Laporan Wartawan Tribunnews, Taufik Ismail
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan bahwa sekarang ini terjadi peningkatan otomatisasi yang tidak hanya terbatas pada mekanik melainkan juga kecerdasan buatan (AI) dan otomatisasi analitik.
Dampaknya ke depan, banyak pekerjaan yang akan hilang.
Hal itu disampaikan Presiden pada Kongres Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) XXII dan Seminar Nasional 2024 yang berlangsung di Hotel Alila, Surakarta, Kamis, (19/9/2024).
"2025 pekerjaan yang akan hilang itu ada 85 juta. Sebuah jumlah yang tidak kecil. Kita dituntut untuk membuka lapangan kerja, justru di 2025, 85 juta pekerjaan akan hilang karena tadi adanya peningkatan otomasi di berbagai sektor," kata Presiden.
Hal itu, kata Presiden, merupakan salah satu tantangan ekonomi kedepan yang harus dicarikan solusinya.
Presiden kembali menegaskan bahwa ketidakpastian global saat ini telah berdampak luas, termasuk pada negara-negara maju.
"Dunia sekarang ini menghadapi sebuah gejolak ketidakpastian tantangan yang tidak mudah. Semua negara mengalami, termasuk kita. Bahkan negara-negara maju banyak yang masuk ke jurang resesi. Terakhir Inggris sudah masuk ke jurang resesi," ujar Presiden.
Presiden menambahkan bahwa 96 negara saat ini telah menjadi pasien Dana Moneter Internasional (IMF).
Untuk itu, Presiden menekankan pentingnya fokus pada pengelolaan ekonomi, terutama dalam membuka peluang kerja di tengah tantangan besar yang dihadapi.
Menurut Presiden, terdapat tiga tantangan utama yang harus dihadapi Indonesia dan hampir semua negara di dunia.
Baca juga: Di Hadapan Rektor Rusia, Megawati: Penggunaan AI Jangan Abaikan Kebenaran dan Etika Kemanusiaan
Selain meningkatnya otomatisasi, juga terjadi perlambatan ekonomi global.
Data Bank Dunia menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi global hanya mencapai 2,7 persen pada 2023 dan diperkirakan akan turun menjadi 2,6 persen pada 2024.
"Tahun depan dari world bank muncul angka 2 naik sedikit 2,7, tapi masih jauh dari yang diharapkan oleh semua negara," ungkap Presiden.
Selain itu tantangan lainnya kata Presiden yakni adanya tren gig economy atau ekonomi paruh waktu.
Presiden Jokowi mengingatkan bahwa tren ini semakin berkembang, di mana perusahaan cenderung lebih memilih pekerja kontrak, freelancer, atau independen untuk mengurangi risiko ketidakpastian global.
"Sehingga sekali lagi kesempatan kerja makin sempit dan makin berkurang," ucap Presiden.
Di tengah tantangan tersebut, Presiden Jokowi juga mengingatkan tentang bonus demografi yang akan dialami Indonesia pada tahun 2030-an.
Untuk itu, Presiden menegaskan bahwa tantangan terbesar adalah menciptakan lapangan kerja sebanyak-banyaknya di tengah situasi yang semakin sulit.
"Bonus demografi bisa menjadi kekuatan besar, tetapi juga bisa menjadi beban. Inilah tantangan paling besar yang akan melompatkan kita menjadi negara maju atau tidak," ujar Presiden.