TRIBUNNEWS.COM – Prof. Satryo Soemantri Brodjonegoro, Ph.D merupakan sosok yang ditunjuk oleh Presiden Prabowo Subianto sebagai Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi.
Sebelumnya, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi atau Kemdikbudristek sendiri dipecah menjadi tiga Kementerian yang berbeda saat Presiden Prabowo menjabat.
Ketiga Kementerian tersebut yakni Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah serta Kementerian Kebudayaan.
Pria yang akrab disapa Satryo ini merupakan seorang akademisi yang telah memiliki pengalaman dalam memimpin sejumlah Lembaga.
Satryo juga dikenal sebagai ilmuwan dengan ratusan publikasi.
Dan berikut profil Satryo Soemantri Brodjonegoro.
Kehidupan Pribadi
Dilansir Kompas.com, Satryo lahir di Delft, Belanda pada 5 Januari 1956. Saat ini, dia telah berusia 68 tahun.
Dia merupakan anak dari Soemantri Brodjonegoro yang pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pada tahun 1973.
Baca juga: Pamit dari Kemendikbudristek, Nadiem Makarim Berharap Kebijakannya Dilanjutkan
Pendidikan
Satryo merupakan alumni Institut Teknologi Bandung (ITB).
Dirinya diketahui pernah meraih gelar doktoral di bidang teknik mesin dari Universitas Tokyo, Jepang.
Kemudian ia mendapatkan gelar PhD dari University of California, Berkeley, Amerika Serikat (AS).
Karier
Mengutip dari laman ksi-indonesia.org, karier kepemimpinan Satryo Soemantri dimulai ketika terpilih sebagai Ketua Jurusan Teknik Mesin ITB 1992.
Satryo lantas mengawali implementasi proses self evaluation, yang kemudian diadopsi ITB serta Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Dia juga merupakan seorang ilmuwan yang telah menerbitkan total 99 publikasi ilmiah.
Satryo pernah menjabat sebagai Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi atau Dirjen Dikti pada 1999-2007.
Di bawah kepemimpinanya, pembaharuan pendidikan tinggi Indonesia mulai pada Desember 2000 saat institusi pendidikan tinggi yang besar diubah menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN) atau sekarang dikenal sebagai Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN BH) yang dimulai sejak tahun 2000.
Bahkan dia juga termasuk salah satu penggagas program unggulan World Class University yang diluncurkan 2007 silam oleh Kementerian Pendidikan Nasional.
Baca juga: Menteri Abdul Muti Bakal Kaji Ulang Kurikulum Merdeka UN hingga Zonasi Buatan Nadiem Makarim
Program tersebut berfokus pada peningkatan kualitas pendidikan tinggi, penelitian, dan daya saing universitas-universitas Indonesia di tingkat global.
World Class University dinilai sukses dengan menggunakan tolok ukur peningkatan peringkat dalam QS World University Rankings dan Times Higher Education, jumlah publikasi di jurnal internasional, hingga partisipasi dalam jaringan kolaborasi internasional dan program pertukaran mahasiswa.
Satryo juga sempat menjadi Ketua sekaligus Anggota Komisi Bidang Ilmu Rekayasa di Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia periode 2018-2023.
Penghargaan
Berkat prestasi dan jasa di dunia Pendidikan, Satryo mendapat sejumlah penghargaan.
Berikut penghargaan yang pernah ia peroleh:
- Medali Ganesha Bakti Cendekia Utama dari ITB (Maret 2010)
- Bintang tanda jasa The Order of the Rising Sun, Gold Rays with Neck Ribbon dari Kedutaan Besar Jepang untuk Indonesia (3 November 2016).
(Tribunnews.com/David Adi) (Kompas.com/ Sania Mashabi, Mahar Prastiwi)