Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rahmat W Nugraha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebagai negera berkembang, Indonesia pernah berpotensi menjadi negara yang mampu memproduksi pesawat terbang.
Melalui karya anak bangsa, lewat pesawat N250, Indonesia memiliki kesempatan untuk memproduksi pesawatnya sendiri.
Sayangnya, pesawat N250 yang dirancang dan diprakarsai BJ Habibie, gagal dikomersilkan karena krisis moneter melanda Indonesia pada 1997 silam.
Program Manager N219 Amphibi, Directorate of Technology & Development, Budi Sampurno mengatakan pesawat N250 dibangun BJ Habibie melalui PT Dirgantara Indonesia (PT DI).
"PT Dirgantara ini dibangun Pak Habibie secara bertahap dari tahun 1976 pertama kali yang disiapkan untuk membangun industri pesawat lewat pembangunan kesiapan produksinya," kata Budi kepada Tribunnews.com di hanggar N219, Bandung, Jumat (27/9/2024).
Baca juga: PT DI Dorong N219 Sebagai Fokus Pembangunan Industri Dirgantara di IDF 2022
Budi mengungkap Habibie membangun industri pesawat terbang Indonesia berawal dari pembelian pesawat NC212 sebanyak 112 unit.
"Kita diberi otoritas untuk membangun NC212. Pesawat itu alhamdulillah sudah terjual semua," kata Budi.
Selanjutnya, kata Budi, setelah memproduksi NDC212, Indonesia siap untuk membuat pesawat.
Habibie menyiapkan insinyur-insinyur PT DI untuk bisa mendesain pesawat dengan join desain untuk pesawat CN235.
"Itu share modalnya 50-50 sehingga seluruh bagian pesawat itu didesain 50-50 juga. Dan sampai sekarang produksinya pun 50-50 juga. Jadi semua pesawat CN235 yang dijual baik Casa Spanyol maupun PT DI komponennya 50-50," katanya.
Baca juga: PT DI Incar 2 Kontrak Pengadaan Pesawat di Pameran Indo Defence 2022
Tahapan selanjutnya, kata Budi setelah PT DI memiliki pengalaman mendesain pesawat CASA.
Di tahun 1980-an Indonesia mulai membangun pesawat sendiri melalui pesawat N250.
"Pesawat N250 itu dibangun sendiri, ada dua prototipe yang dibangun. Setelah dilakukan uji terbang. Bahkan pernah kita tampilkan di Paris Air Show tahun 1990-an," kata Budi.