"Dan sampai hari ini, dan beberapa waktu ke depan, kita akan terus sosialisasi. Terima kasih para Amir, sesepuh semuanya atas pelaksanaan ini dan mudah-mudahan ke depan akan jadi manfaat yang baik untuk kita semua," ungkap Sentot.
Mantan anggota sekaligus sesepuh JI, Abu Fatih, berterima kasih kepada Densus 88.
Ia berharap dengan pembubaran JI, maka embrio atau potensi yang dapat melahirkan radikalisme atau terorisme bisa ditekan sekuat-kuatnya.
Hal itu, lanjutnya, agar kehidupan, berbangsa, bernegara, dan berkemanusiaan beradab yang tinggi budi pekerti serta berkeadilan bisa tercapai.
"Saya atas nama eks JI mengapresiasi kepada Polri dalam hal ini Densus dan BNPT yang telah memberikan apresiasi terhadap pembubaran JI itu dengan baik dan dengan segala dukungan yang baik. Maka sekali lagi mengucapkan kepada beliau-beliau sangat terima kasih," kata Abu Fatih di sela-sela acara.
"Dan mudah-mudahan menjadi awal kebaikan untuk bangsa Indonesia secara umum dan juga kepada seluruh umat yang terkait baik itu di Indonesia maupun di luar, baik itu muslim maupun non muslim," sambungnya.
Sementara itu, mantan anggota JI Abu Mahmudah juga mengapresiasi Densus 88 dan BNPT.
Hal itu, lanjutnya, karena Densus 88 dan BNPT akan berkolaborasi supaya proses integrasi para eks JI bisa berjalan lancar.
"Kami apresiasi kelada stakeholder negara, terkhusus kepada Densus maupun kepada BNPT. Dan mudah-mudahan nanti juga diikuti oleh lembaga-lembaga negara lainnya," kata dia.
Baca juga: Mayjen TNI Ariyo Windutomo
Dalam kegiatan tersebut, Amir terakhir JI Para Wijayanto membeberkan 42 alasan berdasarkan syariat Islam mengapa JI harus dibubarkan.
Sebanyak 42 alasan tersebut tertuang dalam naskah setebal 900 halaman berjudul "At Tatharuf (Ekstremisme, Terorisme, Radikalisme, dan Kekerasan)".
Rencananya, naskah tersebut akan dibukukan dan disebarkan kepada seluruh eks anggota JI.
JI sendiri dalam sejarahnya identik dengan berbagai peristiwa aksi teror para anggotanya di Indonesia yang menelan tidak sedikit korban jiwa.
Sebut saja Bom Malam Natal (2000) Bom Bali I (2002), Bom Bali II (2005), Bom Hotel JW Marriot (2003), Bom Kedutaan Australia (2004), Bom Hotel JW Marriot dan Hotel Ritz Carlton (2009), mutilasi 3 siswi SMA di Poso dan berbagai aksi teror lainnya diidentikan dengan kelompok tersebut.