Bentuk ratusan rumah itu tak ada yang berbeda. Dari tampak depan rumah itu masih terlihat sangat layak dihuni karena tidak terlihat kerusakan berarti. Bahkan, terlihat asri karena banyaknya pepohonan yang tertanam di sekitar perumahan itu.
Kemudian ketika masuk ke dalam rumah, terdapat sebuah ruang tamu berukuran sekira 3x3 meter. Ada juga ruangan cukup besar yang bisa digunakan untuk ruang keluarga. Adapun pembatas dari ruang tamu dengan ruang keluarga dibangun sebuah tembok yang dipadukan dengan kayu dan kaca.
Di sisi kiri ruang keluarga terdapat pintu yang mengarah langsung ke garasi. Di sebelahnya terdapat pula ruangan dapur dan tangga besi melingkar menuju ke ruang cuci yang berada di lantai dua rumah. Sementara di bagian kanan terdapat satu kamar yang dijadikan ruang kerja dan dua kamar mandi.
Agak menyerong ke kanan, terdapat sebuah kamar tidur utama yang di dalamnya masih terdapat kasur dan lemari pakaian. Di dalam kamar tersebut tercium aroma kurang sedap yang berasal dari kotoran dan air seni tikus yang sangat mengganggu.
Selain itu terdapat pula rembesan air di plafon atap kamar, sehingga menimbulkan bercak hitam. Pun, ada juga retakan tembok di dinding rumah tersebut.
Kemudian, tak jauh dari ruang kerja, terdapat tangga yang mempunyai lebar sekira 20-25 centimeter untuk menuju ke lantai 2. Di atas, terdapat tiga kamar tidur yang cukup besar, dan satu kamar asisten rumah tangga yang berada di bagian ruang cuci.
Selain itu terdapat pula tiga kamar mandi di sekitar kamar tidur di lantai atas dengan fasilitas yang cukup mewah. Shower berwarna silver dengan bilik kaca dan wastafel pun menghiasi kamar mandi tersebut.
Di bagian belakang rumah ada halaman yang cukup luas yang bergabung dengan halaman belakang rumah-rumah di kanan dan kirinya.
"(Keluhan) yang disampaikan anggota tuh ada sekitar 15 sampai 20 keluhan. Rata-rata berkaitan dengan bocoran rumah. Kemudian, banyaknya tikus, kemudian juga berkaitan dengan akibat rayap yang itu biasanya di lemari-lemari dan sebagainya cepat rusak di sini," ucap Indra.
Meski masih terlihat layak buat dihuni, Indra mengatakan kerusakan yang terdapat pada rumah yang dibangun sejak 1980-an itu sudah sangat tidak layak ditempati khususnya untuk hunian para pejabat negara.
Selain kerusakan di setiap rumah, lokasi yang terletak di dekat pembuangan sampah dan aliran sungai mengakibatkan adanya bau kurang sedap saat terbawa angin dan adanya genangan air jika terjadi hujan yang lebat.
Sejauh ini, data yang dihimpun DPR RI, hanya ada sekitar 45 persen rumah yang masih layak huni. Namun, keluhan seperti genting yang bocor juga terus masuk dalam aplikasi Perawatan Rumah Jabatan Kalibata (Perjaka) di rumah layak huni tersebut. Sehingga, nantinya DPR RI akan mengembalikan aset negara tersebut kepada Kementerian Keuangan (Kemenkeu).