jakarta, Faisal Basri tampak duduk sendirian di sebuah warteg di kawasan Palmerah sedang menikmati makan siangnya.
Sesekali dia mengelap keringat yang membasahi keningnya di siang hari itu.
Profil Singkat
Sejak dulu, Faisal Basri dikenal seorang ekonom senior yang kerap melontarkan kritik pedas kepada pemerintah.
Faisal Basri dikenal sebagai ekonom senior.
Pemilik nama Faisal Nur Fiqih itu merupakan lulusan dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia (UI).
Ia adalah keponakan dari mendiang Wakil Presiden RI, Adam Malik.
Lulus dari UI pada 1985, Faisal Basri melanjutkan pendidikan S2 dan sukses meraih gelar Master of Arts bidang ekonomi di Vanderbilt University, Nashville, Tennessee, Amerika (1988).
Dikutip dari lpem.org, kariernya sebagai akademisi dimulai dari pengajar pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UI untuk mata kuliah Ekonomi Politik, Ekonomi Internasional, Ekonomi Pembangunan, dan Sejarah Pemikiran Ekonomi (1981-sekarang).
Ia juga merupakan pengajar pada Program Magister Akuntansi (Maksi), Program Magister Manajemen (MM), Program Magister Perencanaan dan Kebijakan Pembangunan (MPKP), dan Program Pascasarjana Universitas Indonesia (1988-sekarang).
Pada 1996, Faisal Basri pernah menerima penghargaan selaku Dosen Teladan III UI.
Faisal Basri juga pernah diamanatkan menjadi Ketua Jurusan ESP (Ekonomi dan Studi Pembangunan) FEBUI (1995-1998) dan Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Perbanas Jakarta (1999-2003).
Ia merupakan pendiri Institute for Development of Economics & Finance (INDEF) (1995-2000).
Di bidang pemerintahan, Faisal Basri pernah mengemban amanah sebagai anggota Tim Perkembangan Perekonomian Dunia pada Asisten II Menteri Koordinator Bidang EKUIN (1985-1987) dan anggota Tim Asistensi Ekuin Presiden RI (2000).
Selain mengajar, Faisal Basri juga kerap menulis buku dan artikel di berbagai jurnal serta media massa.
Tahun 2002, ia diangkat menjadi anggota Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU).
Faisal Basri juga terjun ke dunia politik dengan mendirikan Majelis Amanah Rakyat (Mara).
Mara merupakan cikal bakal Partai Amanat Nasional (PAN).
Di partai berlambang matahari itu, Faisal Basri mengemban tugas sebagai Sekretaris Jendera (Sekjen) periode 1998-2000.
Pada 2000, ia keluar dari partai yang saat itu dipimpin Amien Rais dan mendirikan organisasi Pergerakan Indonesia yang mencita-citakan politik bersih, berkarakter, dan berideologi.
Sejumlah tokoh ikut mendirikan organisasi tersebut, antara lain Budiman Sudjatmiko dan Faisol Reza.
Pada Oktober 2011, Faisal Basri menggandeng Biem Benyamin, putra tokoh legendaris Betawi Benyamin Sueb untuk mencalonkan diri sebagai calon Gubernur DKI Jakarta dari jalur independen.
Namun, ia tidak berhasil memenangkan Pilkada 2012 sebab mendapat suara lebih sedikit dari Joko Widodo, Fauzi Bowo, dan Hidayat Nur Wahid.
Namun, pasangan ini mendapatkan lebih banyak suara ketimbang Alex Noerdin dan Hendardji Soepandjo.