News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pelantikan Prabowo dan Gibran

Transkrip Pidato Perdana Prabowo sebagai Presiden RI, Singgung Cita-cita untuk Indonesia

Penulis: Yohanes Liestyo Poerwoto
Editor: Endra Kurniawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Prabowo Subianto berpidato secara perdana setelah resmi dilantik menjadi Presiden ke-8 RI dalam Sidang Paripurna MPR yang digelar di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat pada Minggu (20/10/2024).

Saudara-saudara sekalian, kita paham dan kita mengerti bahwa kemerdekaan kita bukanlah hadiah. Kemerdekaan kita didapat dengan pengorbanan yang besar. Saudara-saudara sekalian, kita harus paham dan ingat selalu pengorbanan paling besar adalah pengorbanan dari rakyat kita, dari rakyat kita paling miskin, wong cilik yang memberi makan kepada pejuang-pejuang.

Janganlah kita lupa, waktu kita perang kemerdekaan, kita tidak punya anggaran, kita tidak punya APBN, pasukan kita tidak digaji. Siapa yang beri makan kita? yang beri makan adalah para petani di desa-desa, yang beri makan adalah nelayan, yang beri makan adalah pekerja, terus-menerus mereka yang mendirikan Republik Indonesia.

Sekarang, saya mengajak saudara-saudara terutama unsur pimpinan dari semua kalangan. Dari kalangan cendekiawan, ulama, pengusaha, dari kalangan pemimpin politik, dari kalangan pemuda dan mahasiswa, mari kita berani menghadapi tantangan tersebut.

Saudara-saudara sekalian, tantangan yang besar ada yang berasal dari luar kita. Tapi, harus kita akui, harus berani kita mengakui, banyak tantangan dan kesulitan berasal diri kita sendiri. Ada tantangan-tantangan dan kesulitan-kesulitan yang terjadi karena kita kurang waspada karena kita kadang-kadang tidak handal, tidak piawai mengurus kekayaan kita sendiri.

Saudara-saudara sekalian, marilah kita berani mawas diri, marilah kita berani menatap wajah kita sendiri dan mari kita berani memperbaiki diri kita sendiri, marilah kita berani mengoreksi diri kita sendiri. Saudara-saudara sekalian, kita harus menghadapi kenyataan bahwa masih terlalu banyak kebocoran, penyelewengan, korupsi di negeri kita. Ini adalah yang membahayakan masa depan dan membahayakan masa depan anak-anak kita dan cucu-cucu kita.

Kita harus berani mengakui terlalu banyak kebocoran-kebocoran dari anggaran kita, penyimpangan-penyimpangan, kolusi di antara para pejabat politik pejabat pemerintah di semua tingkatan dengan pengusaha-pengusaha yang nakal, pengusaha-pengusaha yang tidak patriotik. Janganlah kita takut untuk melihat realita ini.

Kita masih melihat sebagian saudara-saudara kita yang belum menikmati hasil kemerdekaan. Terlalu banyak saudara-saudara kita di bawah garis kemiskinan, terlalu banyak anak-anak kita berangkat sekolah tidak makan pagi, terlalu banyak anak-anak kita tidak punya pakaian saat berangkat sekolah.

Kita, sebagai pemimpin politik, jangan kita terlalu senang melihat angka-angka statistik yang membuat kita terlalu cepat gembira, puas. Padahal kita belum melihat gambaran sepenuhnya. Kita merasa bangga bahwa kita diterima di kalangan G20, kita merasa bangga disebut ekonomi ke-16 terbesar di dunia.

Tapi, apakah kita sungguh-sungguh paham, apakah kita paham, apa kita sungguh-sungguh paham, apa kita sungguh melihat gambaran yang utuh dari keadaan kita. Apakah kita sadar bahwa kemiskinan di Indonesia masih terlalu besar? Apakah kita sadar bahwa rakyat kita dan anak-anak kita banyak yang kurang gizi. Banyak rakyat kita yang tidak mendapatkan pekerjaan yang baik.

Saudara-saudara sekalian, kita harus berani melihat ini semua dan kita harus berani menyelesaikan masalah ini semua. Saudara-saudara sekalian, saya mengajak kita semua, marilah kita berani melihat kenyataan. Kita boleh bangga dengan prestasi kita, tapi marilah kita jangan terlalu tertegun, jangan terlalu puas, jangan terlalu cepat gembira dan menutup mata dengan penderitaan saudara-saudara kita.

Kita tidak boleh memiliki sikap seperti burung unta yang kalau melihat sesuatu yang tidak enak, dia memasukan kepalanya dalam tanah. Mari kita menatap ancaman dan bahaya dengan gagah. Marilah kita menghadapi kesulitan dengan berani. Saudara-saudara sekalian, marilah kita berhimpun, marilah kita bersatu untuk mencari solusi, jalan keluar dari ancaman dan bahaya tersebut.

Saudara-saudara sekalian, saya mencanangkan bahwa Indonesia harus segera swasembada pangan dalam waktu sesingkat-singkatnya. Kita tidak boleh tergantung dari sumber makanan dari luar. Dalam krisis, dalam keadaan genting, tidak ada yang akan mengizinkan barang-barang mereka untuk kita beli.

Karena itu tidak ada jalan lain, dalam waktu sesingkat-singkatanya, kita harus mencapai ketahanan pangan. Kita harus mampu memproduksi dan memenuhi kebutuhan pangan seluruh rakyat Indonesia. Saya sudah mempelajari bersama pakar-pakar yang membantu saya, saya yakin 4-5 tahun, kita akan swasembada pangan. Bahkan kita siap menjadi lumbung pangan dunia.

Saudara-saudara sekalian, kita juga harus swasembada energi. Dalam keadaan ketegangan, dalam keadaan kemungkinan terjadi perang dimana-mana, kita harus siap dengan kemungkinan yang paling jelek. Negara-negara lain harus memikirkan kepentingan mereka sendiri. Kalau terjadi hal yang tidak kita inginkan, sulit akan kita dapat sumber energi dari negara lain.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini